10. Saingan

1.3K 155 17
                                    


.

.

Aku masih berdiri di sini, berjuang meluluhkan hatimu. Meski aku tahu semua hanyalah halu dan delusi.






  Langit semakin gelap, awan mulai meredup, matahari tak tersenyum cerah lagi, dan angin kencang menerbangkan dedaunan pohon serta benda-benda yang ringan. Begitu pula dengan gadis itu, yang sedang duduk di bawah pohon besar, rambut panjangnya menari terbang akibat hembusan angin kencang. Sama seperti hidupnya yang sedang di hantam angin kencang, tetapi ia tetap berdiri. Karna ia tak ingin membuat hidupnya jatuh begitu saja. Di tengah taman itu, Luny merenungkan kehidupannya sendiri.

Gadis itu menatap jalan yang ramai di depannya. Ia termenung dengan hidup yang ia alami yang begitu kasar terhadapnya. Apakah ini yang di namakan tantangan hidup? Tetapi mengapa ini terasa terlalu berat ia pikul, ia menjadi seorang gadis yang berjuang hidup sendiri. Meski ada papa, tetapi ia harus paham bahwa papa juga harus membagi waktu dengan keluarga dan pekerjaannya, hingga papa tak tahu bahwa ada gadis polos yang bersikap tegar di baliknya setiap goresan luka.

  Langit berubah menjadi gelap hitam, hingga menurunkan hujan deras yang menyapa bumi dengan sentuhan air yang tak terhitung. Beberapa orang segera berlari mencari tempat berteduh, namun ada yang diam menikmati derasnya air hujan membasahi tubuhnya.

Tanpa payung, atau mantel hujan, Luny masih duduk sambil menatap ke atas langit yang redup. Gadis itu membiarkan rintikan hujan mengenai wajah cantiknya. Hidup menjadi terasa lebih ringan saat air hujan membasahi tubuhnya, seolah-olah menenggelamkan gadis itu dengan kenyataan hidup sehingga ia melepas beban itu sesaat dan menikmati derasnya aliran hujan dari langit.

"Aku ingin menjadi seperti hujan yang datang ke bumi dengan membawa sejuta ke sejukkan. Berharap mereka yang membenci ku menjadi bumi, yang mau menerima kedatanganku tanpa harus menolak," ucap Luny lirih di tengah derasnya hujan.

Air hujan terus membasahi tubuh mungil itu hingga basah kuyup. Derasnya air hujan menutupi air mata yang juga mengalir dari tepi matanya, gadis itu menangis di bawah semburan hujan sambil tersenyum menatap langit. Sehingga tak ada yang tahu bahwa ia sedang marah dengan diri sendiri dan takdir yang jahat baginya.

Beberapa detik kemudian sesuatu yang lebih gelap, berwarna hitam pekat, menghalau pandanganya. Luny membenarkan posisi kepalanya dengan pandangan lurus ke depan. Gadis itu terkejut. Seorang yang memakai jaket hitam khas miliknya membawa payung hitam untuk melindungi gadis itu dari hantaman hujan deras. Wajahnya datar, namun sorot matanya tanpa khawatir dan takut.

"Gila lo ya? Ini hujan deras ngapain di sini! Nanti kalau lo sakit gimana?!" bentak Azer, wajahnya terlihat dingin dan cuek.

Luny tercengang, menatap sorot mata yang menatap dalam ke arahnya. Luny hanya terdiam, empat mata saling menatap dan menelusuri wajah yang ada di depan mereka. Entah apa yang di pikirkan Azer ketika melihat Luny, yang pasti Luny memikirkan kapan lelaki itu bisa paham, bahwa ia sangat mengandalkan Azer untuk bisa bertahan dalam angin badai yang melanda hidupnya dan sampai kapan ia harus terluka hanya untuk mengejar cinta yang tak mungkin ia gapai.

"Lo kok bisa ada di sini?" Tanya Luny. Azer menghela nafas dengan malas.

"Gue kebetulan mau pulang terus nggak sengaja lihat jamur yang duduk di taman ini, kalau jamurnya nggak di bawa pulang kan kasihan," cetus Azer kesal.

"Jadi, lo bilang gue jamur?"

"Hm!"

"Kenapa?"

Luluh tapi Luka [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang