🎉EXTRA PART 🎉

3K 149 44
                                    


.

.

.

✨Dulu aku memang pemeluk luka, tetapi sekarang akulah si pemilik tawa✨




Happy reading 💌

"AZER! TUNGGUIN GUE!"  teriak Luny dengan lantang. Sang pemilik nama pun berhenti dan berdiri tegap tanpa menoleh ke arah gadis itu. Keramaian di tengah lapangan itu mendadak berhenti akibat suara Luny yang terdengar nyaring. Semua mata menyoroti Azer, seolah bertanya-tanya, mengapa lelaki itu tidak langsung menghampiri kekasihnya.

Tanpa banyak berpikir lagi, Luny berlari ke arah Azer dengan gerakan lari yang kecil. Sesampainya di belakang Azer, Luny langsung memeluk lekaki itu dengan erat dari arah belakang. Hal ini membuat Azer terkejut dan segera berbalik menghadap Luny, gadis itu memandang Azer dengan ekspresi wajah yang imut kemerah-merahan.


"Lepasin Luny, nggak malu lo?" Ujar Azer merasa risih.

Luny melepas pelukannya dengan berat, bibirnya tampak berkerut sambil mengarahkan ke samping. Ternyata Azer tetap Azer, tak ada perubahan pada lelaki itu. Jika dingin yah tetap dingin, mustahil bisa menyentuh hati yang paling dalamnya. Setelah beberapa detik, beberapa orang mulai sibuk dengan urusan masing-masing, sehingga keadaan sama seperti semula.


"Kenapa Zer? Gue salah apa?" Tanya Luny dengan mata yang berkaca-kaca. Wajahnya semakin memerah, ada butir-butir kecil yang siap meluncur dari tepi matanya. Azer menghembuskan nafas beratnya. Menahan dirinya  untuk tidak segera memeluk gadis itu.


"Gue rasa ... gue nggak pantas dapat pesan ini dari papa lo," ujar Azer dengan ragu. Sambil memperlihatkan pesan singkat dari Aldy.

Papa Mertua

|Nanti malam, saya ingin mengundang kamu
Untuk datang kerumah saya. Kita akan makan
Malam bersama, sekaligus ingin berkenalan
Dengan kamu. Supaya saya tahu, lelaki yang mana yang pantas untuk putri saya.

Azer

Baik, om nanti saya pasti datang|





Setelah membaca pesan itu, Luny melompat kegirangan sambil melingkarkan leher Azer dengan kedua tangannya. Sementara Azer tampak tak siap dengan himbauan ini.


"Ih! Lo kok cuek gitu?" Luny terdiam menatap eskpresi Azer yang terlihat datar.

"Gue pernah buat lo sakit hati, bahkan hancur. Kayaknya gue nggak pantas deh buat lo," ujar Azer dengan nada yang rendah. Luny tersenyum tipis.

"Sekalipun lo udah gores luka sedalam-dalamnya, lo udah balut semua luka itu dengan cara terbaik lo. Kemarin mungkin adalah hari yang tersial buat kita, tapi sekarang adalah kesempatan kalau lo dan gue harus bisa membuktikan kemustahilan dunia," balas Luny dengan keyakinan yang tinggi. Azer merasa tenang, ia memang pernah gagal, jatuh, hilang akal, dan mati rasa. Saat ia bertemu Luny, ada harapan di wajah cantik gadis itu.


"Gue bangga punya pacar kayak lo," ucap Azer sambil mencuim kening Luny dengan lembut, di saat yang bersamaan Luny menutup matanya. Memohon pada takdir agar tidak membuatnya terluka saat ia sedang berusaha lupa atas segala perihnya perjalanan dulu.


"Gue sayang banget sama lo, Zer." Luny memeluk Azer dengan erat, menempelkan kepalanya di dada yang membidang itu, Luny dapat merasakan detak jantung Azer yang terasa cepat. Yah, meski telah berkali-kali bertemu dengan Luny, Azer masih saja terlihat grogi. Ternyata hasil dari kerja kerasnya, menumbuhkan hasil yang setimpal dengan usahanya.



Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 03, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Luluh tapi Luka [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang