Karena merasa suasananya tambah mencengkam maka dari itu Dirga membawa Syaqilla ke pinggir jalan agar tidak mengganggu saat mereka sedang berkelahi.
"Lo tunggu sini jangan kemana-mana!" Perintah Dirga, tanpa sadar tubuh Syaqilla menegang tanpa diduga-duga Dirga mencium keningnya sekilas.
"Aku lagi gak mimpi kan?" gumam Syaqilla sambil menepuk-nepuk pipinya.
Seperti biasa Geng Asvers lah yang menang. Rasanya Dirga sangat bosan menghadapi mereka yang hanya besar mulutnya saja. Giliran disenggol sudah tumbang duluan.
Dirga menghampiri Syaqiila yang menatapnya tanpa kedip, belum lagi mulut Syaqilla yang cengo. Wajah Dirga yang berkeringat sangat seksi.
"Itu muka tolong kondisikan," batin Dirga.
"Ekhem."
Rasanya Syaqilla malu banget ketauan liatin Dirga sampai intens seperti itu.
"Mampus gue malu banget,"batin Syaqilla.
"Eh udah selesai ya?" tanya Syaqilla.
Dirga hanya menaikan sebelah alisnya tanda bingung, tentu saja sudah selesai mengapa Syaqilla menanyakannya lagi?
"Mau pulang gak?" teriak Dirga yang sudah berada di atas motornya.
"Eh ya mau lah ka." Sambil berlari. Tanpa permisi, Syaqilla langsung duduk di belakang dan itu membuat Dirga melototkan matanya.
"Gila bar-bar banget!"
"Woi gue cabut, thanks ya," teriak Dirga kepada teman-temannya yang sedari tadi sudah gatal ingin bertanya. Tapi mereka takut dan malah membuat Dirga mengamuk nantinya.
"Yoi broo." Rizki mengacungkan jempolnya mewakilkan teman-temannya.
"Pegangan." Dirga menarik pergelangan tangan Syaqilla yang membuat semburat merah dipipi Syaqiila. Dirinya merasa berada di atas awang-awang.
Sepanjang perjalanan menuju apartemen, Syaqilla makin mempererat pelukannya dan menyandarkan pipinya di bahu Dirga. Tanpa Syaqiila tau, Dirga tersenyum tipis di balik helm full face-nya
Sepeda motor Dirga sudah memasuki basmeent apartemennya. Syaqilla dengan hati-hati turun dari motornya, perasaan saat ia naik terasa gampang, namun kenapa saat turun susah?
"Kenapa?" tanya Dirga yang sudah melepas helm full facenya.
"Hm anu." Kenapa lidahnya terasa kelu sekali.
"Anu apa?" tanya Dirga rasanya ia pengen ketawa melihat muka Syaqilla yang memerah akan perkataannya.
"Ish aku gak bisa turun," cicit Syaqilla.
"Bilang dong kirain anu apa," ucap Dirga tanpa dosanya.
"Sini." Dirga mengulurkan tangannya membantu Syaqilla turun. Setelah itu, ia meninggalkan Syaqilla.
"Mama ish Syaqilla salah apa coba punya suami kayak kutub gitu," gumamnya sambil menghentak-hentakan kakinya ke tanah.
****
Malam telah tiba, Syaqilla sekarang sedang mengerjakan rutinitasnya. Seperti biasa ia akan masak untuk suami kutub tercintanya.
"Udah jadi belum?"
Suara berat yang baru saja tiba mengagetkan Syaqilla yang sedang memasak.
"Bisa gak sabar dikit." Kesal Syaqilla.
"Cih lelet."
Syaqilla menarik nafasnya laku menghembuskannya, "Sabar Syaqilla sabar orang sabar makin semok,"batinnya sambil mengusap dadanya.
Dirga menatap makanan yang tersaji di meja makan dengan mata berbinar. Rasanya masakan Syaqilla sangat menggugah selera.
"Mau aku siapin ka?" tanya Syaqilla hati-hati.
"Gak usah."
Syaqilla hanya bisa mendengus pasrah. Setelah itu, mereka menikmati makan malam dengan hening, hanya terdengar dentingan sendok dan piring yang beradu.
"Thanks buat makan malam ini," ucap Dirga sambil mengelap bibirnya dengan tisu.
"Gak usah makasih ka, ini kan dah tanggung jawab aku sebagai seorang istri." Syaqilla menjawabnya dan tak lupa memberi senyum manisnya.
"Istri? Inget, kita menikah hanya karena status gak ada tuh yang namanya cinta paham?"
"Iyah ka." Syaqilla sakit rasanya mendengar kata-kata pedas Dirga yang nantinya akan selalu dilontarkan untuknya.
"Bagus," ucap Dirga sambil berlalu pergi menuju kamarnya.
*****
Pagi telah tiba, seperti biasa banyak manusia yang akan melakukan aktivitas seperti biasanya.
"Huft berangkat sendiri lagi deh," ucap Syaqilla sambil menunggu angkutan umum.
Syaqilla ditinggalkan Dirga, entah kenapa tadi pagi Dirga sudah tidak beradi di apartementnya.
Disisi lain, Dirga dihadang oleh sekumpulan orang-orang tidak jelas, ya siapa lagi jika bukan rivalnya. Rasanya Dirga ingin menghabisi meraka agar tidak banyak mencari malasah lagi dengannya.
"Wahh pemimpin lagi sendiri nih," ejek Theo.
"Gue sendiri pun bisa matiin lo semua." Dirga turun dari motornya dengan angkuhnya ia berjalan maju mendekati mereka.
"Mau apa lo?" tanyanya.
"Santai lah," ucap Theo sambil memutar-mutar kunci motornya.
"Langsung aja. Jangan basa-basi." Dirga menepis tangan Theo.
Theo terkekeh pelan. "Santai. Cewek yang kemarin, boleh juga," bisiknya dengan seringaiannya.
Dirga mendelik, ia menarik kerah baju Theo. "Jangan macem-macem lo bangsat!" ucapnya dingin.
Melihat reaksi Dirga, membuat Theo tersenyum sinis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dirgantara (TAMAT)
Novela Juvenil{Follow sebelum membaca} Dirgantara pria yang memiliki ketampanan diatas rata-rata siapa sangka sifatnya yang berbahaya itu malah membuatnya terjebak dalam sebuah skandal. Tepat malam itu ia malah berada di kamar dengan seorang perempuan yang tidak...