18. Azer, lo egois!

1.4K 145 30
                                    

.

.

.

Udahan ya, aku mulai jengah dengan sikap dinginmu, kerasmu, dan semua luka yang kau titip. Sampai sini ya? aku lelah.



  Seorang lelaki bertubuh tinggi 179 cm berjalan ke arah lapangan sekolah. Wajahnya yang putih seolah bercahaya membuat mata kaum hawa silau, lelaki itu tersenyum tipis membalas setiap sapaan tiap siswi yang berdiri di pinggir lapangan. Pandanganya lurus ke depan, kedua tangannya ia masukkan ke dalam saku.

Semakin lama, seluruh siswi melingkari lelaki itu dengan seribu pertanyaan. Membuat orang itu gerah, namun ia
tak peduli dengan keramaian, ia menerobos setiap orang yang sengaja menghalanginya.

"Gilak! Kayaknya siswa baru tuh, ganteng juga," puji Ebi.

"Hmm ... Ia. Eh, kayaknya gue pernah lihat nih cowok, tapi dimana yah?" Della melirik ke atas mencoba mengingat sesuatu.

"Dimana?" Tanya Ebi tak sabar.

"Pikun mana mungkin bisa ingat," canda Yenzi mendorong kepala Della dengan jarinya.

"Bentar gue ingat kok ... nah, gue ingat! Kemarin gue ke cafe yang dekat rumah, terus nggak sengaja gue ngelihat si Luny sama tuh cowok duduk berdua. OMG so sweet tau!!!" Lanjut Della.

"Apa???" Tanya Ebi dan Yenzi serentak, mereka membulatkan pandanganya ke arah Della untuk tidak bercanda.

"Gue serius! Kemarin gue emang lihat mereka berdua di cafe!" Jelas Ebi dengan mata yang tak kalah besar.

Dengan langkah yang anggun Yenzi menyamai langkahnya dengan siswa baru itu. Senyum manis dan wajah yang menawan terpampang di wajah Yenzi. Sementara para siswi lain merasa kecewa, karena Yenzi bukanlah siswi yang bisa di kalahkan dengan kecantikannya. Lelaki itu juga masih berjalan dengan wajahnya yang datar.

"Hi," sapa Yenzi, melambaikan tangannya, namun lelaki itu masih diam dan terus melangkah. Yah, gadis itu harus menurunkan derajatnya untuk mendekati lelaki ini.

"Gue Yenzi cewek yang paling cantik di SMA Kasih." mengulurkan tangannya dengan senyum yang mekar.
Meskipun lelaki itu menghentikan langkahnya, ia hanya menatap Yenzi dengan datar.

"Jawab donk! Lo bisu yah?" Cicit Yenzi. Mata lelaki itu melirik ke arah belakang Yenzi, lalu dengan gesit mendorong tubuh gadis itu ke arah samping sehingga Yenzi terjatuh dan meringis kesakitan. Dengan cepat lelaki itu menangkap bola basket yang terlempar tajam ke arah Yenzi. Sepertinya seseorang sengaja melakukan ini.

"Auhhh, sakit!" Keluh Yenzi memegangi lututnya.

"Yen, lo nggak apa-apa kan? Sini gue bantu berdiri." Ucap Della segera membantu sahabatnya.

"Yen lo tahu nggak? kalau cowok itu nggak ada, lo bakal jadi kaleng yang peot!" Susul Ebi menatap lelaki itu dengan kagum.

"Apaan sih lo!! Cantik-cantik gini di samain sama kaleng, lo kali!!" Sungut Yenzi kesal.

Dari arah sudut lapangan Delon berlari kecil menjemput bola basket yang ia lempar tadi. Mata Yenzi tertuju tajam ke arah Delon yang datang dengan wajah tanpa dosa.

"Oh, lo yang lempar bola basket ini? Hah!!" Jerit Yenzi mengambil bola lalu membuangnya ke sembarang arah.

"Iya, kenapa? Nggak senang?" Delon berdecak pinggang sambil tersenyum miring.

Luluh tapi Luka [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang