Dirga mempertimbangkan taruhan yang diajukan Theo bisa saja ia mengiyakan. Tapi, apa nantinya Theo akan jujur? Jika nanti curang bagaimana?
"Oke gue mau." Dirga berucap dengan lantang.
"Lo curang. Lo habis paham?" Dirga menatap tajam kearah Theo.
Theo berdecih. "Liat nanti." Sambil tertawa kecil.
"Gue yakin gue menang. Dari awal gue liat cewek yang kemaren boleh juga." Theo mengusap dagunya."Kalau gue menang lo harus siap kasih cewek lo ke gue."
****
Bruuummm...
Bruuummm....Deru suara knalpot motor sport besar menggema di setiap sudut jalan ibu kota yang sangat sepi. Bagaimana tidak sepi jika sekarang saja sudah menujukkan pukul tengah malam.
Di garis start Dirgantara dan Theo sudah siap. Di balik helm fullface Dirga menampilkan senyum meremehkan. Andai saja Theo tahu, sudah dipastikan mereka tidak jadi Balap liar melainkan baku hantam.
"Dirga, lo yakin bisa ngalahin Theo?" tanya Bara refleks yang membuat Dirga membuka helmnya dan mulai berbicara, seketika Bara di buat bungkam.
"Lo kayak gak tau gue aja sih. Gue yakin kalo gue pasti bisa ngalahin dia." ucapnya dengan percaya diri.
" Tapi, kalo misalnya lo kalah gimana bro?" timpal Rizki was-was.
"Liat aja nanti."
Dirga sudah memakai helmnya. Mengambil posisi tepat disamping motor Theo. Dalam hitungan ketiga motor mereka sudah mengusai jalan ibu kota yang sepi. Tentunya mereka saling mendahului agar bisa menang. Theo berada di urutan pertama, dia sudah beranggapan akan menang namun semuanya hancur ketika dalam hitungan detik motor Dirga mendahului motor besar Theo. Tentunya Theo kaget, perasaan tadi Dirga berada dibelakangnya.
Theo mencoba mendahului Dirga dengan memacu motor besarnya hingga kecepatan penuh. Namun sia-sia, usahanya tidak membuahkan hasil. Dengan lincahnya, Dirga membawa motornya dan ternyata Theo telah salah memilih lawan.
Shit jangan sampe gue kalah batin Theo.
Sampai akhirnya motor Dirga sampai pada garis finish yang artinya Dirga lah pemenangnya. Sedangkan, Theo menyusulnya sebagai juara kedua.
"Tuh kan si bos pasti menang," ucap salah satu anggota Geng Asvers yang mendapatkan anggukan dari anggota yang lain.
"Iya dong, ketua kita mah bukan cuman mulut doang yang gede." Rizki menyahut.
Suara sorak-sorak kemenangan menggema membuat Theo kesal bukan main apalagi jelas banget Geng Asvers secara tidak langsung menghina atas kekalahannya.
"Gimana? Masih belum puas buat ngejatuhin gue?" Dirga berdecih melihat Theo yang memandangnya dengan sorot mata penuh kebencian.
"Sampai mati pun gue gak akan terima! Liat aja apa yang bakal gue lakuin."
"Theo." Dirga menggeram.
" Apa?"
Tanpa aba-aba Dirga memukul Theo dengan membabi buta. Tidak ada satupun yang dapat memberhentikan mereka. Yang lain hanya menjadi penonton seberapa buas ketua Geng Asvers dalam melumpuhkan lawan.
"Cih." Dirga menyeka sudut bibirnya yang mengeluarkan darah.
Pukulan demi pukulan Dirga berikan ke Theo hingga membuat Theo tak bisa berkutik lagi jika orang lain bisa memberitahu Theo lebih baik jangan mencari gara-gara dengan Dirgantara Geovan Lukel.
Di lain tempat Syaqilla merasa panik kenapa sampai pukul dini hari Dirga belum pulang?
"Aduh kamu dimana ka?" Sedari Dirga berangkat Syaqilla mencoba bertanya pada suaminya akan pergi kemana, namun jawaban yang didapat tak sesuai harapan.
"Hoaam... aku ngantuk." Syaqilla menutup mulutnya. Hawa mengantuk sudah menyelimutinya.
Peralahan kedua bola mata Syaqilla tertutup sempurna dan seketia kegelapan lah yang datang.
Tanpa Dirga tahu Syaqilla sedari tadi menunggu kepulangan dirinya hingga berakhir tidur di sofa ruang tamu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dirgantara (TAMAT)
Teen Fiction{Follow sebelum membaca} Dirgantara pria yang memiliki ketampanan diatas rata-rata siapa sangka sifatnya yang berbahaya itu malah membuatnya terjebak dalam sebuah skandal. Tepat malam itu ia malah berada di kamar dengan seorang perempuan yang tidak...