Syaqilla masih saja menangis terisak-isak. Dirga yang berada di dekat pintu kamar segera masuk. Sebelum itu, Dirga menyimpan jaketnya di sofa lalu mengahampiri Syaqilla yang membelakanginya.
Dirga mulai duduk di samping. Karena ranjangnya sedikit bergerak Syaqilla sudah tau pasti itu adalah Dirga. Namun, karena masih marah jadi Syaqilla memilih menangis saja.
"Maaf tadi gue kelepasan ngebentak lo, lagian seharusnya lo nurut sama gue," ujar Dirga merasa bersalah.
Syaqilla tidak menjawab, namun Dirga masih bisa mendengar suara isakan piluh dari mulut mungil Syaqilla.
"Jangan marah ya, lo mau apa nanti gue turutin." Dirga memeluk Syaqilla dan sekarang dagu Dirga berada di pundak Syaqilla
Tubuh Syaqilla menegang mengapa Dirga memeluknya?
Syaqilla mencoba melepaskan pelukan Dirga. "Kaka lepas gak."
"Engga akan sampai lo maafin gue." Malahan sekarang Dirga sudah mendusel-dusel leher Syaqilla.
Syaqilla terkikik geli. "Kaka lepas haha Syqilla geli haha."
"Tapi maafin gue dulu dan lo harus nurut sama gue," pinta Dirga.
Syaqilla mengangguk sebagai jawaban. Dirga bangun dan tanpa di duga-duga Dirga berdiri di ranjang dan menarik kedua tangan Syaqilla supaya Syaqilla bangun.
"Aduh ka Syaqilla mau tidur aja ah. Lagian dari tadi Syaqilla nangis. Kan nangis itu ngeluarin tenaga jadu aku mau tidur aja ya ka," rajuk Syaqilla.
Dirga menggeleng dan masih mencoba menarik kedua tangan Syaqilla. "Mau di baikin apa dikasarin?" tanya Dirga dengan nada tegas.
Syaqilla meneguk ludahnya rasanya badannya tiba-tiba lemas mendengar ucapan tegas Dirga.
Syaqilla pasrah. "Iyah Killa bangun tapi gendong ya."
"Buruan."
Syaqilla mengalungkan kedua tangannya di leher Dirga, sedangkan Dirga menahan agar Syaqilla tidak jatuh. Sepanjang perjalanan menuju ruang tamu sesekali Syaqilla menjaili rambut Dirga, mulai dari diacak-acak sampai dibuat keatas dan ia terkekeh akan perbuatannya.
"Syaqilla rambut gue," geram Dirga.
"Mau bentak Killa lagi? Kalau kaka bentak Killa sama aja kaka bentak anak kaka," ucap Syaqilla.
Dirga mengerutkan keningnya apa iya seperti itu?
"Lah gue kan ngebentak lo bukan anak gue apa ngaruhnya?"
Dirga menurunkan Syaqilla dari gendongannya dan kini Syaqilla sudah duduk di sofa ruang tamu.
"Ngaruh lah, biasanya anak itu lebih sayang ama mommynya. Jadi kalau kaka ngebentak aku mau anak kaka yang awalnya udah gak sayang tambah gak sayang?"
Dirga melongo mendengar jawaban Syaqilla dari pada repot-repot menjawab pertanyaan Syaqilla ia lebih memilih ke dapur untuk membuatkan Syaqilla susu.
"Apa gue kuat ngadepin Spesies kaya Syaqilla,"batin Dirga.
"Ouh ya ka, tadi kata mama nanti malam mama sama papah kesini," teriak Syaqilla.
Sedangkan Dirga tidak menjawab dan lebih memilih melihat bagaimana cara membuat susu. Untuk rasa, Dirga membuatkan susu rasa vanilla.
"Kaka jawab dong ini Killa udah teriak-teriak juga." Teriak Syaqilla lagi.
Kesabaran Dirga habis dirinya ikutan menjawab pertanyaan Syaqilla sambil berteriak juga.
"Syaqilla bego jangan teriak-teriak gue juga denger."
"Dan lo jangan teriak-teriak deh belum waktunya lo brojol," lanjut Dirga.
Syaqilla tertawa mendengar ucapan Dirga.
"Kaka gak waras, masa iya teriak doang bikin brojol hahaha bahasa apaan lagi tuh brojol haha Killa ngakak." Syaqilla tertawa terpingkal-pingkal di Sofa.
