39) The Warm Winter

65 6 1
                                    

"Cece, bisa ngobrol sebentar?" tanya Leona disaat yang lainnya sudah hendak akan berangkat.

"Boleh."

Semuanya hanya menatap kepergian dua sahabat lama yang menyayangi satu sama lain dengan cara yang berbeda. Satu dengan menjadikan dirinya penjahat dunia dan satu lagi juga menjadikan dirinya penjahat karena rasa bersalah. Terkadang Wisha merasakan bahwa baik Cece dan Leona adalah dua orang baik yang tak sengaja terbentur permasalahan kompleks.

Disaat keduanya sampai di halaman belakang, dengan pemandangan bunga mawar putih kesukaan mamanya Leona, Cece bisa merasakan bahwa perempuan paruh baya itu tengah menemani putrinya.

Tak ada suara pada awalnya karena keduanya sama-sama lupa cara berkomunikasi dan menyapa satu sama lain. Padahal mereka bukan lah orang asing, tetapi situasi membuat mereka asing.

"Lo suka sama Tara?"

Cece tidak menyangka pertanyaan itu yang akan muncul dari sekian banyaknya pertanyaan lainnya. "Mak..." Cece menghentikan kalimatnya sebelum menjawab, "Iya." dengan tegas. Cece tahu bahwa Leona tidak suka jawaban berbelit-belit.

Leona tersenyum manis sembari menatap mawar putih di sana, entah kenapa hatinya perih tapi juga lega karena mungkin Cece tidak membohongi dirinya dihadapannya. Seolah-olah Leona bisa tahu bahwa sahabatnya lamanya ini adalah sosok penyayang yang sesungguhnya.

"Well, glad to hear that. Tapi, satu hal yang harus lo tahu, selepas dari sini, kehidupan lo harus di reset dulu."

"Gue tahu," jawabnya yakin. "Kenapa lo ga takut?"

"Karena ada lo."

Cairan bening yang tak pernah Cece duga akan keluar, detik itu keluar dengan derasnya bersamaan dengan isak tangis Leona yang meraung kesakitan. Ada luka, frustasi, ketakutan, kesendirian, kesedihan, dan juga kehampaan. Seolah selama ini, Leona berusaha bertahan dalam kecamuk badai yang tak kunjung reda. Badai yang entah akan berganti dengan sinar mentari.

Semua yang menyaksikan kejadian itu hanya termenung akan rasa bersalah dan marah pada diri sendiri. Mereka yang selama ini hanya melihat Leona sebagai sosok penjahat bagi sahabat mereka kini hanya terlihat seorang gadis remaja yang kehilangan segalanya dan menangis dengan pilunya. Suara tangis itu, membuat Wisha dan Joanna dipeluk Jovan karena keduanya sudah menangis.

Berbeda dengan Riu yang memilih termenung dalam pikirannya. Rasa yang tak bisa ia ungkapkan tiba-tiba saja menggerakkannya untuk berlari ke arah Leona dan Cece lalu memeluk keduanya dan ikut menangis.

Arta untuk pertama kalinya merasa bahwa Leona bukanlah sembarangan gadis. Melainkan sosok tangguh yang tak pernah dilihat oleh orang lain. Bagaimana bisa seseorang yang selama ini ia anggap sebagai sosok jahat dan tidak bermoral adalah orang yang memilih menjadi jahat agar orang yang ia sayangi tidak celaka?

Akhirnya Arta sadar bahwa dari sudut siapapun, siapapun bisa menjadi penjahat yang benar-benar jahat. Dan Arta sedikit menyesal dan lega? Entahlah, walaupun yang Leona lakukan baik tapi beberapa hal tetap merusak moral baginya.

________________________________

Seperti yang sudah direncanakan, Tara akan kembali mencoba menghubungi Julia untuk memancing Abisha. Tapi, apakah ini benar-benar akan berakhir dengan mudah? Tara saja baru tahu bahwa keluarga Abisha adalah salah satu mafia Indonesia.

Melawan keluarga mafia ya? Tara tak pernah menyangka akan menghadapinya. Apalagi ia jadi teringat wanita itu. Wanita yang bekerja sebagai mata-mata mafia.

'Eh, Leona. Lo yakin si Julia sering jajan di sini?' Tara bisa mendengar pertanyaan Riu melalui ear peace nya. Entah kenapa sedari tadi telinganya terlalu berisik akibat pertengkaran kecil-kecilan mereka. Serta, Tara juga sedikit kaget karena Leona mempunyai orang-orang dibelakangnya selama ini. Wajar saja jika mereka kesulitan melindungi Cece.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 24 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Rain In Summer || JaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang