29. Jejakmu

1.8K 168 53
                                    


.
.
.
"Aku kehilanganmu, semua tentangmu membuatku lumpuh."
_Azerio Krisal_





H

appy reading ♥️
Vote sebelum mencintai 🤣*membaca

#kalau ada typo komen yah, author lagi gabut😕😊

Sudah beberapa minggu Luny tak hadir di sekolah. Entah kemana langkahnya pergi setelah ia harus memutuskan hubungan dengan keluarganya. Tak ada yang tahu kemana ia pergi dan gadis polos itupun tak tahu entah ia hidup sampai besok atau tidak.

Di taman itu dua orang remaja sedang duduk, sambil ngemil makanan ringan. Azer menatap langit dengan tatapan kosong, pikirannya di serbu dengan sosok Luny yang tak pernah ia lihat lagi belakangan ini.

Seharusnya ia senang, tidak ada yang mengganggunya, ia tak akan marah-marah lagi dan lebih untungnya Azer bisa dekat dengan Yenzi tanpa ada yang menghalangi.

Namun, entah mengapa hatinya terasa tak tenang, saat ia tak melihat wajah polos itu. Seolah ia berjalan dengan satu kaki. Ada yang aneh pada Azer, ia pun rindu melihat wajah Luny yang meringis ketakutan saat amarahnya meledak.

Sebuah senyum tipis melengkung di wajahnya, ia menatap lurus ke depan. Membayangkan tubuh mungil itu ada di depannya dengan wajah yang gugup. Ah, ingin rasanya Azer memeluk gadis itu ke dalam dekapannya lagi. Namun, jejak gadis itu membuat Azer harus memendam rasa rindunya. Seolah berpura-pura tak peduli.

"Lo kenapa sih, Zer? Dari tadi melamun terus? " Tanya Yenzi membuyarkan pikiran lelaki itu. Segera Azer mengubah raut wajah yang ceria, ia tak ingin Yenzi tahu.

"Yah, gue lagi...lagi hapal rumus fisika," balas Azer asal. Yenzi hanya mengangguk paham, sambil mencomot permen lollipopnya.

"Luny kemana yah?" Tanya Azer dengan nada yang canggung, bagaimanapun ia akan tetap mengeluarkan pernyataan ini. Karena rasa penasarannya semakin tinggi.

Yenzi mendadak berhenti melumat permennya. Tatapnya tiba-tiba kosong, gadis itu bingung harus mengatakan apa. Tak mungkin ia bercerita tentang kabar Luny yang sebenarnya.

"Gue nggak mau yah, kalau lo bahas orang lain," wajah Yeni cemberut.

"Gue cuma nanyak kok, nggak ada apa-apanya." Azer mengusap lembut ujung kepala Yenzi.

"Terus lo masih ada perasaan nggak sama dia?" Tanya Yenzi dengan penuh selidik. Azer terdiam beberapa detik, mulutnya terasa kaku untuk bergerak.

"Nggaklah, sukak aja gue nggak pernah. Gue sukaknya cuma sama lo," bisik Azer tepat di telinga Yenzi.

'dasar pengecut!' batin Azer memberontak.

"Gue sayang sama lo, Zer. Gue cinta banget. Kenapa lo nggak mutusin aja si Luny? Terus kita jadian." Dengan manja Yenzi menyandarkan kepalanya di dada Azer yang luas itu.

Kalimat itu yang tak ingin didengar Azer. Sekarang ia bingung harus berkata apa. Ingin rasanya kepala lelaki itu pecah akibat dua orang wanita yang sulit ia pertimbangkan.

"Jawab, donk Zer. Kok melamun lagi sih!" Rengek Yenzi.

"Gue tunggu waktu yang tepat yah," balas Azer dengan nada yang berat. Seketika hati kecilnya menangis, membenci pikiran dan hatinya tak pernah sejalan.

"Gue tunggu!"

"Ia, lo tenang aja"

"Ya udah, gue ke toilet dulu yah. Tunggu gue di sini," Yenzi beranjak lalu pergi dan saat itu juga Azer bertengkar dengan batinya.

Luluh tapi Luka [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang