17) Hukum Dusta

301 70 7
                                    

Hidup di dunia itu adalah fana, sehingga membuat kita selalu lupa bahwa banyak dusta yang berada disekitarnyaa. Entah dusta untuk menutupi sesuatu yang pahit atau dusta untuk menutupi sesuatu yang baik.

Tetapi, dusta akan tetap jadi dusta disaat itu tetap menjadi sebuah kebohongan. Sebab, sesuatu yang ditutupi dengan dusta hanya akan membuat hati dan jiwa sengsara.

Dan Tara sadar bahwa dirinya baru saja melakukan dusta saat pertanyaan Jov beberapa jam yang lalu tentang bagaimana perasaan nya terhadap Cece. Sebenarnya, Tara pun tidak mengerti dengan apa yang ia rasakan akhir-akhir ini. Perasaan yang hadir tanpa permisi mengetuk relung hatinya. Perlahan namun pasti.  Hingga membuat sebuah pertanyaan, why?

Dan sebuah pertanyaan ganjil yang rasanya tak ada yang bisa menjawabnya, "Kenapa harus Cece?"

Kadang Tara tersenyum miris, jawaban kenapa yang ada disana tak bisa ia jabarkan seperti pertanyaan-pertanyaan saat ujian dengan lebih 1000+ words. Pertanyaan yang akan terjawab dengan sendirinya, kelak, suatu saat nanti.

Pokoknya, setiap ia berjumpa di sudut ruangan yang memiliki wangi buku-buku usang yang menguning dihias langit senja yang mulai mengikis jarak antara siang dan malam pada cakrawala hingga aroma rosemarry yang samar-samar masih tercium bau nya. Mampu membuat Tara selalu lupa bahwa ia dalam usaha meraih kemenangan lomba.

Figur Cece setelah ia kenali tak sama seperti perempuan kebanyakan yang akan modus tentang banyak hal, entah bertanya sudah makan atau belum, perihal tugas, minta tolong yang ga jelas hingga banyak hal memuak kan lainnya.

Sedangkan, sosok yang saat ini tengah berada di rangkulannya itu tak pernah melakukan hal-hal demikian. She ignores everything that might be a chance for her to talk many things with him.

Dan dengan hanya sikap acuh tak acuh nya Cece lah yang berhasil membuat Tara tergerak untuk mengenal lebih jauh lagi.

Entah lah, ia rasa mungkin ini efek tidak pernah dekat dengan gadis mana pun yang benar-benar membuat ia berbicara cukup banyak.

Tetapi, melihat bagaimana badan Cece yang mulai pucat dan nama dua kata yang selalu ia lontarkan mampu membuat hati Tara bergetar. 




"Pak, Buk, Cece kangen" isak nya dalam gendongan Tara.

"Jangan tinggalin Cece"

Gadis ini, merindukan kedua orang tuanya. Entah kenapa, suara parau bernada sendu itu membuat Tara serasa tidak ingin melepaskan pelukannya. 


Tara pusing bukan main. Ia tak pernah sekhawatir ini saat mengantar kan seseorang ke rumah sakit, saat melihat orang lain kesakitan, hingga saat gadis itu masih menutup mata dan berwajah pucat.

Semua akal sehatnya mendadak tak berfungsi sama sekali. Ia bahkan tak tahu bagaimana berbicara kepada yang lain.

"Jov, gue pergi dulu" pamit nya yang membuat Jov kebingungan. Bagi Tara, pikirannya kacau sejak bertemu mantannua tadi. Mungkin itu yang membuat ia khawatir pada Cece? Mungkin.

"Kemana lo?"

Nihil. Tak ada respon sama sekali dari laki-laki tegap itu terhadap pertanyaan yang diajukan Jov.

Jov hanya bisa menghela nafas dan memilih duduk di kursi yang memang disediakan pihak rumah sakit ini. Pikirannya pun sama kalutnya dengan situasi sekarang tentang bagaimana persahabatannya bisa saja rentan akibat cinta.

Tara, lelaki itu sudah mulai tertarik kepada Cece. Hanya itu pemikiran singkat yang dapat Jov rasakan.

"Au ah pus--"

Rain In Summer || JaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang