11) Gladly

349 84 10
                                    

Semilir angin mampu meniup beberapa helai rambut gadis itu. Rambut hitam panjang nan indah, seakan-akan sosoknya yang tengah berdiri di balkon rumah sakit malam ini adalah  seorang dewi tanpa sayap yang merindukan langit. Kepalanya mendongak memandang si hitam. Tatapan penuh kekosongan dan rindu. Entah merindukan apa, tapi yang jelas bukan merindukan bulan apalagi bintang.

Keheningan malam ini, membuat gadis itu kembali sadar bahwa dirinya sudah mengalami banyak hal bertahun-tahun belakangan. Dan selalu saja merasa kesepian tanpa ada siapa pun. 

"Dek? Kamu masih bangun?" tanya seorang laki-laki pada gadis itu dengan suara serak sehabis bangun tidur.

Gadis itu menoleh sesaat sambil tersenyum, lalu menggeleng. Siapa pun bisa merasakan keelokan rupa Cece detik ini.

"Kamu pasti kangen sama Bapak sama Ibu ya?" pertanyaan yang sayangnya itu benar-benar tepat mampu membungkam Cece dalam kebisuan. Tak mampu menjelaskan dengan kata-kata walau hanya berkata 'iya'.

"Ingat, kamu ga salah apa-apa atas kepergian Bapak. Seharusnya kamu bangga sama Bapak begitu juga dengan Ibu" nasehat laki-laki tersebut yang baru saja berdiri di samping Cece dan ikutan mendongak menatap langit malam yang sayangnya tak ada rembulan maupun bintang.

Langit malam nan kelam, sama seperti Cece.

"Kak Derry, aku ingin sekali rasanya dipeluk Bapak dan Ibu lagi" racau nya sambil menahan air mata. Namun, Henderry sangat peka untuk seukuran seorang kakak. Laki-laki itu tahu betapa kehilangan nya mereka atas insiden kepergian kedua orang tua mereka.

Derry mendekap penuh kasih sayang dan haru bersamaan. Bagaiamana pun, sebagai kakak satu-satu nya Cece dan laki-laki satu-satu nya serta satu-satunya keluarga yang tersisa, Derry harus tegar dan kuat. Ia tak ingin adik perempuan nya selalu bersedih hanya tiap mengenang kenangan pahit yang aslinya bukan kesalahan adik perempuan nya.

Derry dan Cece, kehilangan kedua orang tua mereka saat berumur 14 dan 15 tahun. Serta, sejak umur 14 tahun pula lah, Cece mulai menutup diri dari dunia tentang rasa, kasih sayang, kecintaan dan penderitaan yang gadis itu rasakan. Yang ia percaya di dunia ini hanya lah Derry -- kakak laki-laki nya.

Percakapan berdurasi singkat itu mampu didengar oleh Tara yang hendak masuk ke ruangan, namun urung ia lakukan. Laki-laki itu terdiam dan hanya mendengarkan dengan seksama, entah kenapa, ia juga merasakan kehilangan yang mendalam walau hanya mendengar tangis.

Tara, hilang diantara ribuan kenangan manis yang hancur menjadi pahit.  Apapun, Mama nya tetap menjadi sumber kebencian ia nomor satu. Serta, Cece selalu mengingatkan Tara pada perempuan tersebut.

Pukul 01.10 dini hari, ada dua insan yang saling terluka namun memilih untuk mengungkapkan dengan cara yang berbeda; rindu dan amarah.








Tok tok tok

Mendengar ketukan pintu, Cece pun bergegas menghapus air matanya dan kembali ke tempat tidurnya. Cece menarik selimut yang entah punya siapa namun ia tahu bahwa selimut ini bukan milik Riu atau pun Wisha. Selimut bergambar Winnie The Pooh. 

"Lho Tara?" tanya Derry saat melihat siapa sosok yang ada di depan pintu inap Cece. Tara hanya mengangguk sekena nya dan masuk mengekori Derry.

Sekarang, Tara tengah meletakkan bunga lavender di dalam vas bunga yang ada di ruangan Cece. 

Cece masih diam, bahkan belum mengucapkan terima kasih sama sekali. Entah kenapa, semenjak ia sadar dua hari yang lalu, untuk bertanya saja pada Tara sangat susah. Bahkan lidahnya kelu hanya untuk berkata "Terima kasih". Sebenarnya, Cece pun merasa aneh dengan dirinya, ia bukan sosok yang tak mampu berbicara dengan baik saat bertemu dengan orang lain, hanya saja saat melihat Tara, ingin ia melarikan diri detik itu juga.

Rain In Summer || JaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang