Siapa Dia?

2.6K 286 129
                                    

Happy Reading😍

Jangan lupa Votment ya guys:))

           *******

Rasa mual datang membuat Syaqilla kesal. Bayangkan saja, pelajaran sedang dimulai dan di depan sana sudah ada Bu Buntel guru Bahasa Indonesia yang terkenal dengan killernya. Sedikit info Bu Buntel hanya nama panggilan yang di berikan murid-murid SMA Lukel sebenernya nama aslinya ialah Bu Jubaedah karena postur badan yang menurut mereka mirip ikan buntel jadi mereka menamakannya dengan sebutan Bu Buntel.

Berulang kali Syaqilla mencoba fokus, namun Rasa mual tidak bisa berhenti untuk sejenak saja. Keringat dingin mulai bercucuran ia ingin meminta tolong kepada kedua sahabatnya. Namun, saat Syaqilla lihat, tampak sekali Tania dan Gladys sedang fokus memperhatikan pelajaran yang disampaikan Bu Buntel.

Syaqilla membekap mulutnya, kepalanya terasa sangat pusing satu tangan yang masih nganggur dipergunakan Syaqilla untuk memegang perutnya. Sudah ia tidak sanggup lagi segera Syaqilla beranjak dari kursinya dan banyak sekali yang memperhatikannya. Wajah Syaqilla memang sangat lah pucat hingga Bu Buntel pun merasa khawatir dengan keadaan muridnya.

"Bu aku izin ke UKS ya kepala Syaqilla pusing banget bu," ucap Syaqilla dengan suara yang sangat pelan.

Bu Buntel menghampiri Syaqilla. "Iyah  nak, jika kamu membutuhkan sesuatu panggil saja petugas PMR ya," ucap Bu Buntel.

Syaqilla mengangguk.

"Terima kasih banyak Bu, aku permisi dulu ya." Pamit Syaqilla setelah mendapat anggukan dari Bu Buntel.

Syaqilla pun melenggang keluar kelas dengan tergesa-gesa. Tujuan pertamanya ialah kamar mandi. Sepanjang perjalanan menuju kamar mandi, tak henti-hentinya Syaqilla mengelus perutnya dan berharap rasa mual bisa berhenti. Sungguh dirinya sangatlah lemas. Langkah kaki pun ia percepat karena merasa langkah kakinya sama saja ia berlari melewati lorong-lorong, hingga akhirnya sampai di kamar mandi segera ia masuk dan memuntahkan sesuatu yang menurutnya sangat mengganjal, namun hanya cairan bening saja yang keluar.

"Huek Huek."

"Udah dong Killa lemes nih." Lirihnya.

Matanya menatap pantulan dirinya di cermin melihat betapa pucat wajahnya. Belum lagi bibirnya yang pecah-pecah dan mengeluarkan sedikit darah.

"Ini pasti ulah kamu ya, mommy mohon sudah ya, mommy engga kuat Nak," ucapnya sambil mengelus perutnya yang masih Rata.

"Huek-huek." Syaqilla pun muntah lagi.

Namun ada sebuah tangan kekar yang memijit tengkuknya dengan sangat lembut.

Matanya menangkap bayangan suaminya berada di cermin, dengan segera ia menengok ke belakang otomatis pergerakan tangan Dirga pun terhenti.

"Kaka ko ada disini sih, ini kan kamar mandi perempuan ka. Gimana kalau ada yang liat kaka masuk ke sini," tutur Syaqilla panik mengetahui Dirga masuk ke dalam kamar mandi perempuan. Apa kata orang jika melihat mereka berdua ada didalam kamar mandi? Dirga memang gila pikir Syaqilla.

"Tinggal gue jawab lagi numpang boker. Di toilet cowok bau pesing gampang kan?" jawab Dirga seenaknya.

"Kaka gila! Jawaban macam apa itu? Toilet cewek sama cowok di sekolah ini bersih dan wangi ka, mana ada bau pesing sih!" Kesal Syaqilla sambil menatap tajam Dirga.

Dirga balik menatap Syaqilla dengan tajam dan membuat Syaqilla meneguk ludahnya. Bayangkan saja, mana mungkin Dirga terima jika ia di bilang 'gila'. Hanya Syaqilla yang berani mengatakan hal seperti itu. "Berani lo sama gue! Coba ulang lo ngomong apa tadi?"

"E-nggak ka udah mending kaka keluar deh." Syaqilla mendorong tubuh Dirga.

"Lo ngusir gue hmm berarti lo juga harus ikut sama gue," kata Dirga. Syaqilla yang mendengar menggeleng dengan cepat.

Karena tau Syaqilla akan berontak Dirga pun menggendong Syaqilla seperti karung beras. Tangan mungil Syaqilla memukul punggung Dirga, namun bagi Dirga itu hanya pukulan manja yang diberikan Syaqilla kepadanya. Berbeda dengan Syaqilla yang membabi buta memukul Dirga berharap Dirga akan menurunkannya.

