🐣48. Kembali? oh tidak!🐣

1.8K 124 38
                                    


.

.

.


🐣Biarkanlah aku sendiri, memeluk sepi dan merendam luka itu. Aku tak bisa kembali, sebab banyak yang menusuk dan menancap. Butuh waktu lama untuk mengobatinya🐣







Detik demi detik, menit demi menit, hari demi hari, bulan demi bulan. Gadis itu bukan seperti dulu, bukan lugu, bukan polos, dan bukan pendiam. Semuanya berubah, dia akan tinggal sendiri untuk hidupnya, kebahagiaanya, kepentingannya, kali ini ia tak mau berpikir untuk orang lain lagi. Cukup sudah, hidupnya berisi masalah, tangis, dan penuh tumpukkan luka. Sekarang ia mau tenang, hening bersama dirinya sendiri.



Jemarinya memegangi gagang pintu, lalu keluar dari rumah kos yang ia sewa sendiri. Luny akan lebih baik seperti ini, jauh dari keluarga yang membencinya, jauh dari orang yang ia cintai, dengan ini ... mungkin orang yang ia sayang tak akan membenci orang lagi, cukup Luny saja. Karena di benci adalah hal yang terperih. Ada, tapi tak pernah ada.



Sudah hampir tiga bulan lebih, Luny pindah ke Jogyakarta. Ia meninggalkan Jakarta, tempat ribuan cerita yang pilu. Demi mengobati lukanya, gadis itu menjauh dari mereka. Ia juga pindah sekolah, dan menyambung pendidikan di Yogyakarta. Rasanya sangat tak mudah mengenal orang baru, tak mudah mengubur kenangan lama yang sering memukul hatinya, dan tak mudah membuka hati untuk jatuh cinta lagi.



Gadis itu berjalan di trotoar menuju ke sekolah barunya. Melewati beberapa kendaraan yang berhenti karena lampu merah, menghirup udara yang segar di pagi hari, serta menikmati hangatnya sinar mentari. Senyumnya yang tak pernah berubah, manis dan tulus. Beberapa orang yang ia lewati membalas senyuman Luny, sangat berbeda di Jakarta. Orang tak tergerak sedikitpun menanggapi senyum tulus darinya.



PITTTTTTT!

Bunyi klakson mobil berwarna putih, tepat di samping Luny. Ternyata gadis itu hampir saja tertabrak. Lalu orang yang ada di dalam mobil itu pun keluar, Luny mengutuki dirinya sendiri karena tak memperhatikan jalan. Gadis itu yakin, bahwa sang pemilik mobil akan marah padanya. Yah, itu pasti terjadi. Luny meremas ujung roknya, berharap ia tak mendapat masalah baru.



Lelaki itu memakai kaos merah dengan celana jins hitam, ada jam berwarna perak yang melingkar manis di lengannya, lelaki itu berdiri dengan santai sambil bersandar di sisi mobil. Menatap Luny dengan dalam.


"Azer?" Ucap Luny tak percaya.

"Luny Valine, kita ketemu lagi." Azer tersenyum dengan manis, sangat berbeda dengan Luny. Gadis itu gugup, ia harus lari sekarang. Ini bukan waktu yang pas untuk mengenang masa lalu, tetapi tidak. Azer menggendong Luny ke dalam mobilnya.


"Gue mau turun!" Pinta Luny sambil memberontak.

"Kalau lo berani turun dari mobil ini, berati lo siap untuk mati!" Tegas Azer.

"Gue milih mati, dari pada kembali ke masa lalu!" Balas Luny menekankan kata 'mati'. Azer tersenyum kecut, lalu menambah kecepatan mobil di atas rata-rata. Hal ini hampir membuat Luny sesak nafas, sebab banyak kendaraan yang di lalui mereka dengan gerakan yang sengit. Bisa saja memicu kecelakaan yang berat.



"Azer! Berhenti!" Teriak Luny dengan kuat.

"Katanya siap mati? Ayo kita mati sama-sama." Azer tersenyum hambar. Kecepatanpun semakin bertambah.


Luluh tapi Luka [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang