27. Kabar Buruk

1.6K 149 40
                                    


.

.

.

"Aku siap menerima semua luka ini. Namun, jika aku kehilangan seseorang yang menjadi alasanku untuk kuat, aku tak akan pernah siap untuk itu!"

_Luny Valine_



Happy reading beb 👀💜



Luny sedang berdiri di jembatan yang menghubungkan kedua tempat, di kedua sisi jembatan itu terbentang luas sungai yang indah dan tenang. Ia sangat menikmati pemandangan ini, sembari mengemil coklat berbentuk jumbo.


Seharusnya ia tak sendiri, melainkan ia jalan berdua dengan Azer. Namun, ia lebih memilih duduk sendiri agar dapat berpikir tenang. Ia mengikhlaskan Azer berjalan dengan Yenzi. Karena meskipun ia bersama lelaki itu, hati Azer tetap untuk Yenzi. Tak ada ruang khusus untuk Luny di sana.



Angin sepoi-sepoi menyapa lembut wajah Luny. Di sini ia ingin berdamai dengan takdir dan menerima semuanya. Meski terdengar sulit. Ketika ia berusaha kuat, tetapi dengan mudah ia jatuh dan lemah kembali.

Tak ada pilihan lain untuk menjalani hidup yang tak sesuai dengan ekspektasi, selain menerimanya dan bersahabat dengan takdir itu sendiri.

Jika saja ia tak mengenal cinta yang tumbuh di waktu yang tak sengaja, mungkin ia tak perlu terluka separah ini. Namun, ia harus menerima sakitnya, karena semua sudah terjadi.

Luny memetik bunga mawar yang tumbuh di pinggir tempat duduknya. Warnanya yang mencolok merah, bau semerbak khas bunga itu menyapa lembut penciumannya. Dengan perlahan Luny mendekati bunga itu hendak mencium baunya, sebab bau bunga itu memancing hidungnya itu mendekap lebih dekat.

"Auhh!" Luny kesakitan, ketika tangkai mawar yang terdiri dari banyak duri itu, telah menusuk hidungnya.

Lalu gadis itu terdiam sejenak. Ada orang yang sama persis dengan bunga mawar ini. Ia berusaha untuk tidak mengingat orang itu lagi, tetapi begitu cepat memori yang ada di pikirannya memutar semua tentang lelaki itu.

Azerio Krisal. Yah, lelaki itu mirip dengan bunga mawar yang sedang ia genggam.

"Kamu menarik bahkan memiliki bau yang kuat untuk menarikku agar mendekatimu. Kau ingin aku tetap berdiri dan mencium bau mu. Namun, semakin dekat aku mencium bau itu, semakin cepat aku terluka."


Luny mencatat kalimat itu pada buku hariannya. Ia menatap langit dengan senyum yang tulus. Karena ia yakin alir hidup tak selamanya menyakitkan. Namun, akan ada hari dimana ia bisa tertawa mengingat luka yang ia rasakan dulu. Entah kapan waktunya tiba, ia hanya bisa menunggu dan mengikuti alur kehidupan ini.


"Luny?" Seorang gadis bertubuh besar menyapa Luny yang sedang duduk termenung. Siapa lagi jika bukan Tuti?

"Lo ngapain di sini mau bunuh diri lo?" Tanya Tuti khawatir.

"Siapa bunuh diri? Justru gue di sini mau benahi diri," balas Luny berjalan mencari suasana baru.

"Lo kenapa sih belakangan ini sukak murung terus?"

"Nggak apa-apa kok, gue lagi... Yah gitu deh."

"Pasti masalah lo sama Azer yah? Duh, gue baru tahu kalau si Azer itu fak boy! Lo yang sabar yah, Lun," Tuti mengelus pundak Luny dengan lembut.

Luluh tapi Luka [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang