9 hari sebelumnya...
Jov pun mulai menjalankan aksinya dengan datang ke rumah Wisha dan bermain disana dalam kurun waktu yang tidak sebentar. Jika biasanya Jov hanya menghabiskan waktu dua sampai tiga jam, sekarang Jov sudah datang sejak pukul tujuh pagi dan belum pulang sama sekali.
Hal ini cukup membuat Wisha merasa aman dan tentram. Sebab, tak ada lagi perbudakan yang dilakukan oleh ayah atau kedua abangnya. Biasanya setiap pagi, Wisha yang akan memasak makanan, membersihkan rumah, mencuci pakaian, membersihkan mobil ayahnya dan dua buah motor abangnya. Belum lagi membersihkan kolam renang belakang rumah. Disaat rumah Wisha memiliki dua orang asisten rumah tangga.
Gadis lugu dan baik hati itu tak pernah tahu alasan kenapa ayah dan dua saudara nya sangat membenci dirinya kecuali dirinya adalah seorang perempuan rendahan. Hanya itu dan tidak lebih.
"Hei, lagi mikirin apa?" Tanya Jov sambil menjentikkan jari nya untuk membuyarkan lamunan Wisha. Wisha agak kaget dan menatap Jov.
Gadis itu melihat manik hitam yang dimiliki Jov, menyelam sedalam mungkin yang ia bisa hanya demi menemukan satu hal, rasa aman. Wisha tersenyum ke arah Jov, "Cuman mikirin hal-hal sederhana kayak rasanya juga agak aneh aku lepas dari pekerjaan rumah."
Jov menatap Wisha lekat dan mengusap kepala gadis itu dengan rasa bangga, "Kamu cewek yang kuat," dan dengan begitu saja Wisha menjadi malu dan merona serta terharu.
Jov tau gadis dihadapannya saat ini tengah malu-malu kucing, bukannya berhenti, Jov malah semakin mengelus-elus kepala Wisha penuh kasih sayang. "Aku bersyukur dijodohin sama kamu." Bukannya berhenti membuat anak perawan orang merona, Jov pun mulai menggenggam tangan kanan Wisha dan mengelus-elus nya juga disaat tangan kirinya berada di kepala Wisha, "Makasih banyak udah mau bertahan dan selalu kuat sampai detik ini."
Wisha terharu, tangisnya pecah begitu saja. Tak pernah ada seorang pun yang mengatakan kalimat itu sebelumnya, bagi orang lain kehidupan Wisha itu sempurna. Gadis paripurna yang memiliki segalanya dan bisa mendapatkan apa saja. Tapi orang-orang tidak pernah tahu bahwa kehidupan Wisha itu seperti dipenjara namun tidak berjeruji.
Hanya saja, konsep kehidupan akan selalu begitu. Kita selalu mendambakan kehidupan orang lain, merasa kita lebih sengsara, merasa bahwa kita hanya lah manusia yang hidup dalam kesulitan dan orang lain selalu menemukan bahagianya. Bukankah rumput tetangga akan selalu hijau dibanding rumput kita sendiri?
Disaat sela-sela tangis haru tersebut telah reda, Wisha tertidur begitu saja ke arah pangkuan Jov yang membuat lelaki itu tersenyum penuh bahagia dan kasih sayang. Jov pun mengangkat tubuh Wisha ke atas kasur gadisnya dan menyelimuti tubuh Wisha, tak lupa dengan sebuah kecupan singkat di kening Wisha, "I love you," ucapnya. Sebenarnya, Wisha sedikit terusik saat diangkat namun malu membuka mata.
Ternyata, kata-kata Jov mampu membuat Wisha meremat seprei karena grogi.
Saat Jov akan keluar dari kamar Wisha, lelaki itu tak sengaja melihat salah satu saudara laki-laki Wisha menggunakan jaket merah, jaket tempat kurir yang selalu mengantar kan paket ke rumah-rumah. Jov mengernyit heran, sehingga ia mendekat ke arah celah pintu kamar Wisha demi mendengarkan percakapan saudara laki-laki Wisha dengan seseorang.
"Password?"
Ada jeda sesaat, "Hujan di musim panas." Jov semakin tidak mengerti dengan maksud yang dikatakan kakak Wisha.
"Sekarang gue ke lokasi lo, lo dimana?"
"....."
"Oke, gue ke sana sekarang." Dan panggilan itu pun terputus begitu saja.
Jov bergegas menuju balkon kamar Wisha, ia melihat dari balik gorden itu plat motor yang digunakan oleh kakak Wisha dan memfotonya dengan kamera hp.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rain In Summer || Jaemin
FanfictionBaik Cheryll atau akrabnya dipanggil Cece itu juga memiliki masalah dalam hidupnya. Permasalahannya dengan mantan sahabatnya yang tak pernah selesai. Begitu juga dengan Tara yang tak pernah bisa berdamai dengan kejadian masa lalunya. Dibawah hujan m...