Petang yang berganti malam dihias cahaya lampu di sepanjang jalan yang di tempuh. Lampu-lampu yang membuat penerangan itu memiliki berbagai bentuk, warna, keterangan cahaya hingga tenaga yang dibutuhkan arus. Sama seperti manusia, kita memiliki bentuk yang berbeda, warna aura yang tak sama, cerahnya hari-hari kita hingga usaha yang kita lakukan untuk menggapai sebuah tujuan atau sering kita sebut mimpi. Semua hal itu tak pernah sama.
Hanya saja, ada dua hal yang membuat manusia dan lampu terlihat berbeda.
Yaitu, lampu tak pernah iri jika ada lampu lain yang lebih terang sinarnya. Sedangkan manusia selalu melihat kehidupan orang lain lebih berarti dari hidupnya sendiri. Miris bukan? Bahwa kita alasan dibalik keterpurukan terhadap insecure itu sendiri.
Padahal, kehidupan orang lain tak jauh berbeda dengan diri kita sendiri. Sama-sama punya sisi terang dan redup. Dan hal itu lah yang dilihat Tara dari Cece.
Cece. Gadis yang menikmati pemandangan kota malam ini di boncengannya.
Mimpi Cece hanya satu, seseorang membawa nya night drive di kota ini untuk menikmati kelamnya malam dan terangnya lampu-lampu jalan hingga rumah orang. Siapa sangka mimpi ini akan diberikan oleh sosok yang baru saja ia kenali. Sosok yang seharusnya mereka tak bersama lagi karena Cece tau, mereka tidak lulus untuk babak final dalam ajang penelitian tersebut. Hanya saja tak berani bertanya karena Cece tau ada sesuatu hal baru yang akan menantinya yang tak akan pernah ia sesali.
Seperti, memiliki teman baru? Apakah mereka teman? Entah lah. Cece tak mengerti.
Hanya saja, Tara tak tahu bahwa Cece tau. Gadis itu boleh jadi sakit, boleh jadi terbaring lemah di rumah sakit seperti yang dihendaki Leona.
Bukan, bukan terbaring di rumah sakit yang dihendaki Leona tetapi tidur untuk selamanya.
Kadang Cece tak habis pikir dengan sudut pandang gadis itu sampai detik ini sejak insiden masa lalu. Leona yang ia kenal dulu adalah Leona yang ramah, baik, manis dan tak suka kekerasan. Tetapi sekarang berubah. Manusia adalah makhluk yang akan selalu mengalami perubahan, entah sedikit atau signifikan. Perubahan itu bisa jadi baik atau buruk. Hanya saja, Cece selalu merasa bersalah setiap perubahan itu terjadi karena dirinya.
Sekarang, motor tersebut berbelok kiri menuju sebuah bukit yang melihatnya saja Cece takut soalnya disepanjan jalan terdapat pohon-pohon di sisi jalan. Pohon akasia.
Hingga, mereka berada di sebuah tempat yang dihiasi lampu berwarna oranye tergantung disepanjang pagar. Kursi-kursi kayu yang masih segar dengan bau chat tembok itu. Serta kerlap-kerlip malam di kota Jakarta, cukup membuat Cece merasa perasaan yang entah kenapa ingin sekali ia merasa tenang? Tanpa disangka, mata Cece mengeluarkan tetesan air mata tanpa permisi. Tetesan air mata yang membuat ia ingin mengungkapkan banyak rasa haru akan keindahan serta ketenangan saat ini.
"Eh?" heran Cece sambil menghapus air matanya yang sudah keluar beberapa kali tadi. Tara heran kenapa gadis itu tiba-tiba menangis.
Tara yang awalnya sudah berada di pagar pembatas pun akhirnya berjalan ke arah Cece, terangnya cahaya lampu tempat tersebut dengan wallpaper langit malam bercampur bintang cahaya, Tara yakin bahwa dirinya sudah mulai peduli pada gadis yang masih menghapus air matanya itu.
Sweater yang awalnya dipakai Cece untuk menutupi pinggangnya itu terlepas dan dipakaikan oleh Tara kepada nya dengan hati-hati supaya gadis itu terdiam.
Cece kaget saat Tara tiba-tiba saja memakaikan sweater laki-laki itu kepundaknya, ia butuh waktu untuk memproses semua hal. Terlalu tiba-tiba perlakuan Tara menjadi seperti ini walau mungkin Cece paham, Tara hanya berbuat baik pada orang-orang yang dianggap teman.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rain In Summer || Jaemin
FanficBaik Cheryll atau akrabnya dipanggil Cece itu juga memiliki masalah dalam hidupnya. Permasalahannya dengan mantan sahabatnya yang tak pernah selesai. Begitu juga dengan Tara yang tak pernah bisa berdamai dengan kejadian masa lalunya. Dibawah hujan m...