29) Rp. 4.500.000

165 47 16
                                    

10 hari sebelumnya.


Arta yang melihat orang mencurigakan saat mengantar paket ke kosan Cece pun diam-diam mengikutinya. Ada perasaan aneh meliputi Arta ketika gerak lelaki bertopi merah itu memperhatikan sekitar baru pergi dari sana. Menaruh curiga yang amat tinggi. Arta akhirnya memfoto plat motor itu sebelum pengendaranya melaju meninggalkan pekarangan itu. Bergegas mencari keberadaan Ovin melalui benda pipih agar dilacak. Arta pun turun dari mobilnya demi melihat paket yang terletak di depan pintu Cece.

Arta memungut paket tersebut, lalu memperhatikan dengan seksama saat membawa benda tersebut ke dalam mobilnya untuk ia lihat. Arta tidak ingin membuat Cece penasaran dengan paket tak jelas ini, apalagi Arta tak menemukan satu pun identitas si pengirim. Seolah-olah paket tersebut memang dikhususkan untuk Cece tanpa perlu gadis itu ketahui siapa pemiliknya.

Ketika membuka bungkus paket itu, Arta membelalak tak percaya dengan apa yang lelaki itu lihat. Bangkai tikus mati. Sesuatu yang biasanya menjadi bentuk teror terhadap orang yang dituju.



Tanpa pikir panjang, Arta pun bergegas menancapkan gas mobil demi mengikuti si pemilik motor dan tukang kurir tersebut. Hanya saja, hasilnya nehil, "Sialan!" Umpatnya sambil memukul stang mobil dengan keras.

Mengacak rambut frustasi, Arta bergegas mengambil handphonenya dan menekan kontak yang amat ia kenal.

"Dimana lo?"

"Di Cafe"

"Sama Jov?"

"Sama Julia," pernyataan Tara mampu membuat Arta menghentikan rem mobilnya secara mendadak. Arta tahu siapa Julia, dan sekali lagi Arta berdecak kesal.

"Ngapain lo sama nek lampir?!"

"Makan"

"MAKSUD GUE SEJAK KAPAN LO SAMA JULIA UDAH DEKAT LAGI HAH? TERUS CECE GIMANA?!"

"Dua hari yang lalu"

"APAAA?!"

"Kalau lo mau bahas Cece, dia ga ada urusan sama gue"

"Cece di terrorr bangsat! Dan itu ada sangkut pautnya sama mantan tunangan lo itu!"

"Oh"

Lalu, panggilan tersebut terputus begitu saja tanpa ada salam penutup yang terhormat.

Arta kira, semuanya tak akan serumit ini. Tetapi otaknya tak mampu berhenti berpikir tentang peneror Cece, motifnya dan juga alasan dibalik aksi orang tersebut.

Hingga satu notifikasi pesan dari Tara membuat Arta merasa kerdil dan tertawa renyah.

Tara

Gue emang ga ada hubungan apa-apa sama Cece
Tapi gue tau siapa pelaku teror itu
Julia




Pesan tersebut hanya dibaca oleh Arta. Lelaki itu benar-benar tak percaya dengan apa yang dibacanya saat ini. Seolah-olah semua orang yang menginginkan Tara sekarang ingin menghancurkan Cece yang tak punya salah apapun pada mereka.

Arta merasa iba, lelaki itu ingin menangis karena ada rasa sesak yang tak jelas di dalam dadanya. Ia hanya ingin gadis sebaik Cece menikmati rasa bahagia. Sebab, gadis itu sudah menderita

Lalu, kepala Arta merasa berdenyut kencang seolah membutuhkan asupan kebahagiaan. Mungkin hormon yang bertugas memberi sensasi bahagianya mulai kurang bereaksi. Oleh karena itu, Arta pun kembali ke arah kosan Cece demi membawa gadis itu pergi main ke taman bermain dengan menaiki biang lala. Entah lah, hanya biang lala yang terpikirkan oleh Arta. Seolah-olah, biang lala tempat penyalur kesedihan dan penyambut kebahagiaan baginya.

Rain In Summer || JaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang