Pernah merasa canggung dengan seseorang itu lumrah dan biasa, kita tidak bisa memandang secara umum bahwa orang yang tak bisa akrab dengan orang lain memiliki kelainan sosial atau psikologis. Mereka hanya butuh lebih banyak waktu untuk terbiasa dengan kehadiran orang baru. Seperti Tara dan Cece. Mereka bahkan setelah satu bulan pun tetap tidak bisa melabelkan diri mereka 'dekat'.
Keduanya hanya akan berbicara seperlu nya setiap pertemuan, seperti membahas sumber yang akan dimasukkan, pengaturan mendley dan perdebatan kecil lainnya yang masih berhubungan dengan penelitian tersebut.
"Kalau skill writing nya kurang kita jelasin, yang ada penelitian ini ga jelas mau dibahas apa serta tujuannya apa" -- Tara.
"Tapi kalau kita makin perjelas, tujuan nya kan bakalan berubah. I mean, kita itu bakalan fokus di psychologistic nya sebuah penulisan text itu mempengaruhi ga gaya kepenulisannya bukan skill writing nya mau digunain buat apa dengan tujuan nyata " jelas Cece yang membuat Tara impressed.
"Cool" balas Tara yang sayang nya tak terdengar oleh Cece yang sudah kembali menyumpal telinganya dengan earphone berwarna biru langit -- warna kesukaan Cece. Sedangkan Tara merutuki dirinya yang spontanitas memuji gadis itu, seumur hidupnya belum pernah ia memuji seorang perempuan kecuali wanita brengsek itu.
Walau Tara impressed tetap saja ia tak suka jika belum selesai berbicara dan tak didengarkan oleh lawan bicara. Seperti sesaat tadi.
Sekitar 3 jam mereka berdua menghabiskan waktu membuat sebuah penelitian yang akan diajukan sebagai karya lomba internasional itu cukup membuat masing-masing kelelahan akibat berpikir.
Banyak yang tak sadar bahwa berpikir lama-lama lebih menghabiskan energi dibandingkan bekerja dengan fisik.
Saat Tara tengah sibuk dengan buku tebal yang tengah ia baca, entah sedang membaca pemikiran siapa, namun Cece yakin kalau buku tersebut sangat merusak mental bahkan di halaman pertama bab tersebut. Maka dengan senang hati, orang-orang akan selalu menutup kembali dengan dalih 'gue ga ngerti sama apa yang gue baca'.
Padahal, kita yang terlalu sering menyerah terlebih dahulu. Tak ingin merasakan kesusahan yang benar-benar membuat kita lelah fisik dan batin dalam mempelajari sesuatu. Kita, tanpa sadar, sering pasrah dengan keadaan. Namun, melihat Tara seperti, Cece sadar akan suatu hal, bahwa ia merasa kerdil dengan merasa ia adalah satu-satunya manusia yang paling berusaha dan kesusahan disaat usahanya masih belum 100%.
"Ngapain lo?" tanya Tara datar yang membuat Cece langsung membalikkan laptop nya ke arah Tara.
"Kalau menurut lo ini gimana?"
Tara menatap datar dan berkata "Gunain otak lo!"
Cece yang kesal pun memilih untuk memakan jeli yang sudah gadis itu persiapkan sebagai pengembali mood saat berhadapan dengan kejengkelan Tara.
Kini keduanya berada di area luar perpustakaan yang membuat kedua nya sama-sama mendongak menatap langit abu-abu di sertai hujan. Abu-abu, percampuran hitam dan putih yang bertemu dengan gradien percampuran yang pas. Seperti Tara dan Cece yang memiliki dua sisi warna yang berbeda, begitu lah yang diyakini Tara pada awal pertemuan mereka.
Ia si warna hitam karena hidupnya yang tak pernah berwarna, bagai hujan yang selalu suram. Sedangkan Cece si terang yang selalu ceria setiap saat layaknya sinar mentari di musim panas. Terang dan menghangatkan.
Namun, Tara pada akhirnya tahu bahwa gadis yang ia anggap secerah musim panas itu sering dihujani oleh suramnya awan hitam si pembuat hujan.
![](https://img.wattpad.com/cover/243988065-288-k26096.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Rain In Summer || Jaemin
FanficBaik Cheryll atau akrabnya dipanggil Cece itu juga memiliki masalah dalam hidupnya. Permasalahannya dengan mantan sahabatnya yang tak pernah selesai. Begitu juga dengan Tara yang tak pernah bisa berdamai dengan kejadian masa lalunya. Dibawah hujan m...