Mereka keluar dari kamar mandi dengan posisi Syaqilla berada di gendongan Dirga. Untung saja suasana sekitar sedang sepi, wajar saja karena jam pelajaran masih berlangsung dan kamar mandi ini letaknya paling pojok jadi jarang ada yang lewat sini. Untuk itu, pasti tidak ada yang bisa melihat mereka. Dirga segera membawa Syaqilla ke parkiran belakang dan betapa kagetnya Syaqilla sudah ada mobil Dirga terparkir dengan rapih disana. Hanya mobil Dirga saja yang terparkir, karena tempat itu memang dibuat hanya untuk Dirga.

"Cepat atau lambat gue pasti tau." Gumam seseorang yang berada di balik tembok matanya masih setia melihat kepergian mobil Dirga.

Syaqilla masih setia memukuli Dirga padahal Dirga lagi menyetir dari pada repot-repot meladeni Syaqilla dan membuat emosinya meledak Dirga memilih diam dan fokus menyetir.

"Ka turunin ish tadi tuh aku izinnya mau ke UKS bukan mau bolos," ucap Syaqilla sambil mencebikan bibirnya.

Dirga menjawab tanpa menatap Syaqilla. "Gue tau ko seharusnya lo berterima kasih sama gue jadinya kan lo engga perlu belajar dan gak akan kena marah Bu Buntel."

Syaqilla tidak menjawab ia lebih memilih tidur karena badannya masih lemas. Dirga yang tidak mendengar respon dari Syaqilla melihat ke samping dan terlihat wajah Syaqilla yang sungguh sangat polos jika sedang tidur. Dirga tersenyum tipis membayangkan dirinya yang nantinya akan dipanggil 'Daddy'. Membayangkan saja membuat hati Dirga sangat senang.

              ******

"Keadaan mereka bagaimana?" tanya wanita paruh baya kepada seseorang yang lebih tepatnya anak buahnya.

"Baik bos mereka sangat baik." Jawabnya.

"Bagus selalu pantau mereka dan jaga mereka jika ada yang ingin menyakiti mereka bunuh saja orang itu," Ucap wanita paruh baya itu dengan nada sangat tegas.

"Baik bos."

Panggilan diputus secara sepihak. Wanita paruh baya itu tersenyum sambil menatap jendela kamar apartementnya.

"Sebentar lagi aku bisa beristirahat." Gumamnya.

Dengan hati-hati Dirga menggendong Syaqilla menuju apartementnya. Saat tiba di depan pintu, satu tangannya memasukan beberapa Digit angka walaupun sangat susah karena posisi Syaqilla yang berada di gendongannya, namun usaha Dirga membuahkan hasil pintu pun terbuka dengan cepat Dirga menutupnya dan membaringkan tubuh Syaqilla di atas kasur. Sepatu Syaqilla dan juga kaos kakinya pun Dirga yang melepaskan.

Dirga ikut membaringkan tubuhnya disamping tubuh Syaqilla dan mengusap rambut Syaqilla. "Bantu gue buat bisa mencintai lo," lirih Dirga.

Dirga memeluk Syaqilla cukup erat rasanya ia tidak ingin meninggalkan Syaqilla, namun ada hal penting yang mengharuskan ia pergi.

"Gue pergi dulu ya, kalau nanti sesuatu terjadi sama gue jangan nangis atau teriak-teriak karena berisik." Kekehnya memang Dirga merasakan perasaan aneh seperti dirinya akan mengalami sesuatu. Ia tau Syaqilla tidak akan mendengarkan ucapannya, cuman entah kenapa dirinya ingin menyampaikan saja.

Dirga beranjak untuk pergi namun sebelum itu ia mencium kening Syaqilla cukup lama di lanjut mencium kedua pipi Syaqilla dan juga hidung mancung Syaqilla. Tidak lupa Dirga mencium perut Syaqilla cukup lama dan mengusapnya sebentar.

"Daddy mau pergi dulu ya, jangan nyusahin mommy kamu ya," ucap Dirga sambil mengusap perut Syaqilla.

Setelah itu, Dirga memakai jaket kebanggannya dan berlalu pergi.

"Kenapa kamu ngomong gitu ka jangan buat aku takut. Jika sesuatuh terjadi sama kamu, pasti aku gak akan sanggup ka." lirih Syaqilla.

Memang Syaqilla tadi tidur, namun rasa mual tiba-tiba datang lagi Syaqilla akan beranjak namun telinganya mendengar ucapan Dirga yang sangat membuatnya khawatir ingin bertanya. Namun, ia tidak mempunyai keberanian akhirnya Syaqilla memilih diam.

Dirgantara (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang