Bel pulang berbunyi. Bara dan Rizki baru saja keluar kelas, namun mereka bingung melihat seorang gadis yang menghadang jalan mereka.
"Hmm ka tunggu bentar deh."
"Temen aku pengen ngomong sesuatu sama kaka." Lanjutnya.
"Eh, ko gue sih," ucapnya tak terima di tuduh seperti itu, karena kesal ia memukul lengan temannya dengan cukup keras.
"Auw sakit tau," ucapnya sambil mengelus lengannya yang bekas pukulan.
Bara tersenyum tipis melihat ekspresi kesal gadis yang memiliki lesung pipit itu dan menurut Bara ia sangat lucu. Beberapa detik kemudian, Bara menggelengkan kepalanya mengapa bisa-bisanya ia memuji gadis itu.
"Lo berdua sahabat Syaqilla kan?" tanya Rizki.
Mereka mengangguk. Ya, kedua gadis itu adalah Gladys dan Tania.
"Ada apa?" tanya Bara to the point.
"Gini ka, hm ... kita mau ke rumah sakit jenguk ka Dirga sekalian ketemu Syaqilla." Gladys nampak takut-takut melanjutkan ucapannya. Bagaimana ia tidak takut, jika ditatap oleh mata elang milik Bara, tatapan itu seperti tidak bersahabat dengannya.
"Intinya, dia minta tebengan buat ke rumah sakit." Tania berucap dengan santainya.
"Ihk Tania lo mah main asal jeplak aja kebiasaan deh, ah gue malu anjir," bisik Gladys namun Tania hanya mengedihkan bahunya acuh.
Rizki menyenggol lengan Bara. Yang di senggol hanya menganggukan kepala lalu pergi duluan meninggalkan Rizki yang mengelus dadanya sabar. Mengapa ia harus memiliki dua sahabat yang memiliki sifat seperti itu, sedangkan dia sendiri yang memiliki sifat bobrok.
"Gila tuh, orang cakep sih tapi sayang dingin," batin Tania.
"Lo berdua boleh nebeng, nanti Gladys sama gue Tania sama Bara." Jelas Rizki.
Tania hanya pasrah ketika tangannya ditarik oleh Gladys. Sesampainya di parkiran, sudah terlihat Bara yang sedang duduk di motor lengkap dengan jaket kebanggannya.
"Hm gue naik angkot aja, nanti lo chat gue ya. Lagian gue udah tau rumah sakitnya ko," ucap Tania.
"Ihk ko gitu sih."
"Ya suka-suka gue lah."
Karena masih asik berdebat mereka tidak sadar jika Bara dan Rizki sudah berada di samping mereka.
"Gladys buruan naik," kata Rizki.
Dengan ragu, Gladys pun akhirnya naik. Tania jalan lebih dulu membuat Bara mengerutkan keningnya, seharusnya gadis itu ikut bersamanya mengapa malah jalan lebih dulu.
"Lah itu si Tania kan harusnya sama si Bara kan?"
"Seharusnya sih gitu, tapi tadi dia bilang naik angkot aja."
Bara yang kesal langsung menghampiri Tania. Bisa-bisanya gadis itu membuatnya menunggu lama, namun bukannya bersamanya malah meninggalkannya. Bara paling tidak suka jika di permainkan seperti ini, secara tidak langsung gadis itu mencari masalah dengannya.
"Naik atau gue tabrak." Ancam Bara.
Tania berdecak kesal karena ancaman Bara. Ia mulai berani melawan Bara dan tak memikirkan jika yang berada dihadapannya adalah kaka kelasnya.
"Wah lo emang udah gak waras, gue gak mau naik paham! Lo ngerti kan bahasa binatang?"
Gladys dan Rizki tertawa mendengar ucapan Tania. Gladys cukup salut dengan sahabatnya yang sangat berani, berbeda dengan Rizki yang nampak senang melihat muka merah Bara pertanda marah sudah persis seperti Dirga.
"Bahasa manusia woi bukan bahasa binatang." Teriak Gladys sambil masih menyisakan tawanya.
Bara yang sudah muak buru-buru turun dan menggendong Tania dan membuat Tania menjambak rambut Bara dengan membabi buta. Rizki yang tidak mau ketinggalan moment seperti itu segera mengeluarkan ponselnya untuk merekam adegan yang menurutnya sangat langka.
"EH SETAN! TURUNIN GUE! GAK MIKIR APA GUE MALU BEGO, AH ANJING PERCUMA GUE NGOMONG SAMA SETAN KEK LO GAK AKAN DI JAWAB."
Bara tak memperdulikan semua umpatan Tania. Setelah Tania duduk buru-buru bara menjalankan motornya karena tau pasti gadis petakilan itu akan turun.
"BARA MULAI SAAT INI LO MUSUH GUE ANJING."
Karena Bara membawa motor seperti orang kesetanan dengan terpaksa Tania memeluk pinggang Bara dengan erat. Bara terkekeh melihat gadis itu yang sangat ketakutan karena ulahnya.
*****
Di sebuah ruangan yang terletak di dekat hutan, terdengar suara rintihan yang sangat memilukan. Suara cambukan pun sudah seperti pelengkap. Setiap satu cambukan menimbulkan suara yang sangat nyaring bersamaan dengan teriakan permintaan ampun.
"SAKIT SHH AMPUN."
Cetar
"ARGHH."
Seorang pria masih asik memberikan cambukan kepada mereka yang sudah melemah. Hingga suara decitan pintu membuatnya menengok dan melempar asal benda yang berada digenggamannya.
"Jangan terlalu menyiksa mereka, nanti kasian yang lain belum kebagian," kekeh orang itu.
"Santai, udah gue sisain ko," jawabnya santai.
Setelah itu mereka memilih keluar untuk menunggu tamu spesial. Meninggalkan mereka yang sudah pasrah dengan nasib mereka yang sekarang.
"Ini semua gara-gara lo." Tunjuk salah satu dari mereka orang yang ditunjuk hanya menundukan kepalanya.
"Maaf."
Hanya satu kata itu yang bisa ia jawab namun faktanya kata itu tidak akan mengubah nasib mereka sekarang.
"Turun!"
Tania membuka matanya ternyata mereka sudah sampai di rumah sakit. Sedari di perjalanan, Tania menutup matanya karena ia sangat ketakutan.
Tania turun dengan badan yang gemetar, Bara mengerutkan kening apakah gadis itu sangat takut hingga seluruh badannya berkeringat dan wajahnya terlihat pucat.
Bara membuka tasnya menyerahkan sebotol air mineral. Tania hanya menatap botol itu dengan pandangan kosong.
"Ambil." Desak Bara.
Tania mengambil botol itu dengan terpaksa. Tak berselang lama motor Rizki telah sampai, Gladys heran melihat wajah sahabatnya yang pucat. Gladys segera merangkul bahu Tania.
"Lo kenapa?" Pertanyaan Gladys hanya di jawab gelengan.
Bara memberikan kode kepada Rizki melalui ekor matanya dan Rizki yang paham pun mengangguk.
"Gladys, lo duluan aja ya ruangan Mawar no 4."
"Emang kaka mau kemana? Gak sekalian jenguk ka Dirga?"
"Nanti, gue ada urusan dulu."
Setelah mengatakan itu Bara dan Rizki mulai meninggalkan parkiran Rumah sakit.
Tujuan mereka sekarang adalah bermain dengan mainan baru mereka. Setibanya di tempat yang dijanjikan, mereka sudah bisa melihat ratusan motor sport yang berjejer dengan rapi, tidak lupa orang-orang yang berada disana memakai jaket kebanggaan bernamakan Geng Asvers.
"Sorry kita datangnya telat."
"Santai aja," ucap mereka.
"Ingat! Jangan sampai kalian kebablasan. Ada jedanya saat bermain dengan mainan baru kita." Perintah Bara.
"Siap, kuy lah buruan udah gak sabar nich."
"Cabut!"
Akhirnya mereka memulai perjalanan menuju tempat dimana mainan mereka berada. Banyak sekali orang yang melihat ke arah mereka. Jalanan sangat dipadati oleh motor-motor mereka. Jaket kebanggan yang mereka pakai membuat orang-orang lebih memilih hanya menatap kagum saja dibandingkan harus mencari masalah.
Jika ingin hidup tenang jangan suka mengusik, jika kalian saja tidak suka terusik.

KAMU SEDANG MEMBACA
Dirgantara (TAMAT)
Ficção Adolescente{Follow sebelum membaca} Dirgantara pria yang memiliki ketampanan diatas rata-rata siapa sangka sifatnya yang berbahaya itu malah membuatnya terjebak dalam sebuah skandal. Tepat malam itu ia malah berada di kamar dengan seorang perempuan yang tidak...