🐣34. kita putus🐣

1.8K 156 95
                                    

.

.

.


🐣Perjalan kisah cinta kita telah berakhir tetapi luka itu tak akan pernah selesai🐣






Satu tangan kekar itu menyentuh pipi seorang gadis yang tengah terbaring lemas di atas ranjang. Sesekali ia menepuk pelan berharap gadis itu membuta matanya, tetapi tak ada tanda dari wajah yang pucat itu. Ada rasa sesal pada lelaki itu, seharusnya ia selalu berusaha ada di dekat Luny, bukan hanya melepaskannya pada Azer.

Gadis mungil itu terpaksa memakai nafas oksigen, beberapa selang dan suntik menusuk di bagian tangan dan hidungnya. Menunggu waktu yang lama, untuk melihat Luny sadar dari kondisi ini.

"Azer bangsad!" Cicit Vano meninju dinding dengan kuat. Tuti yang berada di ruangan itu terkejut, ia juga khwatir dengan keadaan Luny yang koma beberapa hari. Lihat saja tetapi tubuh Luny yang kering, pucat, dingin, wajahnya tampak berkeriput. Tuti juga menyesali diri sebagai seorang sahabat, yang belum bisa membuat Luny aman dengan alur hidupnya.



"Azer tau kalau Luny masuk rumah sakit?" Tanya Vano dengan nada tinggi, ia mengepalkan kedua tangannya dengan kuat. Jika Azer ada di depannya, maka tak segan ia akan melemparkan pukulan keras untuk lelaki yang tidak tahu diri itu.

"Nggak tau, Van," jawab Tuti menggelengkan kepalanya. Gadis bertubuh gemuk itu meremas roknya dengan kuat. Tuti tahu Vano sudah menahan rasa marah yang dalam, hingga ia tak tahan lagi ingin melampiaskannya pada seseorang yang ia benci.


"Jaga Luny, biar gue cari Azer!" Perintah Vano pada Tuti sambil melangkah ke luar ruangan itu. Tuti tak bisa menahan langkah Vano, ia hanya bisa menatap punggung lelaki itu dari jauh. Berharap semuanya baik-baik saja.


Sekarang tugas Tuti menjaga Luny yang masih nyaman menutup matanya. Gadis itu menarik kursi lalu mendaratkan bokongnya dan duduk di samping ranjang Luny. Sebelah tangannya mengusap rambut panjang yang menutupi wajah cantik itu, lalu Tuti menggenggam lengan Luny yang terbaring lemas dengan lembut. Tatapan teduhnya seolah berkata 'gue ada di sini, semua bakal baik-baik aja'



"Luny!" Suara berat khas cowok terdengar lantang dari arah pintu. Tuti segera memalingkan wajahnya ke arah sumber suara dengan tatapan yang kosong. Ia melihat Delon berdiri dengan mata yang berkaca-kaca.

Segera lelaki itu berlari menuju ranjang Luny dengan nafas yang memburu kasar. Tatapannya tajam saat melihat wajah cantik itu berubah layu. Ia tahu siapa yang harus mendapat pelajaran di balik semua ini. Hatinya teriris pedih. Ia sangat mencintai Luny, tetapi gadis itu telah menolaknya. Luny lebih memilih diam dalam luka itu. Delon merasa gagal meluluhkan gadis itu setiap kali ia melihat Luny terluka.




"Ded, gue nggak tega lihat Luny kayak gini," ujar Tuti dengan tetesan air mata yang turun secara perlahan. Delon memalingkan wajahnya ke arah Tuti, lelaki itu menepuk pundak Tuti dengan yakin.

"Gue janji bakal ushain Luny sembuh, terutama dia harus jauh dari cowok lucnut itu!" Tegas Delon lalu segera berlari ke arah luar.

"Lun, lo bangun! Bagun Lun!" Tuti menggoyangkan lengan gadis polos itu, tetapi Luny masih diam membeku. Tuti tak bisa kehilangan Luny, sebelum ia bisa menjadi sahabat yang benar-benar ada buat Luny.




🐥🐥🐥



Di taman mall itu, tampak dari kejauhan dua orang remaja yang saling bergandengan tangan dengan mesra, terpancar wajah bahagia dari keduanya. Beberapa saat kemudian mereka saling berpelukan dengan erat. Saat itu juga Vano keluar dari balik pohon, lalu berjalan dengan cepat ke arah dua orang remaja itu.



Luluh tapi Luka [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang