Syaqilla mulai membuka matanya. Kini senyumnya mulai mengembang melihat pria yang berada di sampingnya masih bersamanya. Ia meletakkan tangannya tepat di dada pria itu dan merasakan detak jantung Dirga berdetak. Di belainya rambut Dirga dengan lembut. Rasa malas membuat Syaqilla lebih milih berada terus di samping Dirga.
"Rasa takut akan kehilangan selalu aku rasakan ka, betapa takutnya aku jika kamu pergi, jika iya, maka izinkan aku ikut bersamamu, rasa takut itu membuat aku seperti orang gila ka, tadi malam rasanya aku akan kehilangan kamu, aku selalu pegang dada kamu biar tau detak jantung kamu masih berdetak apa engga." Curhatnya yang tak mungkin di tanggapi oleh Dirga.
"Coba aja waktu itu Killa cegah kaka, pasti kejadian ini engga akan terjadi ka, dengan begonya Killa malah pura-pura tidur. Padahal jelas-jelas Killa pun merasakan perasaan gak enak dan dari cara kaka ngomong sama Killa tuh udah ngaco, kenapa Killa gak kepikiran bahwa akan ada bahaya yang menimpa kaka."
"Kalau killa tau siapa orang yang udah buat kaka kayak gini, liat aja Killa akan buat rambut dia botak. Biar dia bisa mikir sebelum berbuat Killa rasa karena rambutnya dia jadi begitu ka dan Killa bakal ajarin akhlak sama itu orang selama satu bulan. Kalau dia masih jahat juga, udah ka mending di geprek aja biar tau rasa. Gimana ide Killa bagus kan ka?"
Syaqilla menghela napas pelan. Selalu saja begini kapan semua ucapannya di jawab oleh Dirga? Tapi Syaqilla tidak boleh menyerah, ia harus terus mengajak Dirga berbicara karena yang Syaqilla tau orang kiritis masih bisa mendengar ucapan orang yang mengajaknya berbicara dan ada kemungkinan Dirga bisa cepat sadar.
Syaqilla mulai bangkit terduduk di atas ranjang. Mengedarkan pandangannya keseluruh penjuru ruangan, namun kosong tidak ada siapa-siapa selain dirinya dan juga Dirga.
"Mama sama papa kemana ya," gumamnya.
Syaqilla akhirnya memutuskan ke kamar mandi untuk cuci muka. Baru saja Syaqilla memasuki kamar mandi Sinta dan Geral memasuki ruangan. Mereka mengerutkan kening karena tidak melihat kebaradaan Syaqilla, namun saat mendengar suara air yang berasal dari kamar mandi mereka pun akhirnya tau bahwa Syaqilla ada di kamar mandi.
Sinta menghampiri Dirga membelai wajah sang anak yang sangat mirip dengan suaminya. Sang anak dan suaminya ibaratkan pinang di belah dua.
"Apa kabar anak mama?"
"Cepat bangun nak, jangan buat kami takut. Apa kamu siap meninggalkan mama mu ini nak? Jika iya, maka lihatlah mama yang tidak siap kehilanganmu, apa kau tega meninggalkan istri dan calon anakmu mereka adalah tanggung jawab mu nak. Sadarlah, dekap istrimu yang sudah sangat hancur melihat kondisimu seperti ini," ucap Sinta.
Syaqilla yang baru saja keluar dari kamar mandi kaget melihat keberadaan mertuanya. Namun pandangannya jatuh ke ibu mertuanya yang sedang berinteraksi dengan Dirga.
"Mah, pah," panggil Syaqilla.
"Iyah sayang kenapa?" tanya Sinta sambil menghapus sisa air matanya.
"Sini duduk samping papah." Geral menepuk sofa tepat di sampingnya.
Syaqilla duduk tepat di samping kanan Geral, sedangkan Sinta disamping kiri jadi posisinya Geral berada di tengah-tengah.
"Pah boleh gak kalau Syaqilla gak sekolah dulu dan jaga ka Dirga disini?" tanya Syaqilla ragu-ragu takut tidak di perbolehkan.
Geral menatap Sinta meminta persetujuannya dan Sinta mengangguk membuat Geral akhirnya pasrah.
"Oke tapi kamu jangan sampai lupa makan dan jangan terlalu banyak mikir. Orang hamil tidak boleh sampai stres, karena berpengaruh terhadap anak kamu." Jelas Geral. Syaqilla tersenyum sambil mengangguk.
"Ouh iya, tadi mama kamu telfon katanya baru bisa pulang ke Indonesia besok." Sinta memberitahu Syaqilla, memang orang tua Syaqilla sedang berada di Perancis karena urusan bisnis dan mereka pun kaget mengetahui kabar tentang Dirga.
"Mama sama papa mau pergi dulu, kamu jangan kemana-mana ya. Nanti Bibi nganterin makanan buat kamu, harus di makan ya dari kemarin kamu belum makan. Pas malam mau di bangunin, tapi muka kamu kayak cape banget yaudah jadinya gak jadi."
"Siap ibu ratu." Syaqilla bergaya hormat membuat Sinta dan Geral terkekeh.
*****
"Kurang ajar bagaimana ini bisa terjadi bodoh!" bentaknya pada orang di sebrang sana.
"Saya tidak tau bos, karena saat kejadian saya tidak ada disana."
"Shit kau dan anak buah mu sungguh tak becus! Saya suruh kalian mengawasinya bodoh mengapa bisa sampai celaka!"
"Maaf atas kelalaian kami."
"Maaf saja tidak cukup! Cepat kau bunuh orang yang menyakiti dia kalau perlu buang mayatnya ke dasar hutan."
"Begini nyonya, informasi yang saya dapat bahwa orang itu sudah di bawa pergi oleh sekumpulan orang yang saya yakini mereka itu anak Geng. Kami mencoba melacak namun tidak juga ketemu keberadaannya."
Wanita paruh baya itu nampak sangat emosi semua barang di dekatnya ia banting hingga menimbulkan suara yang sangat nyaring dan membuat orang yang disebrang sana bergidik ngeri akan teriakan dan segala umpatan yang di keluarkan wanita paruh baya itu.
"Saya tidak ingin mendengar alasan apapun! Cepat cari informasinya! Jika kalian masih ingin tetap hidup maka kerjakan perintah saya. Kalian itu sudah saya bayar sangat mahal tapi pekerjaan kalian sangat tidak becus!"
Panggilan pun di matikan secara sepihak wanita paruh baya itu nampak sangat marah bahkan rahangnya sampai mengeras, tangannya mengepal. Informasi yang ia dapatkan sangat membuatnya emosi. Bagaimana bisa dia sampai celaka? Sungguh, ini adalah hal yang sangat ia takutkan.
"Akan ku balas orang yang menyakiti mu nak. Liat saja, darah akan dibalas dengan darah," ucapnya sambil mengepalkan tangannya.
Bara dan Rizki berulang kali mengelus telinganya yang nampak sangat sakit mendengar berapa teriakan yang menanyakan kabar tentang Dirga. Bahkan, ada yang sampai menangis tidak terima dan banyak sekali umpatan yang keluar dari mulut mereka.
"Bara gimana keadaan bebep gue?"
"Rizki, suami gue gapapa kan?"
"Anjing sampe gue tau siapa orangnya liat aja nanti gue jadiin pajangan SMA Lukel."
"Hiks tuh orang jahat banget bikin anak gue jadi gak ketemu bapaknya."
"Mereka udah pada gak waras ya ngaku-ngaku Dirga suaminya, ini lah, itu lah udah tau si bos udah punya istri yang aduhay dan dedek gumush yang belum lahir."
"Hooh goblok."
"Sia mah kasar anjing." Rizki mengeplak kepala Bara.
"Bangsat lo juga kasar." Kesal Bara.
"Ah sing bener ah bohong meureun," ledek Rizki.
"Tai." Umpat Bara.
"Auu ihk."
Bara yang sudah kesal memilih pergi raut wajah kesal Bara membuat Rizki tertawa dengan kencang.
Gladys dan Tania sedang duduk di dalam kelas menunggu kehadiran Syaqilla, namun sampai bel masuk Syaqilla belum juga datang.
"Kayaknya Syaqilla gak masuk, mungkin nemenin pacarnya," kata Gladys.
"Mungkin," jawab Tania cuek.
"Pulang sekolah ke rumah sakit yuk, sekalian ketemu Syaqilla," ajak Gladys.
"Iyah sayang ku." Tania mencubit kedua pipi Gladys dengan keras. Saat Gladys mau teriak dengan sigap Tania membekap mulut Gladys.
"Tania sialan awas lo ya,"batin Gladys.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dirgantara (TAMAT)
Teen Fiction{Follow sebelum membaca} Dirgantara pria yang memiliki ketampanan diatas rata-rata siapa sangka sifatnya yang berbahaya itu malah membuatnya terjebak dalam sebuah skandal. Tepat malam itu ia malah berada di kamar dengan seorang perempuan yang tidak...