🐣37. usaha menutupi rasa sakit🐣

1.3K 111 26
                                    


.

.

.


🐣Aku memeluk luka, memeluk perih, meratap tangis dan menginginkan rasa bahagia yang tak kunjung datang 🐣






Seorang gadis itu berdiri di ambang pintu dengan tatapan yang takut. Tubuhnya tampak lemas dan kering, seperti seorang anak jalanan yang kembali ke rumah setelah berpetualang dalam kesendirian. Ada rasa haru dan senang dari mata Luny. Tangannya ingin memeluk Rama dan Resy yang berdiri gugup di ruang tengah. Aldy mengelus-elus pundak gadis itu, "tenang nak, selamat datang di keluarga barumu"


"Ini keluarga lama, pa. Hanya saat aku tiada semua baru bagi kalian, tetapi jauh lampau bagiku"

Tatapan Luny masih tegar, meski rasa kebencian dari Rama masih tertancap ke ujung jantungnya. Ternyata, ia masih di benci, tak pernah di inginkan. Pedih memang.
Kedua tangannya meremas rok abu-abunya hingga lecek, jujur Luny belum siap untuk tinggal di tempat ini.


"Ayo," ajak Aldy menarik lengan Luny untuk menghampiri dua orang yang telah menunggu di ruang tamu itu. Tatapan Rama semakin menajam, hatinya waspada dengan semua alasan Luny kembali ke rumah ini.

"Untuk apa kamu kembali? Pergi!" Rama bangkit dari duduknya menunjuk arah pintu, menyuruh Luny pergi.
Luny ketakutan, menekukkan kepalanya takut. Tangan Aldy segera merangkul tubuh Luny. Rama semakin teggang.

"Ma, kamu ini apa-apaan, dia anak yatim piatu. Kita harus membantu dia, kasihan, ma." Aldy menatap Rama dengan memaksa. Seketika Rama lega, senyum sinis dan licik tertuju mantap pada Luny.

"E-hm, maaf, pa. Tadi mama sedikit pusing. Ayo silahkan masuk, biar mama yang bantu dia nyiapin pakaian yang bagus." Senyum kemenangan di iringi dengan kebencian tersirat jelas di wajah Rama. Adly membiarkan Luny di bawa oleh Rama. Lelaki paruh baya itu menghempaskan tubuhnya ke sofa yang empuk. Dengan manja Resy duduk di samping Aldy sampai memeluk lelaki itu dengan erat.


"Pa, jangan tinggalin Resy," ujar gadis itu dengan parau. Matanya tampak berkaca-kaca. Ada yang aneh di rasakan Aldy, ia mengelus ujung kepala Resy dengan penuh kasih sayang. "Papa kapan tinggalin kamu? Hm?" Aldy mengecup kening Resy.

"Cepat atau lambat papa akan tahu kebenarannya dan akan menyingkirkan Resy. Karena Resy tahu, papa sayang sepenuhnya cuma sama kak Luny. Bukan sama aku."


Di sisi lain, Rama membawa Luny ke arah gudang yang telah lama tak di gunakan lagi. Dari ruang tamu tepatnya di depan Aldy, Rama menarik gadis itu dengan lembut. Layaknya seorang anak kecil di tuntun untuk mandi. Namun, saat sampai di gudang itu Rama membuang tangan Luny dengan kasar. Sakit? Yah, rasanya lebih sakit. Saat ia berharap semua akan baik-baik saja, ternyata lebih buruk dari yang ia bayangkan.


"Kenapa kamu kembali? Untung pikiran Aldy  sudah saya cuci, jadi dia tidak tau, siapa kamu!" Tegas Rama mengecilkan suaranya berharap Aldy tak mendengar percakapan ini. Luny menundukan kepalanya ke bawah, tak ada alasan lain untuk menjawab, selain diam.

"Kamu pikir setelah kembali, kamu akan di terima? Hah, jangan harap, Luny. Saat sudah bahagia dengan keluarga saya sendiri, jangan merusaknya lagi!" Lanjut Rama, tatapan memohon terpancar jelas.


"Luny nggak akan merusaknya, ma. Cuma kehadiran Luny yang tidak bisa di terima. Sehingga mama menyimpulkan aku perusak semua ini," jawab Luny menggigit bibir dalamnya.

Luluh tapi Luka [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang