13) Option

319 79 7
                                        

Tidak bisa melakukan apa-apa karena terganggu oleh selang infus membuat Cece setiap saat mendengus sebal. Ia jadi susah untuk meraih sesuatu atau ingin bergerak sedikit saja ke arah kiri atau kanan harus selalu memperhitungkan selangnya, jika tidak, hal ini akan menjadi masalah apabila darahnya naik ke botol infus. Seumur-umur hidup Cece ini adalah kali kedua nya ia masuk rumah sakit dan diinfus.

Dan pikiran gadis itu selalu sama, bahwa diinfus itu sama sekali tidak indah seperti yang ada di film-film Indonesia.

Terkadang manusia itu lucu, selalu memimpikan hidup bagai uthopia yang bergagas dari sebuah imajinasi hanya demi menyenangkan pikiran dan berangan-angan bahwa hidp yang akan dijalani sangat indah. Padahal, akan selalu ada distopia yang akan menjadi bayang-bayang sebuah uthopia itu sendiri. Bayang-bayang yang ada dan seringnya itu nyata.

Di saat Cece sudah frustasi hanya rebahan dan menatap langit-langit kamar inapnya, saat itu pula lah suara pintu digeser berbunyi, menandakan ada yang masuk ke dalam. Cece menoleh sekilas dan tersenyum kemudian. 

"Gue pikir lo ambil absen hari ini buat ga jagain gue sore hari" tutur Cece dengan masih menatap langit kamar inap nya.

Yang ditanya malah terkekeh dan meletakkan buah-buahan di atas nakas. "Kan tadi nganterin Wisha dulu ke rumahnya" jelasnya yang hanya dibalas dengan deheman singkat.

"Lo liat apaan di atas sana? ada hantu ya?" yang langsung di beri death glare oleh Cece pada manusia yang ada di sampingnya saat ini.

"Iyaa, iyaaa ampun nyai, serem amat kayak genderuwo"

"AAARRRRTTAAA IIISSSHH!" akhirnya boneka rubah berwarna merah itu pun melayang mengenai wajah Arta yang tengah terkikik geli.

"Kasian boneka nya, eh tapi ini boneka baru kayak nya nemenin lo ya?" tanya Arta yang dibalas deheman lagi oleh Cece, deheman yang mengkode Arta bahwa gadis itu tengah enggan bicara soalnya Arta menyebalkan.

"Idih ngambekan" tutur Arta sambil mencubit pipi Cece dengan kedua tangannya. Entah kenapa, rasanya gadis ini terlihat lebih lucu walau biasanya juga begitu.

Saat Arta melepaskan tangannya dari pipi Cece, saat itu pula lah Cece langsung mencubit lengan Arta.

"Lo itu menyebalkan tapi lo juga baik sama gue, iishh nyebelin nyebelin nyebelin" 

Bagi Arta apa yang paling bahagia? Maka jawabnya melihat wajah ceria Cece yang selalu gadis itu tunjukan kepada dirinya atau orang lain. Hanya saja, Cece bukan gadis yang akan bisa ia gapai hatinya dengan mudah. Sebab, gadis itu entah kenapa terasa jauh saat ini.

Defenisi jika jarak dekat pun belum tentu dengan hati.

Keduanya diam tanpa suara, yang ada hanya suara kran air kamar inap Cece yang baru saja dihidupkan oleh Arta.

"Ce" panggil Arta kemudian saat baru keluar dari kamar mandi.

"Hhmmm"

"Lo beneran ikut stay cation kan?" yang ditanya hanya tersenyum sambil menatap boneka rubah merah tersebut. Lalu mendengus kecil.

"Gue mau-mau aja. Tapi gue tiba-tiba kepikiran, penelitian gue sama Tara ga mungkin gue bebanin dia lama-lama" jelas Cece sambil membayangkan wajah Tara yang tiba-tiba lebih datar dan langsung keluar dari ruangan tadi.

Arta tahu bahwa Cece selalu memikirkan kebahagiaan orang lain dibanding dirinya sendiri, walau orang-orang sering menganggap wajah nya itu seperti es, dingin.

"Yaudah coba ajak Arta, siapa tau dia mau ikut" ucap Arta yang membuat Cece malah tersenyum dan menggelengkan kepalanya.

"Rasanya gue bukan siapa-siapa nya Tara sampai harus ngebujuk dia buat ikutan. Lagian hubungan kami ga sedekat itu"

Rain In Summer || JaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang