30. Keadaan yang berbeda

1.7K 139 43
                                    


.

.

.

"Aku bisa melupakan semua luka itu, tetapi tidak dengan papa. Sampai kapanpun aku tak akan bisa."

_Luny Valine_



Happy reading ♥️
Vote sebelum membaca🍓

Komen kalau ada typo yah😊

Gadis itu menatap rumah kayu yang sangat sederhana. Hanya ada satu ruangan, yang sekaligus menjadi tempatnya tidur dan memasak, serta kamar mandi yang terpisah dari rumah itu.

"Maaf yah Lun, sederhana banget." Tuti mengelus bahu Luny. Yah, Tuti yang menemani gadis itu untuk menemukan kost yang murah ini.

"Nggak apa-apa kok," balas Luny mencoba menerima kenyataan, ia menghela nafas yang berat. Perjuangan hidup sendiri akan di mulai dari rumah yang sederhana ini.

"Gue jadi merasa teman yang jahat, padahal gue udah tawarin lo tinggal dirumah gue, gratis lagi."

"Gue bisa kok sendiri, lo cukup jadi tempat curhat gue aja itu udah teman yang sejati." Luny menatap Tuti dengan mata yang berkaca-kaca.

"Semangat yah Lun, gue yakin suatu saat nanti mereka bakal nyesal udah buat lo kayak gini." Tuti memeluk Luny dengan erat.

"Maaf Ti, kalau gue pernah buat lo marah."

"Nggak apa-apa kok, itu karena gue belum tahu kalau lo cewek yang penuh beban hidup."

"Lo janji sama gue, jangan pernah ceritain ini kesiapapun. Terutama si 'dia' . Dia nggak perlu tahu tentang gue."

Wanita bertubuh besar itu mengangguk paham. Ia tahu 'dia' yang dimaksud Luny.

Tuti dan Luny saling berpelukan, menahan rasa haru yang semakin memuncak. Mereka bertemu tanpa sengaja dan hari ini kedua remaja itu saling menguatkan dalam kesedihan.



Tak jauh dari tempat Luny dan Tuti berdiri, seseorang yang sedang memakai jaket dan masker hitam menatap kedua remaja itu, lalu beranjak pergi dengan langkah yang pelan.


🐥🐥🐥


Ketika remaja itu sedang duduk di dalam kelas. Tawa yang riuh dan receh itu tak terdengar lagi. Semenjak Azer lebih sering diam. Karena lelaki itu adalah panutan. Yah, panutan lelaki bobrok dan play boy.

"Udah, gini aja yeh. Dari pada bulu ketek gue rontok sampai jutaan helai. Mending kita bergerak aja cari si Luny," saran Dedi menghancurkan suasana hening itu.

"Tuh, cewek polos berani banget buat kita kehilangan mood!" Tambah Dedi.

"Bulu ketek lo tebal banget Ded, pasti baunya kayak tai kucing," tanya Arwan menjepit hidung dengan ibu jari dan telunjuknya.

"Apa? Mau tahu wanginya? Sini, gue kasi gratis." Dedi melototkan matanya dan mendekatkan wajahnya ke arah Arwan.

"Nggak perlu! Gue beli jutaan juga, nggak bakal gue coba!" Balas Arwan dengan tatapan jijik.

"Sok jual mahal, lo!" Ujar Dedi dengan mulut membentuk huruf o.

"Cuih! Bau jigong! Lo gosok gigi nggak sih?" Tanya Arwan mengetarkan tubuhnya.

Luluh tapi Luka [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang