Sebenarnya Cece ada make up class jam 9 nanti. Tapi entah bagaimana, dosen Translation tidak bisa masuk sebab ada seminar ke luar kota. jadilah gadis itu bisa ke perpustakaan lebih dahulu, pikirnya.
Tentang kejadian kemaren malam, Cece pikir itu semua hanya mimpi buruk semata karena bepergian dengan Tara disaat bentuknya seperti gadis kampung dengan mata sembab dan rambut sedikit acak-acakan. tetapi ternyata itu bukan lah sebuah mimpi buruk tetapi benar-benar kejadian buruk yang menghancurkan rasa percaya dirinya.
Awalnya, saat ia terbangun di pagi buta akibat terjatuh dari tempat tidur beralas hello kitty, ia kira itu hanya bunga tidur. tetapi saat ia selesai sholat subuh dan mandi pagi, betapa terkejutnya saat melihat sebuah pesan di whatssapp-nya dari Tara.
Malu?
Tentu saja, bagaimana pun Cece hanya secara tidak sengaja bertemu dengan laki-laki itu untuk menjadi partner penelitiannya, tetapi berakhir tertidur di atas motor besar lelaki itu adalah hal memalukan bagi dirinya. tetapi dia heran, siapa yang menggendongnya hingga ke kamar?
Tara? Cece langsung menggeleng-gelengkan kepalanya sebab itu adalah kemustahilan.
Mungkin anak kos.
Akibat bergelut dengan pikirannya sedari tadi, Cece lupa bahwa perpustakaan yang dimaksud Tara apakah perpustakaan fakultas atau kampus. hanya helaan nafas yang bisa ia lakukan saat ia telah sampai di area FT untuk menuju pusat perpustakaan dan harus belok kanan
grak.
Dan berjalan kembali ke arah perpustakaan fakultas. dan sialnya, karena perpustakaan FIB berada di lantai empat gedung. terpaksa gadis itu menaiki tangga hingga ke lantai empat demi bersua dengan Tara. kadang ia berpikir, kenapa takdir membawanya kepada ketakutan pada ruangan kecil yang disebut lift itu.
Namun tetap saja, dalam lelahnya mata gadis itu terhadap ketakutan yang ia miliki, ia berusaha menikmati dunia dengan menjelma sebagai gadis yang terlihat masa bodoh agar ia tetap tak merasa ketakutan.
Melewati tangga agar sampai di lantai empat bukan lah hal mudah mengingat Cece tengah membawa laptopnya di dalam tas sandang berwarna hitam. capek adalah rasa yang ingin ia ungkapkan namun tak tahu pada siapa. andaikan saja Wisha di sini, mungkin dengan senang hati gadis itu akan menemani Cece ke sana ke mari demi mengurus penelitian ini.
Ini tentang seorang Wisha dalam pikiran Cece. gadis itu lembut dan cenderung sedikit pendiam dari pada Cece dan Riu sebenarnya. tetapi, gadis itu akan selalu "Ayo gue temanin" adalah kata favorit Cece dari seorang Wisha. bukan memanfaatkan, tetapi sebagaimana pun Cece menolak di temani oleh Wisha, gadis itu pada akhirnya tetap menemaninya. Makanya, Ikhsan si ketua kelas Sastra Inggris 1, selalu berkata "Dimana ada Wisha di sana ada Denissa". Slogan harga mati Ikhsan terhadap kedua gadis yang selalu bersama kemana-mana seperti anak kembar.
Denissa adalah bagaimana Ikhsan selalu memanggil Cece. katanya Denissa lebih terkesan gemulai dan anggun dibanding Cece. begitu!
Saat Cece memasuki ruangan penuh bau buku-buku baru maupun lama, rak-rak yang terdapat buku yang halamannya sudah mulai menguning atau yang masih baru itu memang menjadi tempat ternyaman baginya. sekitar 10 menit berkeliling perpustakaan mencari sosok Tara, akhirnya gadis itu merutuki dirinya yang berputar balik ke arah fakultas.
Cece pun melihat jam yang tertera 09.45 WIB, berarti gadis itu harus bergegas karena ia paling tak suka terlambat sama sekali. ia sangat benci dan tak suka. makanya jika Riu ingin mengajak gadis itu pergi, harus tunggu dulu Riu nya sampai di kosan Cece baru boleh gadis itu siap-siap, sebab Riu itu dandan sangat lemot dan jarak rumahnya ke kosan Cece tidak bisa dibilang dekat. ia lebih baik menunggu Cece dari pada diamuk Cece karena telat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rain In Summer || Jaemin
FanfictionBaik Cheryll atau akrabnya dipanggil Cece itu juga memiliki masalah dalam hidupnya. Permasalahannya dengan mantan sahabatnya yang tak pernah selesai. Begitu juga dengan Tara yang tak pernah bisa berdamai dengan kejadian masa lalunya. Dibawah hujan m...
