Dia kembali

2.5K 213 68
                                        

Dari tadi sore Syaqilla mendiamkan Dirga dan membuat pria itu gelisah seperti anak kecil yang kehilangan mainan berharganya. Berulang kali Dirga meminta maaf namun Syaqilla hanya menganggukan kepalanya.

"Gue minta maaf susah banget ya buat lo maafin gue," ucap Dirga dengan muka yang sudah memelas.

Syaqilla yang sedang menoton tv tidak merespon ucapan Dirga. Sebenernya ia tidak marah karena Dirga membuatnya baper namun Dirga yang tiba-tiba pulang dalam kondisi yang belum sembuh total membuatnya tidak habis pikir bagaimana bisa pria itu mengabaikan kondisinya.

Dirga yang kesal karena tidak direspon akhirnya memilih tidur di paha Syaqilla yang menjadi bantalannya.

"Daripada liat tv mending liat gue cakepan gue kemana-mana," ucap Dirga sambil menatap Syaqilla dari bawah.

"Bodo amat, udah ah sana berat tau."

Syaqilla menggoyangkan pahanya agar Dirga bisa menjauh bukannya menjauh Dirga malah membalikan kepalanya sehingga posisi wajahnya sekarang berhadapan langsung dengan perut Syaqilla yang mulai membucit. Ia memeluk pinggang Syaqilla dengan erat bahkan menempelkan wajahnya tepat di perut Syaqilla.

"Syut ah gue mau tidur dari tadi ngajak ngobrol juga gak ditanggepin," ucap Dirga namun suaranya sangat pelan karena teredam oleh perut Syaqilla.

Syaqilla yang sudah malas memilih diam saja, biarkan ia mengalah lagi lagian sudah hal biasa jika ia melakukan itu.

Dirga menarik sebelah tangan Syaqilla. "usap," katanya sambil menempatkan tangan syaqilla tepat di atas rambutnya.

Syaqilla menghela nafasnya namun ia tetap melakukan hal itu. Tangannya mulai mengelus rambut Dirga yang berwarna hitam legam.

Sudah cukup lama Syaqilla melakukan itu hingga ia mendengar suara dengkuran halus pertanda bahwa Dirga sudah tidur.

"Aku gak marah sama kamu tapi aku mohon buang sikap keras kepala kamu apa kamu gak mikirin apa perasaan aku kalau sampai sesuatu yang tidak aku inginkan menimpa kamu. Di saat itu aku bisa hancur ka setidaknya cintai diri kamu. Aku gak di cintai kamu juga gapapa karena memang pada dasarnya kamu gak akan pernah bisa cinta sama aku."

Tanpa bisa di cegah air matanya pun turun ia mengusap air matanya dengan kasar ia harus kuat bagaimana pun kebahagian Dirga sudah menjadi prioritasnya.

                 *****

Berbeda dengan Dirga yang tidur pulas nasib Geral begitu memprihatinkan sesampainya di rumah ia sudah di marahi oleh Sinta gara-gara mengikuti kemauan Dirga.

"Kamu kan tau anak kamu keras kepala mau tuh rumah sakit hancur ama dia."

"Intinya aku marah ya ama kamu." Sinta menatap tajam Geral yang duduk di sofa dengan melas.

"Malam ini kamu tidur di sofa." Lanjutnya setelah itu Sinta meninggalkan Geral yang tidak terima akan keputusan istrinya.

"MAH INI KAN BUKAN SALAH PAPAH," teriak Geral tak terima.

"SABODO TEUING TETEP AJA KAMU SALAH," balas Sinta sambil teriak juga.

Geral menatap nanar punggung Sinta yang sudah lenyap di balik pintu, andai saja ia tidak mengikuti Dirga pasti nasibnya tidak akan begini.

"Kalau bukan anak udah gue ajak baku hantam nih," gumam Geral lalu ia mengacak-ngacak rambutnya frustasi.

Berharap Sinta akan mengizinkan masuk hanya sebuah mimpi karena kalau Sinta marah susah untuk membujuknya. Memikirkan itu semua membuat Geral makin frustasi, ia mulai merebahkan badannya di sofa. Baru akan memejamkan mata suara telfon membuat Geral terpaksa mengangkat panggilan itu dan disana sudah tertera nama 'Bara'.

"Sela-."

"Dirga udah pulang." Geral memotong ucapan Bara. Ia sudah tau pasti anak itu akan menanyakan Dirga karena sedang tidak mood ia mematikan panggilan itu secara sepihak.

"Lah si om kenapa coba," batin Bara heran.

Klik

"Gimana Bar?" tanya Rizki.

"Udah pulang." Jawab Bara .

"Gila anjir si bos bener-bener gak waras. Dia belum sembuh total udah main pulang aja."

"Hmm."

Bara, Rizki dan anak-anak Geng Asvers sudah sampai di rumah sakit namun sesampainya mereka di ruangan Dirga ternyata ruangan itu kosong untuk itu Rizki menyuruh Bara menelfon Geral.

"Terus kita pulang gitu? Apa mau ke apartemen Dirga aja?" tanya Dipto.

Bara menimbang-nimbang kalau mereka ke apartemen Dirga pasti ada Syaqilla sedangkan yang tahu hubungan Dirga dan Syaqilla hanya ia dan Rizki.

"Pulang aja lagian Dirga butuh istirahat yang cukup," kata Bara meyakinkan mereka.

Mereka pun mengangguk dan mulai meninggalkan perkarangan rumah sakit. Bara dan Rizki memilih menghabiskan waktunya di cafe dekat rumah sakit.

"Kan si bos udah sadar, kapan mau ngasih pelajaran lagi," kata Rizki sambil menyesap kopi kesukaannya.

"Nanti aja kalau Dirga udah bener-bener sembuh."

Rizki mengangguk. Bara mulai menyesap kopi sambil menatap jendela namun matanya menyipit saat mengenali sosok perempuan berpakaian hitam namun dari wajah Bara sudah tau siapa wanita itu. Seketika matanya membulat dan ia mulai berlari keluar dari cafe mengejar wanita itu Bara yakin wanita itu tau jika Bara melihat dirinya makanya ia berlari terlebih dahulu.

"Bara bego ini siapa yang bayar." Kesal Rizki.

Namun ia tetap meletakkan beberapa lembaran uang kemudian ia berlari mengikuti Bara.

"Sial!" umpat Bara.

"Lo kenapa sih main kabur aja." Kesal Rizki.

Bara masih mengedarkan pandangannya ia berdecak saat sudah tidak menemukan sosok wanita itu.

"Dia kembali," ucap Bara ketakutan.

"APA?!"

Dirgantara (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang