24) Rindu

195 48 8
                                    

Riu dan Wisha panik bukan main saat melihat darah yang tersebar di lantai karena kotak tersebut dilempar begitu saja oleh Cece akibat kaget.

"Siapa sih yang punya kerjaan gini?!" Dumel Riu yang segera membersihkan darah ayam, sepertinya. Sedangkan Wisha membawa Cece untuk duduk di atas kasur gadis itu agar Cece mendapat ketenangan.

"Insyaallah semuanya ga apa-apa Ce, palingan orang iseng" Cece paham kalau sahabatnya itu tengah mencoba menenangkan nya. Tetapi firasatnya mengatakan bahwa ini tidak akan baik-baik saja. Semuanya semakin ke sini rasanya semakin mengerikan. Dan Cece takut.


"Apa gue seburuk itu buat hidup ya?" Tanya gadis itu tanpa menatap mata Wisha. Cece hanya menatap tangannya yang saling menggenggam seolah-olah ia menguatkan dirinya sendiri walau tidak mampu. Wisha dan Riu yang tengah membersihkan darah tersebut bungkam dan merasa ada sesuatu yang membuat emosi mereka ingin meledak tetapi tidak mungkin untuk diungkapkan.

Sebab, Cece kembali berbicara, "Apa gue hama perusak sampai harus dibasmi?"

"Engga! Lo ga hama! Lo itu Cheryll Loveanda Denissa super keren, super baik, super cantik, super pinter walau super judes juga tapi lo ga berhak dijahatin kayak gini" tutur Riu sedikit emosional tetapi masih bisa dikontrol.

"Tapi kan ga semuanya orang akan memandang gue kayak gitu Riu"

"Bukan berarti lo buruk seperti yang lo pikirkan Ce" tambah Wisha.

"Tapi apa salah gue?! APA?!" Wisha dan Riu segera memeluk sahabat mereka. Mereka paham bahwa sahabat nya tengah frustasi. Dia tengah butuh ditemani, bukan dihakimi, apalagi ditinggalkan karena dia merasa kita tidak mengerti.

Sejahat apapun kata-kata orang lain saat mereka frustasi, bukan berarti mereka membenci kita. Mereka hanya butuh ditemani agar mereka yakin bahwa tidak ada yang meninggalkan nya, sehingga ia tak merasa kesepian lagi. Dan itu yang tengah dilakukan Riu dan Wisha. Mereka tahu bahwa menjadi Cece tidak lah mudah.

Mereka menangis bersama tanpa ada yang berbicara. Menangis sambil berpelukan satu sama lain agar mereka sadar bahwa mereka ditakdirkan untuk melengkapi dan menguatkan satu sama lain. Bukan untuk meninggikan ego. Lalu meninggalkan. Persahabatan bukan lah sebuah ikatan sederhana, tetapi sebuah ikatan persaudaraan tanpa darah.


"Ce, sebenarnya gue dari dulu pengen nanya" ucap Riu hati-hati saat mereka tengah tiduran di atas kasur Cece. Baik Wisha maupun Cece bingung.

"Maksudnya?"

"Apa ada sesuatu yang pernah terjadi di masa lalu antara lo dengan Leona?"

Deg!

Tak ada suara yang keluar dari mulut Cece sama sekali. Gadis itu bungkam seribu bahasa karena tidak tahu harus menjelaskannya seperti apa. Akan tetapi, ia hanya menghela nafas gusar.

"Gue belum siap cerita" hanya itu yang keluar dari mulut Cece. Baik Wisha maupun Riu mencoba mengerti karena semuanya pasti sesuatu yang berat. Bukan sesuatu yang bisa dikatakan dengan sekali cerita.

Sebuah benang yang telah kusut, akan sulit ditemukan jalan membenarkannya, karena telah terlalu runyam.

********

Sedangkan di rumah Jov, Ovin tengah mendapat makian besar-besaran dari Arta karena tindakan lelaki itu tadi saat di kantin fakultas. Jelas-jelas Shania sengaja melakukan itu agar dirinya dengan Riu bertengkar di hadapan orang banyak.

"Lo itu pintar tapi goblok banget bangsat!" Umpat Arta yang membuat Ovin melemparkan kacang garudanya pada Arta.

"Mulut lo ga ada manis-manisnya" keluh Ovin yang membuat Jov dan Tara hanya menggeleng melihat Tom & Jerry itu.

Rain In Summer || JaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang