Satu minggu sudah berlalu, namun belum ada tanda-tanda Dirga akan sadar. Segala usaha dan doa telah mereka lakukan namun soal hasil belum juga mereka dapatkan.
Badan Dirga makin kurus dan itu sangat membuat mereka khawatir. Mata pria itu masih setia terpejam seperti asik dengan dunia barunya tanpa memikirkan seseorang yang sangat terpukul. Raut wajah Dirga yang selalu dingin seketika sirna digantikan dengan raut wajah damai seperti tidak ada beban.
Di luar ruangan sudah ada orang tua Dirga, orang tua Syaqilla bahkan teman-teman Dirga pun ada mereka menunggu dokter keluar dan memberikan keterangan tentang perkembangan Dirga.
Ceklek!
Pintu ruangan terbuka Syaqilla menutup kedua telinganya dengan kedua tangannya. Ia tidak mau mendengar ucapan sang dokter. Rani mendekap erat tubuh putrinya yang mulai bergetar diiringi dengan isakan piluh yang lain menatap nanar ke arah Syaqilla. Mereka paham bahwa Syaqilla sudah sangat trauma mendengar kata-kata Dokter itu yang sudah selama satu minggu ini selalu menerangkan perkembangan Dirga bukannya membuat Syaqilla senang justru malah membuatnya down.
Dokter yang diketahui bernama Bayu itu keluar, pria yang memakai jas putih itu paham bahwa Syaqilla sedari tadi mengintip di balik dekapan wanita paruh baya. Ia jadi merasa berdosa sendiri membuat anak orang jadi trauma akan dirinya.
"Bagaimana dok apa anak saya ada tanda-tanda akan sadar?" tanya Geral dengan tergesa-gesa.
Dokter Bayu menghelas nafas berat pria itu menggeleng lesu. Syaqilla mengeratkan pelukannya, Rani yang paham mengelus-ngelus pundak anaknya mencoba menyalurkan kekuatan namun kondisi Syaqilla seperti ini sulit membuat anaknya bisa mengontrol emosinya.
"Belum Pak bahkan Dirga tidak ada sama sekali perubahan masih sama seperti awal."
Geral dan Sinta lemas rasanya kakinya tak mampu di gerakan kembali hanya air mata yang mengalir di kedua pipinya. Tania segera memeluk Sinta.
"Dirga sayang bangun nak hiks ini mamah," ucap Sinta pelan.
"Tante yang sabar pasti ka Dirga akan sadar." Tania mencoba meyakinkan Sinta namun Sinta hanya mengangguk sambil masih menangis terisak.
Anak-anak Geng Asvers mengacak-ngacak rambut mereka frustasi. Sungguh mereka sangat takut jika harus kehilangan Dirga karena tidak ada sahabat sebaik Dirga. Mereka sangat ingat betapa Dirga sangat melindungi mereka.
Bara dan Rizki menatap nanar Dirga dari luar ruangan posisi mereka berada di dekat jendela, dapat mereka lihat seorang suster sedang mamakaikan alat tambahan yang tidak diketahui namanya. Alat itu sudah terpasang di sekujur tubuh sahabatnya, Bara dan Rizki menitikan air matanya untuk pertama kalinya mereka menangis.
Suasana tampak sangat menyedihkan Dokter Bayu menatap mereka dengan penuh penyesalan karena tidak bisa membantu orang yang mereka sayang sadar, namun dia pun hanya manusia biasa. Ia sudah membantu dengan semaksimal mungkin namun soal hasil ia pasrahkan kepada Tuhan.
Ketika Tuhan sudah berkehendak maka tidak ada yang bisa menentang kehendaknya. Sekuat apapun manusia mengelak takdir yang ia dapat jika takdir itu sudah di tetapkan maka tak bisa di ganggu gugat.
Syaqilla menatap mamanya kepalanya menggeleng dengan air mata yang terus membanjir kedua matanya.
"Mah hiks ka Dirga harus sadar mah hiks hiks ...."
"Mah kalau ka Dirga gak ada mama ikhlas ya kalau aku ikut ka Dirga."
Rani menggelengkan kepalanya dengan cepat semua orang yang mendengar ucapan Syaqilla merasakan rasa sesak mengapa ucapan itu sangat menyesekan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dirgantara (TAMAT)
Dla nastolatków{Follow sebelum membaca} Dirgantara pria yang memiliki ketampanan diatas rata-rata siapa sangka sifatnya yang berbahaya itu malah membuatnya terjebak dalam sebuah skandal. Tepat malam itu ia malah berada di kamar dengan seorang perempuan yang tidak...