5. Gara-Gara kecoa

1.6K 208 25
                                    


.

.

.

Jika aku sudah menggenggam mu, tolong jangan lepaskan. Jika aku sudah mengharapkan mu, jangan membuatnya hancur.





Seorang gadis yang memakai pita merah, tersenyum lebar melihat lelaki yang tak asing lagi di matanya. la berlari dengan semangat ke arah lelaki yang sedang berjalan santai dengan jarak satu meter dari hadapannya.

"Azer!" teriak Luny sambil melambaikan tangannya dari kejauhan.

"Ngapain lagi sih! Nggak kapok-kapok nih cewek sialan!"
batin Azer ketika membalikan badanya ke arah sumber suara.

"Lo jalannya jangan cepat-cepat donk gue capek tau!" Luny berhasil berdiri di samping Azer dengan nafas yang tersenggal-senggal.

"Gua nggak nyuruh lo lari kayak lomba lari jauh! lo nya aja yang bodoh!"  Sindir Azer tanpa memfilter perkataannya.

"Ck, kamu tau nggak? mulut kamu tuh kasar banget. Bisa nggak sih dihalusin dikit aja!" Sungut Luny dengan bibir mengerut. Azer menatap Luny dengan wajah yang datar, ia mencerna kalimat Luny yang berbeda, dari lo-gue menjadi aku-kamu. Sehingga terbentuk senyum kecil di wajah tampannya.

Di balik itu, ia ngin rasanya ia mencampakkan gadis yang berdiri di depannya, Luny yang selalu membuat hari-harinya bosan dan hancur bahkan hilang mood untuk ke sekolah.

Selagi mampu menahan kesabarannya ia membiarkan gadis ini bertingkah seperti anak kecil yang menginginkan sebuah mainan mahal dengan cara menangis dan merengek. Karena Azer selalu berusaha kasar untuk menjauhi Luny, namun iba melihat wajah Luny yang meringis ingin permen seperti anak TK.

"Zer, hari ini kita laksanakan tugas 'kan?" Luny berjalan di samping Azer, mereka berjalan searah menuju lapangan sekolah.

"Tugas?"

"Ia, tugas dari Pak Doni, kita ngebersihin gudang!" Ucap Luny sedikit kesal.

"Lo aja ya, gue lagi banyak tugas yang belum selesai," Azer  memasang wajah malas, lalu melangkah lebih cepat.

"Eh, nggak bisa gitu donk! Kita harus ngelakuinnya sama-sama!" teriak Luny berlari menyamai langkah Azer yang begitu cepat, hingga terdengar oleh Dedi, Arwan dan Nandi yang sedang duduk di depan bangku taman.

"Ayo, ngelakuin apa kalian?"

"Buseeet Azerio Krisal, selera lo beda man!"

"lanjut cuy semoga lancar."

"Pantesan kita nyariin lo sampai ke dasar laut nggak ketemu, ternyata lo lagi berdua sama calon uwuwu lo."

"Gilak, Zer dari sekian banyaknya cewek yang ngefans sama lo. Lo malah milih buntut bebek."

"Kalian kenapa sih! Bukannya bantuin gue kek!" Azer mengacak rambutnya frustasi, sementara Luny beberapa langkah lagi akan berdiri di depannya dan membuat lelaki  itu naik darah.

"Nggak bisa cuy. Kita nggak pinter nenangin cewek," Nandi mengangkat kedua tangannya ke atas seolah-olah menyerah dalam berperang.

"Bener. apa lagi si Luny suaranya kek toa sekolah, bisa tuli muda gua," tambah Arwan menutup kedua telinganya.

Luluh tapi Luka [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang