2) Title

684 121 18
                                    

Di malam yang sunyi dan tanpa suara apa-apa, gadis itu berbaring di tempat tidurnya menghadap kanan dengan memeluk bantal guling yang sudah hidup bersamanya dari umur empat tahun. guling pemberian ayah. sekali lagi, hatinya kembali gelisah.

Entah kenapa, menatap langit-langit kamar tak berbintang dan rembulan kerap menjadi pilihan merenung bagi Cece. Kadang langit malam cemburu dengan langit-langit kamar kos gadis itu. Diperhatikan dan selalu dipikirkan bahkan ditatap dengan banyak tanda tanya. langit-langit kos berukuran 1,5 x 2 meter itu menjadi objek yang sudah lelah ditatap dengan tatapan tanda tanya gadis itu.

Sebab ia uring-uringan, gadis itu bangkit dari tidurnya dan memilih menuju meja belajarnya yang entah kenapa dipenuhi dengan kertas-kertas yang tak tersusun rapi. di sudut meja, jam digital nya menunjukkan pukul 23.05. akan selalu seperti ini, gadis itu, Cece dan segala kegelisahannya di malam hari. kembali terbangung dan kesulitan untuk tidur.

Akhirnya Cece menyerah untuk berpura-pura tidur atau mencoba segala macam cara untuk tertidur seperti memejamkan mata, ia pun menekan tombol power pada laptop asus putihnya. loading adalah proses yang akan selalu menyambutnya setiap menghidupkan si petak putih itu. terkadang ia berpikir, apakah harus selalu ada loading jika hanya tinggal menyala? sama seperti hidup, tak ada yang langsung menunjukan sosoknya saat ia terbangun, bahkan butuh proses loading yang lebih lama untuk menuju dan melihat layar nyata kehidupan.


Dalam malam yang sepi, gadis itu kembali mengetikan sesuatu demi mencari tahu informasi dia.

Yap, dia yang yang menghantui gadis itu hingga menghasilkan tumpukan kertas di atas meja kayu tersebut. cahaya temaran dari lampu belajarnya tak mengalahkan rasa keingin tahuannya tentang dia.

Jika ada yang penasaran siapa dia, maka jawabannya adalah permasalahan untuk penelitian yang akan dilakukan Cece, masalahnya adalah waktu untuk melakukan penelitian mencari judulnya hanya diberikan waktu satu hari saja. sudah sejak siang gadis itu mengabrek segala macam website yang berisi jurnal-jurnal nasional dan internasional.

Memang tak pernah bagi gadis itu untuk tak mencari informasi yang berserakan di internet, mungkin sudah fasih dan lihai dengan apa yang akan dicarinya. terdengar mengerikan tapi memang itu faktanya. bagaiamana kesepuluh jari gadis itu menari dari huruf ke huruf hingga membentuk deratan kata dan kalimat.

Mata elangnya memindai setiap kata per kata dari kalimat yang ia temukan, menyimpan, lalu memproses informasi itu di dalam kepalanya hingga muncul sebuah pertanyaan, kenapa? lalu bagaimana? kok bisa? dan banyak pertanyaan lainnya yang bermunculan dalam kepalanya.


Dirasa informasi yang ia cari cukup. pukul 02.08 gadis itu mematikan daya laptopnya dan memilih merangkak untuk tidur dalam heningnya malam dengan sebuah harapan.

"Semoga"

***

Pagi ini seperti biasa, kelas Functional Grammar seakan-akan membunuh dua puluh tiga mahasiswa di dalamnya. ketika transitivity bertahta selama dua sks, maka selama itu pula lah mahasiswa ditanya secara bertubi-tubi oleh Ms. Fetricia tanpa ampun.

"Tara! itu relational atau existential?"

"Hmmm"

Detik itu juga Joan menyesal bertanya tentang keraguannya pada Tara jika dalam mode serius. lelaki itu cenderung seperti orang paling tuli sedunia jika bertanya di saat ia tengah menguras otaknya untuk berpikir. kadang Joan rasanya ingin membelikan alat bantu mendengar dan alat bantu berbicara kalau ada.

Kaca mata yang dipakai laki-laki itu sangat pas dengan wajahnya yang seperti pangeran es disertai tapan menajamnya pada secarik kertas yang baru saja dibagikan Ms. Fetricia untuk menguji pemahaman, tapi pikirannya menerawang akan sebuah judul yang masih abstrak sama seperti dirinya.




Rain In Summer || JaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang