30) Planning

178 46 12
                                    

Arta langsung menancap pedal gas mobilnya setelah memastikan bahwa Cece sudah sampai dengan selamat di kosan dan menghidupkan lampu kamar sebagai pertanda bahwa gadis itu sudah sampai di kamar. Arta tak kehilangan fokus sama sekali saat Ovin sudah menelfon lelaki itu berkali-kali, layar hp yang menyala itu hanya diabaikan oleh Arta. Fokusnya saat ini hanya satu, mencari tahu apa yang sudah didapatkan Ovin hingga lelaki itu menghubungi nya seperti pacar posesif yang hendak menanyai keadaan sang terkasih.

"Bangsat! Malah macet lagi!" Umpat Arta saat melihat ada sedikit kemacetan. Lelaki itu mendengus sebal, disaat situasi ini mulai menuju titik terang, lelaki itu malah diserang macet.

Arta pun membuka jendela mobilnya dan bertanya pada salah satu pejalan kaki dari arah depan, "Mbak, kalau boleh tahu di depan ada apa ya, Mbak?"

Mbak yang merasa dipanggil itu pun menoleh ke arah Arta dan mendekat ke arah jendela mobil, "Itu Pak, ada kecelakaan di depan sana. Makanya macet."

Arte ingin sekali memarahi perempuan yang baru saja pergi itu tanpa permisi karena berani memanggilnya dengan sebutan 'Pak'. Padahal dirinya tidak setua itu. Benar-benar merusak mood nya hari ini.

************

Berbeda dengan Jov yang merasa aneh ketika Ovin memperingati dirinya tentang kakak Wisha, pikiran laki-laki itu berkecamuk tentang variabel-variabel kejadian yang tanpa ia sadari saling terhubung. Hanya saja, Jov tak ingin memberitahukan kepada Wisha tentang peringatan Ovin. Lelaki itu takut jika Wisha melakukan hal-hal nekat tanpa diketahui siapa pun. Dan Jov yakin, bahwa bisa saja kakak Wisha terlibat mengingat Wisha dan Leona berada di perumahan yang sama serta keluarga Wisha yang tak pernah menyukai kelahiran gadis itu ditambah Wisha adalah sahabat dari Cece. Semuanya cukup masuk akal bagi Jov tetapi hal dasar yang membuat semua ini terjadi tak pernah ada yang tahu.



"Gue antar lo balik lagi ya?" Tawar Jov yang mendapatkan gelengan dari Wisha. Jov mengernyit heran seolah mempertanyakan kemalasan gadis itu pulang. Tetapi melihat Wisha hanya diam saja, sudah dipastikan gadis itu malas pulang karena insiden tadi.

"Ke rumah Riu mau?" Wisha langsung mengangguk setuju tanpa ragu. Membuat Jov terkekeh kecil karena gadis itu terlihat polos dan lucu.

"Yaudah, ayo." Dan keduanya pergi dari sana tanpa suara apapun.

Di dalam mobil, Wisha tiba-tiba bertanya, "Jov, lo kenapa nerima perjodohan ini?"

Jov tampak memikirkan jawaban yang tepat, "Kenapa, Jov?"

Lelaki itu menoleh ke arah Wisha yang bertanya kembali, "Awalnya ga mau karena gue ga tau kalau itu bakalan lo. I mean, I don't want an engagement when i don't know who will be my wife later." Ada jeda dalam ucapan Jov. "But, I'm glad that was you."

Kalimat terakhir Jov mampu menyerang jantungnya untuk berdetak lebih cepat dari biasanya, seperti terkena aritmia karena detaknya tak beraturan secara tiba-tiba.

**********************

Tara yang masih bersama Julia mulai gelisah. Sebenarnya lelaki itu mau menerima ajakan balikan Julia juga bukan karena ia gagal move on. Tetapi, dirinya benar-benar penasaran kenapa Julia mau bersekongkol dengan Leona?

Tara ingat, waktu dirinya dan Julia tak sengaja bertemu kala itu, itu adalah Julia yang sesungguhnya. Hanya dalam hitungan hari gadis itu mulai kembali menjadi sosok yang menjijikkan bagi Tara, bahkan berani mengiriminya pesan-pesan jablai. Tentu Tara mencurigai hal ini, karena tepat saat Julia mulai mengirimi pesan-pesan tersebut, Cece juga mulai kena serangan teror tak berkesudahan.

Rain In Summer || JaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang