26) Biang Lala

185 49 6
                                    

Liburan akhir semester 5 pun sudah di depan mata. Kerap hal ini menjadi hal yang sangat tidak disukai Cece. Sebab gadis itu tak memiliki rumah untuk tempat kembali, tertawa bersama di depan tv bersama keluarga lengkap membicarakan banyak hal, atau ketika sampai dipintu disambut penuh kehangatan pelukan kerinduan. Tak akan pernah ada hal itu. Hanya akan menjadi kenangan yang akan ia kubur dan menjadi legenda tentang hidupnya yang abu-abu.

Sasa mengetuk pintu kamar Cece, "Mbak Ce, lo ga pulang kampung?!" Sasa tidak tahu saja kalau Cece baru saja memandangi penuh iri senyuman satu per satu penghuni kosan.

Cece menoleh ke arah pintu yang menampakkan sedikit kepala Sasa, "Engga Sa, soalnya ada yang mau diurus." Sasa hanya meng-iyakan kebohongan itu. "Yaudah deh Mbak, happy holiyeaayyy," soraknya antusias yang hanya dibalas senyuman pedih milik Cece.

Lagi-lagi, suasana sepi tanpa penghuni bahkan siapa-siapa akan menjadi hal yang Cece benci tetapi sukai sekaligus. Entah apa yang ada dikepalanya saat ini. Hanya saja, Cece ingin berbaring di atas kasur dengan laptop yang sudah menyala, memperlihatkan folder khusus dengan nama 'drakornya Cece'. Jangan lupa, sekotak tisu untuk berjaga-jaga kalau ada adegan sedih yang mengiris hati rapuhnya Cece. Katanya, sedia tisu sebelum hujan. Iya hujan, hujan air mata.

Cece benar-benar larut dalam keindahan alur drama korea itu, bahkan bunyi bel pintu kosan yang dipencet-pencet karena pihak pengantar paketan pun tak terdengar. Keseriusannya benar-benar sesuatu yang ada di luar kuasa siapa pun.

Mbak Tukang Suruh

Sudah saya letakkan di depan pintu kosannya Mbak

Kenapa ga pastiin dia nerima sih?!

Lo gue bayar mahal ya njing!

Maaf mbak, tapi tak ada respon sama sekali

Ck!
Udah biarin aja

Iya mbak

Pengantar kurir paket pun hanya bisa pasrah, "Kalau ga demi duit, mungkin gue ga mau." Kemudian, pria bertopi itu pun pergi dari sana, dari kosan Cece. Tanpa pria itu sadari, seseorang dalam mobil hitam dengan setelan yang senada dengan warna mobil pun tengah memperhatikan gerak-gerik kurir tersebut.

Ovin Kuproy

Pin
Pin
Pin

Lo kira gue ipin?!
Mana kagak pake salam
Salam kek!
Kagak sopan!

Dih pms!
Assalamu'alaikum

Wa'alaikumsalam
EH ANJIR GUE LAGI BERAK MANA JAWAB SALAM DI KAMAR MANDI LAGI
ASU LO AH!

Ga salah gue
Lacak plat ini dong

Send a pict

Selesaiin gue boker dulu napa?

Ya maksudnya selesai lo boker lah!

Lah iya juga
Goblok lo Artanjing

BACOD

Setelah melempar asal benda pipih itu ke kursi penumpang, Arta pun kembali mengamati jendela kamar yang satu-satunya terbuka gorden dan jendelanya. Hanya memperhatikan bukan mendekati atau mengirimi pesan. Bagi Arta, hanya dengan cara ini laki-laki tersebut bisa menjaga Cece.

Karena penasaran dengan paket yang jelas akan terkirim ke Cece, Arta pun turun mendekati pintu dan mengambil paket tersebut, lalu membawanya ke dalam mobil. Rasa curiga laki-laki itu memuncak ketika tak ada satu pun tanda pengirim tapi hanya ada alamat penerima.

Rain In Summer || JaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang