23) Terror

186 45 19
                                    

Setibanya Hendery dikediaman Riu berdsarkan petunjuk arah pintar itu, langsung saja menerobos mengetuk pintu dengan sekuat tenaga. "TARA! TARA! BUKAIN PINTUNYA CEPAT! INI GUE HENDERY!" teriaknya karena panik, belum lagi suaranya tinggi.


Knop pintu pun terbuka dan menampakkan sosok yang tidak dikenali oleh Hendery sama sekali, tatapan gadis itu galak dan garang. Belum lagi ia melihat Hendery dari atas sampai ke bawah seolah menilai kelayakan Hendery.


"Lo yang dirikim kak Gea?" tanya nya sinis yang membuat Hendery mengernyit.

"Gea Gea Gea apaan anjing! Mana adik gue hah?!" yang dihardik menatap Hendery julid dan heran bahkan bibir merah seksi itu menjadi monyong. "Lo kira gue tempat penitipan?"


"Ck! cepat mana adik gue? NISSA! NISSA! NISSA!NIS---"


Brukh.


Hendery didorong oleh gadis itu hingga terjatuh di teras tepat depan pintu. "Heh! Lo udah sembunyiin adik gue sekarang lo dorong-dorong gue maksudnya gimana ha?!" bentak Hendery yang membuat gadis itu malah melipatkan kedua tangannya depan pintu dan kakinya juga ia silangkan.


"Dengar, gue ga kenal adik lo apalagi lo. Paham?!"


Pang!


Pintu rumah tersebut pun dibanting detik itu juga hingga membuat Hendery terperangah dan ingin saja menobrak pintu itu kalau saja Jeno tidak mengingatkan Hendery.


"Bang! Disini! Bukan disana!" mendengar nama yang familiar akhirnya menemukan oase dan ketentangan.


Malam itu, di kediaman Riu. Gadis bernama Cheryll itu menceritakan semua yang ia rasakan dan sesak yang selama ini hadir di dalam dirinya. Semuanya mencelos bahkan sedih. Apalagi melihat sisi lain dari Cheryll yang tak bisa menahan sesak berakhir sedih dan meraung sambil sesak nafas.


Tara yang melihat itu hanya bisa mengepalkan tangannya dan pergi kebu saja.




Sejak insiden Cece sesak nafas dan pingsan, Tara secara perlahan mulai memberikan jarak dengan gadis itu terlebih tak ada lagi kepentingan yang perlu mereka diskusikan bersama. Bagi Tara, jika urusannya telah usai bagai pelari yang mencapai garis finis maka mereka pun finis.

Hanya saja, Tara tak tahu bahwa perkara urusan dengan makhluk sosial lainnya tak akan selesai terutama para gadis yang mulai menyerang Cece dengan berbagai pernyataan negatif hingga pertanyaan menyudutkan tanpa mau mendengarkan penjelasan gadis itu. Semua perkataan miring itu hanya menyudutkan Cece yang entah siapa pematik api nya tersebut.


"Cantik doang tapi munafik"

"Bener, wajah cantik kalau akhlak ga ada sama aja nol besar. Lagian palingan dia yang kemaren ini pepet-pepet Tara"

"Apa jangan-jangan dia ngasih sesuatu ke Tara lagi?"

"Kabarnya sih gitu, soalnya ada yang nampak mereka ciuman di tempat sepi. Iuwh banget gue ngebayanginnya"

Rain In Summer || JaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang