🐣44. Hatiku Hancur 🐣

1.5K 126 74
                                    

.

.

.

🐣Aku seorang pemeluk luka, pemilik sakit, perasa perih, dan penikmat pilu. Aku sendiri dan akan mengakhiri semuanya dengan sendiri🐣




Tatapnya tersorot tajam, giginya mengeras, kedua alis matanya menyatu dengan sengit, kakinya melangkah dengan cepat agar dapat menyamai langkah dengan gadis yang berjarak dua meter darinya. Semakin ia mempercepat langkahnya, semakin gadis itu juga berjalan dengan gesit.

"Luny!" Teriak Azer dari jauh. Firasat gadis itu benar, bahwa Azer yang sedang mengejarnya dari belakang. Gadis itu berhenti tanpa membalikkan tubuhnya, jantungnya berdegup kencang rasanya tak siap bertemu pandang dengan mantan kekasihnya. Seseorang yang pernah singgah dengan ribuan luka. Apakah masih ada rasa? Yah masih ada. Bahkan ada ruang yang kosong, tetapi Luny menahannya untuk tidak dihuni oleh siapapun.

Sampai di depan Luny, Azer menatap gadis itu dengan dalam. Nafasnya memburu kasar, tangan mengepal kuat, tapannya masih tajam, seolah siap menerkam mangsa yang ada didepannya. Azer menarik nafasnya dalam-dalam, lalu menghembuskannya dengan pelan.

"Udah sehebat apa lo? Kalau benci sama Yenzi benci aja, nggak usah sok baik sama dia, apa lagi nolongin Yenzi!" Gertak Azer membuat mata Luny tertuju dingin pada lelaki itu. "Gue nggak habis pikir yah, cewek polos kayak lo bisa juga manfaatin Yenzi, sampai-sampai dia minjam uang ke gue untuk bayar untungnya!"


Luny mendadak mengangkat kepalanya dengan tegap, alis matanya menyatu pertanda bingung dengan ucapan Azer. Luny coba memahami kalimat lelaki itu.

"Nggak usah pura-pura lupa, penjilat lo!" Pungkas Azer membuat darah Luny mendidih seratus derajat celsius.

"Jangan sampai gue nampar lo sampai sepuluh kali Zer! Gue nggak butuh uang, Yenzi udah gue anggap sebagai suadara, gue nggak butuh imbalan dari dia!" Jelas Luny.

"Gue nggak percaya sama lo, Lun."

"Lo percaya sama omongan Yenzi? Kepercayaan lo murah untuk diinjak-injak!" Tegas Luny mendekatkan wajahnya pada Azer, menatap lelaki itu dengan geram.


"Gue nggak butuh penjelasan lo, sekarang gue tahu lo bukan Luny yang polos, tapi lo punya rencana yang licik!" Sergah Azer.

Luny menahan anak panah yang menghantam keras dadanya yang lemah, Luny menguatkan hatinya yang sempat runtuh, meremas kuat ujung rok abu-abunya, menatap Azer dengan senyum yang tipis. Rasanya sangat perih, saat kita sudah melakukan semuanya untuk orang lain, masih ada benda tajam yang menusuk luka yang belum sempat pulih. Luny ingin berontak, tetapi ia tahu itu bukan pilihan yang terbaik. Cukup dengar dan abaikan pikiran negatif dari orang lain.

"Gue nggak suka kalau lo dekat sama Yenzi, karena lo cewek yang munafik, polos tapi busuk!" Tambah Azer membuat Luny pecah dalam amarahnya.

"TERUS, ZER! TERUS! SAMPAI GUE MATI SEKALIPUN. SEMUA YANG GUE LAKUIN NGGAK PERNAH BERHARGA DI MATA KALIAN!" Jerit Luny dengan keras, hatinya retak secara bersamaan dengan air mata yang mengalir deras dari tepi matanya. Azer terdiam menatap Luny yang menangis histeris di depannya. Hatinya ikut terkoyak-koyak melihat air mata itu, Azer tak kuat menatapnya. Lelaki itu memutuskan untuk tidak menatap Luny terlalu dalam.


"Mau gimana pun, gue tetap urusin lo, karena gue nggak mau ada orang yang terluka oleh sikap lo, cukup gue doank!" Azer juga berusaha menahan rasa sakit yang menderu keras di dadanya. Selama ini Azer cukup kecewa dengan keputusan Luny yang membuatnya hancur sampai berlarut-larut, ia tengelam dalam sakit hati yang tak terbendung.

Luluh tapi Luka [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang