Lelah

2.2K 214 65
                                    

Saat ini motor Bara dan Rizki melaju menuju rumah sakit sedangkan yang lain sudah pulang terlebih dahulu. Berbeda dengan mereka yang mau melihat perkembangan sahabatnya.

Di dalam ruangan, Syaqilla sangat senang karena ada kedua sahabatnya yang menemaninya sejenak ia melupakan kesedihannya.

"Tania anterin gue beli makan yuk laper nih," ucap Gladys sambil mengusap-ngusap perutnya.

"Ogah." Tolak Tania mentah-mentah.

"Duh maaf ya disini gak ada apa-apa." kata Syaqilla tidak enak.

Suara pintu terbuka Tania dan Gladys yang sedang tiduran di sofa buru-buru duduk. Mereka sungguh kaget melihat Bara dan Rizki yang datang tatapan tajam. Tania mengarah ke Bara oh jangan lupakan jika Tania sudah menganggap Bara sebagai musuhnya.

"Nih." Bara menyodorkan dua kantong plastik ke Syaqilla .

"Ini apa? Dan buat siapa?" tanya Syaqilla heran.

Bara berdecak. "Ini makanan buat lo pada gue tau lo belum pada makan kan?" Syaqilla dan Gladys mengangguk berbeda dengan Tania yang sama sekali tidak peduli.

Gladys dan Syaqilla sudah duduk di lantai mereka mulai membuka plastik itu dan ternyata isinya nasi goreng.

Gladys menggoyangkan kaki Tania. "Ayo Tania makan dulu lo kan juga belum makan."

Tania menggeleng. "Gak minat."

Bara yang tau bahwa Tania sedang marah dengannya hanya cuek saja tak perduli sama sekali, namun melihat wajah Tania yang pucat membuat Bara sedikit khawatir.

"Dasar cewek kalau mau marah sama orangnya jangan bawa-bawa yang udah di kasih napah gak sopan," batin Bara.

"Kenapa gak minat coba ini enak banget tau ya kan," ucap Syaqilla menyengol Gladys .

"Hooh."

"Udah lo aja yang makan gue gak mau," Jawab Tania.

Mendengar respon Tania yang seperti itu membuat Syaqilla dan Gladys pasrah. Tania suka mencuri-curi pandang melihat Gladys dan Syaqilla makan gerak-gerik Tania tertangkap basah sama Bara yang sedari tadi memperhatikannya.

"Ck mulut sama perut berbeda," ucap Bara sambil melirik Tania.

Rizki yang lagi main hp mengerutkan keningnya pertanda bingung saat melihat ke arah Tania. Ia baru paham kalau Bara sedang mencibir gadis itu sedangkan Tania sudah mati-matian menahan kesal mendengar ucapan Bara.

Gladys dan Syaqilla nampak tak peduli mereka lebih memilih menghabiskan makanannya.

"Dasar sahabat laknat gak mikirin nasib gue amat dah ayo dong tawarin gue sekali lagi pasti gue mau ah elah mereka malah asik makan sial."

Bara menghampiri Tania duduk tepat di samping Tania ia mengambil satu bungkus makanan dan menyerahkannya di pangkuan Tania tanpa sepatah kata pun ia keluar dari ruangan. Rizki melirik sekilas ke arah Dirga tatapannya menyiratkan kerinduan yang mendalam ia yang tau alasan Bara keluar segera menyusul sahabatnya.

"Tuh orang napa dah," batin Tania heran.

Karena gak mau diambil pusing Tania mulai bergabung bersama dengan Syaqilla dan Gladys mereka menggelengkan kepala melihat cara Tania makan.

"Hilih tadi aja bilang gak minat dan sekarang minat permirsa," ucapan Gladys membuat Syaqilla terkekeh sedangkan Tania menaikan bahunya acuh.

Bara duduk di kursi taman rumah sakit, hatinya sakit melihat kondisi Dirga seperti itu ia tidak sanggup jika berlama-lama di sana.

Rizki menepuk pundak Bara. "Gue tau apa yang lo rasain pasti nyesek kan liat kondisi Dirga kayak gitu, tapi gue harap lo jangan terlalu nunjukin kesedihan lo. Kita semua terpukul tapi masih ada yang lebih terpukul lo pasti tau siapa kan," ucap Rizki respon Bara hanya mengangguk.

"Kita harus yakin kalau Dirga akan sadar jangan berlarut dalam kesedihan karena dengan menangisi apa yang terjadi gak akan mengubah yang sudah terjadi bukan?" lanjutnya.

Bara mengangguk kembali apa yang di ucapkan Rizki benar ia yakin Dirga akan kembali.

"Gue harap begitu karena gue gak mau sampai Dirga gak ada yang nantinya gue ngebunuh mereka," kata Bara.

Rizki terkekeh. "Kayaknya pas Dirga sadar juga mereka udah mati duluan."

Kini Syaqilla sendiri lagi setengah jam yang lalu teman-temanya sudah pada pulang. Syaqilla duduk di samping Dirga menatap lekat wajah Dirga yang tertidur dengan lelapnya.

"Ka kapan bangun?" lirih Syaqilla.

"Apa kaka seriusan mau ninggalin Killa? Jangan pergi ka, gimana nanti nasib aku. Kenapa rasanya takdir gak berpihak sama aku saat aku sudah merasakan apa itu cinta tapi yang aku cintai gak pernah bisa mencintai aku ...." Syaqilla menitikan air matanya.

Syaqilla memeluk Dirga dengan erat melampiaskan rasa rindunya. Ia ingin sekali Dirga membalas pelukannya bahkan segala keinginan semasa ia ngidam bisa dituruti oleh suaminya tapi itu hanya sebuah harapan. Ia hanya mampu menunggu kapan keajaiban datang kepadanya karena ia tak ingin berharap besar yang akan membuat kecewa nantinya.

Tangannya terulur untuk menggenggam tangan Dirga dengan erat. Matanya memanas, ia merasa tidak berguna disaat seperti ini. "Kak, bangun. Syaqilla enggak sanggup liat kakak kayak gini. Aku mohon sadar ka bertahan lah demi anak kita," pintanya.

"Hikss kapan semua ini berakhir ka hikss aku cape dada Killa sesak liat kaka kayak gini hiks ...." Syaqilla memukul dadanya menahan sesak.

Dengan hati-hati Syaqilla mendekatkan wajahnya di wajah Dirga, air matanya mengalir deras di kedua pipinya. Perlahan Ia mulai memajukan wajahnya lalu mengecup bibir Dirga dengan lama kening mereka bahkan sudah saling bersentuhan. Syaqilla memejamkan matanya biarlah kali ini ia egois dengan melakukan hal nekat seperti itu.

Tanpa Syaqilla ketahui  ada seseorang yang merekam aksinya ia tersenyum puas tugasnya telah selesai. Setelah itu ia menutup pintu ruangan dengan hati-hati dan berlalu pergi begitu saja.

Dirgantara (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang