Malam ini, hujan sangat deras hawa dingin yang begitu menusuk ke kulit membuat orang-orang malas untuk keluar dan memilih berada di dalam rumah sekedar menghangatkan diri dan Menikmati setiap detik suara rintikan hujan yang begitu menenangkan.
Adapun sebaliknya berbeda dengan seorang gadis yang menangis di bawah guyuran hujan tak memikirkan akibat yang dihasilkan justru 'mati' itu lah yang ia inginkan.
"Hiks aku capek Tuhan ambilah nyawaku hiks aku tak ingin saat aku hiks tiada membawa dosa yang banyak hiks hiks ...," ucap gadis itu seolah kehilangan harapan.
"Tidak ada hiks yang peduli selain bibi hiks tidak cukup kah penderitaan yang selama ini hiks aku alami hiks aku tak menyalahkan takdir yang aku miliki hiks hanya saja aku tak sanggup menjalaninya hiks ...." Hujan semakin deras mengguyur tubuh kecilnya yang sudah mulai menggigil.
Seorang pria yang sedari tadi mengintip di balik pohon besar pun mulai bosan karena hanya mampu mengamati seorang gadis yang lagi duduk sambil menangis di salah satu bangku taman. Akhirnya pria itu memutuskan menghampiri tempat gadis itu berada. Kakinya perlahan mulai melangkah seiring dengan payungnya yang terbang kesana kesini karena angin yang menerpanya. Namun, pegangan tangannya yang kuat membuat angin tak mampu membawa payung itu pergi.
Merasa heran air hujan yang tidak lagi membasahi tubuhnya gadis itu mendongak kan kepalanya ke atas. Betapa terkejutnya saat melihat seorang pria tampan yang sedang menggenggam payung itu dan meletakannya tepat di atas kepalanya.
"Pulang lah tidak baik seorang gadis malam-malam berada di tempat sepi seperti ini," ujar pria itu matanya mulai meneliti sekitar taman yang memang sangat sepi.
"Lo gak usah so peduli sama gue urusin aja hidup lo pergi sana," jawab gadis itu dengan nada sinis.
Pria itu melepaskan payung yang berada di genggamannya membuat gadis itu kaget karena melihat tubuh pria itu basah.
"Peduli hal yang wajar namanya juga makhluk sosial jadi lo jangan sombong sewaktu-waktu lo pasti butuh orang," ucap pria itu sambil menyisir rambut basahnya menggunakan kelima jarinya.
"Gue gak sombong dan ya lo bener gue bakal butuh orang di saat nanti gue mati," jawab gadis itu sambil memaksakan senyumnya.
Pria itu berjongkok dihadapan gadis itu ia sangat yakin gadis ini menyimpan sejuta kesedihan bahkan kondisinya sangat rapuh. Entah dorongan darimana ia memeluk tubuh gadis itu dapat ia rasakan, tubuh gadis itu menegang namun saat kesadarannya kembali gadis itu mulai berontak di balik dekapannya karena memang dekapan pria itu sangat erat membuatnya pasrah bahkan tanpa sadar ia pun membalas pelukan itu.
"Jangan mau terlihat kuat, tapi sebenernya hati lo rapuh. Perbaiki hati lo dan jadi lah gadis yang kuat jangan menangis karena tangisan lo gak akan membuat siapapun perduli. Hanya diri lo yang bisa merasakan sakit itu dan bisa mengatasinya bukan orang lain," tegas pria itu.
Gadis itu tertegun kata-kata pria itu sangat menohok. Selama ini memang ia ingin terlihat kuat namun di setiap malam ia menangis bagaimana pun sandiwara yang ia mainkan tidak bisa bertahan lama, berbeda ketika pria jahanam itu menyiksanya ia akan menangis sekencang-kencangnya berharap sedikit rasa perduli masih ada untuknya tapi itu semua hanya lah ilusi.
Pria itu melepaskan pelukannya menatap mata gadis itu dengan dalam.
Sedetik kemudian Pria itu memegang kedua bahu gadis itu. "Gue akan selalu ada bersama lo biarin mereka gak perduli sama lo tapi gue akan selalu ada. Jangan menangis karena tangisan tidak akan bisa mengubah semuanya," katanya.
Gadis itu mengangguk hitungan detik sebuah senyum manis terukir di wajahnya." Makasih," sambut gadis itu sambil memeluk pria itu kembali.
****
"Ka Killa mau makan soto di campur es batu ya. Oh iya, sotonya harus panas tapi es batunya yang banyak ka pokoknya es batunya jangan sampe cair," pinta Syaqilla dengan manja.Mulut Dirga ternganga mendengar permintaan Syaqilla.
"Satu lagi Ka, killa mau donat tapi di atasnya kasih bumbu rendang ya," lanjutnya sambil tersenyum lebar.
"Lo kalau ngidam yang elite dikit gitu ini ngidam macam apaan minta yang di luar nalar," protes Dirga.
Syaqilla bangkit dari posisi tidurnya tanpa aba-aba ia menduduki perut Dirga yang sedang telentang dengan sigap Dirga menahan pinggang Syaqilla.
"Kaka mah ini tuh ngidam zaman now tau cuman mommy bear yang punya," ucapnya membuat mata Dirga melebar.
"Buat mommy bear yang terhormat lo bisa kan jangan racunin anak gue dengan ngidam jadi-jadian lo," gerutu Dirga.
"Ini tuh onyon yang mau loh ka. Ayolah, daddy bear kan sayang keluarga." Rayu Syaqilla sambil mencolek dagu Dirga.
Dirga mempererat pegangan pada pinggang Syaqilla dan mengangkatnya perlahan kemudian ia bangkit dan mendudukan Syaqilla di pahanya membuat Syaqilla mengeratkan pegangan tangannya di leher Dirga.
"Ngidamnya boleh gue aja gak yang nentuin?"
"Lah yang hamil tuh di sini mommy bear ya bukan daddy bear dasar bego," ucap Syaqilla.
Dirga menggertakan giginya. Matanya menatap tajam gadis yang berada di pangkuannya. Bukannya sadar dengan perubahan wajah Dirga justru Syaqilla malah ikut-ikutan mengikuti kelakuan Dirga.
Tiba-tiba saja Syaqilla menjerit dan memegang kedua pipinya.
"Shh aduh ka gigi aku ngilu hiks ...." jerit Syaqilla sambil memegang pipinya.
"Di ajarin siapa sampe lo berani bilang gue bego hah!"
"Aduh ka hiks nanti ya di hiks jawabnya gigi aku ngilu banget hiks ...."
Dirga memutar bola matanya jujur ia tidak suka Syaqilla berkata kasar seperti tadi. Melihat Syaqilla yang menahan kesakitan ia jadi kasihan apalagi melihat air mata mengalir di pipi Syaqilla.
Dirga pasrah ketika bajunya di jadikan untuk mengelap ingus gadis itu.
"Hiks gigi Killa ngilu huaa kenapa tadi hiks killa ngikutin Kaka mainin gigi hiks ampe bunyi lagi hiks bukannya bunyi hiks gigi killa malah sakit ...," rengeknya merasa kesakitan.
"Heh tadi gue kaga mainin gigi kalau kesel gue bakal kayak gitu," ucap Dirga sambil mengusap-ngusap pipi Syaqilla.
"Nih pipi tambah gembul aja," ledek Dirga.
Karena gemas Dirga mengigit pipi Syaqilla sampai merah seketika suara tangisan Syaqilla makin kencang namun Dirga malah tertawa dengan keras."HUAAA SAKIT BANGET HIKS BENER-BENER BEGO HIKS TAMBAH SAKIT KAN NGAPAIN DI GIGIT COBA HIKS KAYAK KEKURANGAN MAKAN AJA KAMU KA HIKS ...."
"Gak gitu markonah gue gigit tuh karena gue gemes bukan karena kelaparan Syamsudin," canda Dirga tanpa merasa bersalah kepada Syaqilla.
*****
"Siapkan tiket ke Indonesia aku akan pulang sekarang," ujarnya dengan tegas.
"Tapi seharusnya nyonya pulangnya nanti sesuai rencana awal."
"Saya tidak perduli masalah ini semakin menjadi-jadi saya tidak ingin ada pertumpaham darah di dalam satu keluarga," sahutnya yang kini merada cemas.
"Baiklah nyonya saya permisi."
"Hmm."
Setelah asistennya pergi, wanita paruh baya itu mulai memasuki kamarnya tangannya dengan lincah mencari sebuah kertas penting yang berada di dalam lemarinya.
Keputusannya sudah bulat ia akan pulang ke Indonesia sedikit saja terlambat sudah dipastikan pertumpahan darah akan terjadi.
"Andaikan si bos masih ada dan bisa menjelaskan ini semua mungkin tidak akan seperti ini," lirihnya sambil mengusap lembar demi lembar kertas yang berada di lemarinya.
"Aku akan memulai dengan cepat namun jika memang harus ada nyawa yang di korbankan itu lah aku bukan mereka."

KAMU SEDANG MEMBACA
Dirgantara (TAMAT)
Teen Fiction{Follow sebelum membaca} Dirgantara pria yang memiliki ketampanan diatas rata-rata siapa sangka sifatnya yang berbahaya itu malah membuatnya terjebak dalam sebuah skandal. Tepat malam itu ia malah berada di kamar dengan seorang perempuan yang tidak...