Syaqilla masih saja tertawa sedangkan Dirga sudah berada di depan Syaqilla sambil membawa segelas susu, namun Syaqilla belum menyadari kehadiran Dirga.
"Nih minum." Dirga menyorkan segalas susu
"Haha bentar dulu ka haha aduh tolong Killa ini haha kenapa gak bisa berhenti ketawa." Syaqilla masih saja tertawa.
Dirga memijit pelipisnya mengapa Syaqilla jadi menyebalkan seperti ini.
"Gue bentak mau?" Ancam Dirga seketika tawa killa terhenti.
"Kaka mau an--." Dirga lebih dulu memotong ucapan killa
"Minum jangan banyak omong."
"Iyah ini Killa minum." Syaqilla menerima segelas susu.
Tiba-tiba saja Syaqilla menyemburkan susu yang baru saja ia teguk dan tepat sekali semburan itu mengenai baju Dirga. Syaqilla terbatuk-batuk dan Dirga tidak marah pikirnya bisa mandi tapi mengapa Syaqilla menyeburkan susu yang baru ia teguk.
Dirga menepuk pelan pundak Syaqilla." Kenapa disembur-sembur sih lo mau jadi mbah dukun?"
Syaqilla menjawab." Enak aja killa mana mau jadi mbah dukun itu susunya kemanisan, Killa kurang suka yang manis-manis."
Dirga mengambil gelas susu yang berada di tangan Syaqilla dengan keberanian kuat Dirga meminumnya karena memastikan ucapan Syaqilla benar apa tidak. Namun beberapa detik kemudia Dirga pun menyemburkannya dan itu mengenai baju Syaqilla
"Kaka kenapa diminum itu kan susu hamil hm kecuali kaka hamil baru." Ceplos Syaqilla.
"Sembarangan lo kalau ngomong," kesal Dirga sambil mengelap sudut bibirnya.
Syaqilla menampilkan wajah jeleknya dan itu membuat Dirga mau ketawa namun pupus setelah Syaqilla berucap yang membuat Dirga kesal.
"Susunya ga enak mending Killa mandi aja," ucap Syaqilla songong sambil meninggalkan Dirga.
"Sial," batin Dirga.
Di apartemen Dirga sangat ramai karena kedatangan keluarga Dirga maupun keluarga Syaqilla. Karena Dirga masih kesal dengan Syaqilla jadi ia mendiamkan Syaqilla dari tadi sore sampai sekarang. Syaqilla tetap asik berbicara dengan sepupu-sepupu Dirga, beda halnya dengan dirinya yang hanya mengotak-ngatik ponsel tidak jelas.
"Dirga ini susu hamil banyak banget!?" teriak mama Dirga dari dapur.
"Dirga gak niat beli ma," jawab Dirga asal berbanding terbalik dengan aslinya.
Tiba-tiba saja suasana menjadi mencengkam karena Dipta-papah Syaqilla berucap yang membuat Dirga pun merasa terimidasi.
"Saya harap kamu menjaga anak saya dan calon cucu saya jika kamu lalai dalam tugas itu maka saya akan membawa Syaqilla dan menjauhkan kamu dari Syaqilla," ujar Dipta.
Dirga mengangguk mantap. "Saya siap om."
Dirga melirik Syaqilla yang sedang memperhatikannya ia seperti memberi isyarat bahwa semua akan baik-baik saja.
Walaupun memang Dirga sudah mulai menerima Syaqilla menjadi istrinya walaupun tidak bisa ia pastikan jika dirinya mencintai Syaqilla. Tapi rasa nyaman dan takut kehilangan Syaqilla sudah Dirga rasakan. Bagaimanapun setiap hari mereka satu atap bersama dan sudah dipastikan perasaan nyaman akan datang tanpa bisa ditebak.
"Baik saya pegang omongan kamu." Dipta mengakhiri percakapannya.
Sedangkan Geral hanya berdiam diri saja. Apa salah dia, sehingga mempunyai anak seperti Dirga yang sifatnya sangat berbalik terhadap dirinya.
"Semoga ucapan kamu benar ka," batin Syaqilla berharap.

KAMU SEDANG MEMBACA
Dirgantara (TAMAT)
Teen Fiction{Follow sebelum membaca} Dirgantara pria yang memiliki ketampanan diatas rata-rata siapa sangka sifatnya yang berbahaya itu malah membuatnya terjebak dalam sebuah skandal. Tepat malam itu ia malah berada di kamar dengan seorang perempuan yang tidak...