🐣50. Berakhir (END)🐣

4K 176 88
                                    


.

.

.


🐣 Kebahagiaan akan muncul setelah ribuan luka, setelah rasa sakit yang membiru dan melewati terjalnya alur hidup🐣





Luny kembali ke Jakarta atas permintaan Aldy dan Rama. Mimpi menjadi kenyataan, adalah hal yang Luny rasakan saat ini. Memiliki keluarga yang harmonis dan ramah adalah lingkungannya hari ini dan hari depan. Luny Valine mengukir senyum yang manis dengan tulus yang sesungguhnya ketika ia berada di tengah-tengah tawa keluarganya. Aldy dan Rama saling berbagi ceria, Resy dan Luny menatap dengan tawa yang penuh haru.



"Ma, pa. Luny berangkat ke sekolah dulu yah," ujar Luny di balas anggukan oleh Aldy dan Rama.

"Aku ikut bareng kakak!" Resy segera berdiri dan berjalan menuju teras, agar tak ketinggalan. Luny hanya tertawa kecil, lalu menyalim kedua orang tuanya.


"Baik-baik belajarnya, sayang." Rama menatap Luny dengan tulus. Entah harus berapa kali Luny merasa haru, mendengar dan merasakan kasih sayang dari seorang ibu. "Kalau mau pacaran kasi tau sama papa, biar kami dapat calon mantu yang benar," goda Aldy dengan canda tawanya. Bibir Luny mengerut, "papa ada-ada aja, lagian nggak ada yang mau sama Luny."



"Halah, kak Luny aja udah punya mantan," teriak Resy dari arah pintu. Luny membulatkan matanya dengan pipi yang memerah kesal.

"Hm, udah berapa ekor buaya yang kamu jerat?" Tanya Rama menahan tawanya. Luny semakin malu. "Anak mama,  ternyata udah dewasa. Nanti kalau udah ada yang pas ajak makan malam sama keluarga kita."


"Ih, mama sama papa kok aneh sih. Luny nggak mau kehilangan semuanya hanya karena cinta. Cinta itu bulshit, ma. Semuanya bisa berubah karena cinta, Luny nggak mau lalai lagi." Gadis itu membuat satu ruangan menjadi bungkam beberapa detik.


"Cinta memang buruk jika kamu menatanya di waktu yang kurang tepat. Cinta akan menghancurkan semuanya, jika hatimu belum siap menerima baik buruknya. Hari ini kamu harus memulainya Luny, membuka hati untuk perubahan yang lebih baik. Seburuk-buruknya cinta, kamu pasti membutuhkannya," jelas Aldy. Membuat Luny mengangguk kepalanya dengan gerakan kecil.



"Mama yakin. Semua perjalanan luka yang kamu lalui akan memberikan makna untuk berdiri di tengah persoalan hidup," tambah Rama dengan keyakinan yang teguh.


Setelah berpamitan Luny melangkah ke arah teras untuk bergegas ke sekolah dengan mengunakan mobil. Cuaca di pagi hari sangat cerah, seolah membawa lembaran baru untuk gadis itu. Langkahnya di terangi dengan sinar yang menembus ruangan itu. Hari ini adalah hari menatap masa depan yang lebih jauh dari luka yang dulu.



"Kak, cepetan kak Azer udah nungguin kita," teriak Resy dengan sangat girang sambil melompat, Luny mendadak berhenti tak melangkah. Tidak melihat Azer dan melupakan semua masalah dulu adalah pilihan terbaiknya, tetapi justru tantangan terberatnya untuk menghindar. Dengan gerakan yang kaku Luny hendak membalikkan tubuhnya ke belakang, namun Aldy dan Rama telah berjalan ke arah teras melihat lelaki yang di maksud Resy.



Luny menghela nafas yang panjang, ia bingung harus melakukan apa. Dengan teriakan yang lantang Rama berkata, "Luny ayo cepetan, pacar kamu udah nunggu!"

"I-ia ma," balas Luny kik kuk.



Sekarang Luny berhadapan dengan Azer. Wajah lelaki itu masih memancarkan harapan yang masih bertumbuh dengan mekar. Luny hanya menatapnya dengan datar tanpa ekspresi apapun. Suasana tampak canggung beberapa detik itu. Azer segera meminta izin dengan papa Luny untuk membawa putrinya ke sekolah dengannya.


Luluh tapi Luka [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang