24. Takut?

1.2K 126 43
                                    

.

.

.


Jalanlah bersamaku, maka kamu akan tahu setiap duri dan kaca yang ku injaki.








Gadis itu berjalan menuju gerbang sekolah, lagi-lagi ia menyembunyikan ribuan luka yang masih tertanam di hatinya. Tiba-tiba dari arah belakang, seseorang menarik tangannya. Sehingga Luny membalikkan badanya ke arah orang itu.

"Vano! Bikin kaget aja lo!" Ketus Luny memukul pelan dada Vano. Lelaki itu hanya terkekeh melihat reaksi lucu Luny yang memerah kesal.

"Ya, ya, Sorry. Lo mau nggak gue traktir makan siang nanti?" Tanya Vano mendekati wajah Luny. Vano terlalu dekat, hingga Luny gelagapan untuk berpikir.

"Hm, gue--"

"Gue nggak butuh jawaban lo, pasti lo bilang nggak mau yah kan? Kan? Kan? Untuk itu gue maksa lo!" Tegas Vano dengan wajah yang serius.

"Apaan sih! Sok ngebentak lo!" Cibir Luny, melanjutkan langkahnya.

"Yeh! Gitu aja nyeyel!" Vano mengusap lembut ujung kepala Luny dengan lembut. Tatapan mereka menyatu secara serentak, senyum tipis terukir di wajah tampan lelaki itu. Sedangkan Luny diam bagai boneka.

"Yuk! Kita ke kelas bareng!" Vano merangkul bahu Luny lalu kedua remaja itu berjalan bersama.

"Van, lepasin!" Cicit Luny.

"Nggak usah rewel! Ini baru gue rangkul gimana kalau gue gendong terus lemparin lo ke got? Mau lo?" Canda Vano yang mendapat cubitan kepiting dari Luny.

"Cantik-cantik cubitan lo ngeri!" Vano meringis.

"Syukurin!" Ledek Luny menjulurkan lidahnya.

"Awas lo! gue kejar lo yah!" Vano mengejar Luny dengan langkah yang besar.

"Kejar aja kalau lo bisa!" Teriak Luny sambil berlari menjauh dari Vano.

Tak jauh dari arah gerbang sekolah itu, Azer berdiri dengan tatapan datar. Cemburu? Mungkin saja. Karena ia kesal dengan Luny yang tak bisa mengikuti keinginannya untuk menjauhi  lelaki lain.

"Tunggu gue ayam! Gue kasi pelajaran buat lo!"
Batin Azer menatap geram tubuh Luny yang terbirit-birit berlari.

***




"Luny!!" Teriak Tuti dari arah jauh sambil mengemil roti bakar di mulutnya.

"Apa?" Balas Luny datar.

"Lo di panggil Azer, sekarang!"

"Azer? Kenapa lagi tuh cowok, gue lagi nggak pengen ketemu sama dia!" Balas Luny jutek.

"Eh, jangan sok jual mahal, tuh si Azer lagi kerumunin sama cewek-cewek lo rela?"

"Rela asalkan itu buat dia senang!" Jawab Luny lalu melangkah, membiarkan Tuti yang bingung di tempat.

Luny memang tak ingin menganggu siapa-siapa, apa lagi menatap wajah Azer. Lelaki itu sangat sulit ia hindari, tetapi akan ia coba hari ini. Karena tak ada yang tahu ceritanya, tak ada yang paham semua kesakitan yang ia alami. Ia butuh waktu sendiri untuk mendengar suara hatinya.

"Hm!" Seorang lelaki berdehem tepat di telinga Luny.

"Apaan sih! Geli tau!" Luny mendorong wajah Delon yang mendekat ke arahnya.

Luluh tapi Luka [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang