🐣41. Merelakanmu🐣

1.7K 134 134
                                    

.

.

.


🐣 Pura-pura merelakan itu sakit, cukup aku saja yang melakukannya, aku tahu, kau tak mampu menahan pedih dan tangis di balik senyum🐣





Jauh dari pandangannya, seorang lelaki sedang berjalan menuju ke arah gadis itu. Sudah beberapa hari ini, Luny dekat dengan Delon. Kemana-mana selalu saja berdua, Delon pun menggunakan kesempatan ini dengan baik. Tak akan ia lewatkan begitu saja.

"Udah lama nungguin gue?" Tanya Delon berhasil membuat Luny melengkungkan senyuman manis di wajahnya. Ah, cantik sekali Luny hari ini. Delon masih tersenyum, kagum akan gadis polos yang juga melempar senyum untuknya.

"Yuk, ke kelas," ajak Luny menarik lengan kekar Delon menuju kelas mereka. Dengan semangat empat lima Delon mengangguk lalu berjalan di samping gadis itu dengan hati yang senang bukan main.


"Bukan maksud untuk PHP-in lo, gue butuh tempat untuk berteduh."

Luny menatap wajah Delon dari samping, ini cara yang jahat. Berlari ke hati yang kosong lalu menanam kenyamanan di sana, tak peduli dengan hati yang kosong itu. Bagaimana jika Delon merasakan ada benih cinta? Luny harus bertanggung jawab. Setiap hati yang terluka butuh hiburan untuk tersenyum, meski jauh di bilik jantungnya, masih banyak luka yang belum pulih. Cukup ia lupa sedetik saja, itu membuat Luny tenang.


"Kalau ini cuma sedetik dari semua rasa cinta lo, gue tetap senang."
Batin Delon juga menatap Luny dengan penuh kelembutan. Kedua tangan mereka saling menggenggam erat. Meski waktu yang akan datang akan membawa mereka ke jalan masing-masing. Ini kesempatan murni yang mereka punya.


"Lon," ucap Luny membuka percakapan.

"Hm?"

"Makasih. Gue minta maaf banget. Udah buat lo repot," ujar Luny mengentikan langkah mereka dan menatap lurus wajah Delon. Lelaki itu tersenyum simpul sambil mengusap ujung kepala Luny dengan gemas. Gadis yang berhasil mencuri hatinya, gadis yang mampu membuatnya egois karena takut kehilangannya, gadis yang mampu membuatnya berani memasuki persaingan , meski semuanya itu tidak pernah dilihat kasat mata oleh Luny.


"Apa sih yang nggak bisa buat, lo? Gue tetap berjalan di samping lo, kapan lo perlu," ujar Delon tersenyum lebar, deretan gigi putih tampak membawa Luny tenang berada di dekatnya. Delon menarik gadis itu dalam dekapannya dengan erat. Lelaki itu sangat mencintai seseorang yang tak pasti untuk ia miliki. Sakit? Yah sangat sakit, tetapi setidaknya ia bisa menjadi tempat yang membuat gadis itu nyaman.


"Kalau gue dapat cowok yang buat gue lebih nyaman, gimana?" Tanya Luny.

"Gue lepas dengan ikhlas," balas Delon memeluk Luny dengan kuat. Seolah menguatkan dirinya yang bangkit dan jatuh di waktu yang bersamaan. "Meski gue bakal terluka, gue akan tetap belajar mengikhlaskan."



🐥🐥🐥




"Azer! Azer! Zer!" Teriak Yenzi yang sejak tadi memanggil nama lelaki itu. Sang pemilik nama itu tak sedikitpun melirik ke arah belakang. Azer terus berjalan dengan langkah yang cepat. Yenzi kehabisan tenaga untuk mengejar lelaki itu, nafasnya tersengal-sengal, hatinya sakit. Sebab belakangan ini Azer terus mendiamkannya, setiap kali Yenzi berbicara.


Luluh tapi Luka [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang