Happy Reading guys😘
****
Dari kejauhan, Syaqilla sudah bisa melihat kebaradaan anak-anak Geng Asvers. Padahal ini sudah malam, namun mereka masih berada di rimah sakit. Syaqilla rasa kesetian sangat diprioritaskan di dalam Geng Asvers.
Keberadaan Syaqilla, Sinta dan Geral disambut hangat oleh mereka. Bara dan Rizky baru saja tiba, Syaqilla sudah bisa menebak isi di dalam pelastik besar yang dipegang Bara dan Rizki pasti makanan dan juga beberapa cemilan serta minuman dingin.
"Sebelumnya, om mengucapkan terima kasih kepada kalian semua yang sudah menjaga Dirga," ucap Geral.
"Om tidak perlu mengucapkan terima kasih, kebaikan Dirga lah yang membuat kami seperti ini om. Mungkin orang lain menyangka Dirga anak nakal, kejam, dan mungkin masih banyak dari mereka yang berpikiran negatif tentang Dirga, namun mereka tidak tau seburuk-buruknya orang pasti masih ada sisi kebaikannya. Seperti Dirga yang berbuat kebaikan, namun memilih tak terlihat karena tujuan kebaikannya adalah menolong sesama dan mendapatkan pahala bukan mengharapkan pujian yang datangnya hanya sesaat," kata Rizki.
Perkataan Rizki sangat menohok membuat Geral dan Sinta merasa bersalah yang selalu menganggap anaknya sebelah mata tanpa tau sisi lain sang anak.
Sedangkan Syaqilla, memilih duluan masuk ke dalam ruangan Dirga. Tampak sekali wajah pria yang ada dihadapannya tambah pucat, selang oksigen masih tetap setia terpasang di hidungnya, suara dari mesin EKG sangat nyaring terdengar membuat Syaqilla merinding. Hanya satu yang ia takutkan, jika benda itu menampilkan garis lurus.
"Ka, bosen gak sama Killa yang selalu nyamperin kaka?" tanyanya sambil duduk di kursi tetap di samping Dirga.
Pertanyaan Syaqilla seperti angin lalu saja. Ia menghela nafasnya mencoba untuk menahan sesak di dadanya, ia tidak ingin menangis dan mencoba untuk kuat, namun gagal air mata itu lolos begitu saja.
"Hmm ... ka aku mau kasih tau kaka sesuatu. Tapi kaka jangan marah ya, jadi Killa kasih nama panggilan anak kita dedek onyon, Killa juga gak tau kenapa milih nama itu, yang pastinya nama ity beda dari yang lain. Lagian Killa juga gak tau jenis kelaminnya apa hehehe."
"Bagus kan ka, hehe apalagi nama panggilan kaka, beuh lucu banget ka, jadi Daddy Bear. Gimana ka? Bilang ke killa bagus apa engga atau kalau gak bagus kaka bisa deh marahin Killa, yang penting mata elang kaka bisa terbuka. Killa sedih kalau mata itu sekarang masih terpejam ka." Lanjutnya sambil menggenggam jemari tangan Dirga dan menciumnya.
Syaqilla sudah tidak kuat, jika tidak memeluk Dirga. Dengan cepat, ia memeluk Dirga bahkan wajah killa sudah berada di ceruk leher Dirga. Isakan kecil mulai keluar dari bibirnya suasana di dalam ruangan sangat begitu menyedihkan. Dirga yang mencoba bangkit dan Syaqilla yang berniat membantu Dirga untuk bangkit dan kembali kepadanya.
Bertahan sakit, meninggalkan sulit namun ketika cinta hadir dan rasa nyaman menjadi pendukung maka sesulit apapun bertahan, pasti akan dilakukan. Tak penting seberapa sakit nanti yang akan dilaluinya. Karena ketika cinta itu mulai mengusik hati, maka meninggalkan akan terasa sulit yang akhirnya lebih memilih bertahan dalam ketidakpastian.
"Ka bangun dong, masa tidur mulu jangan buat aku takut Ka."
Syaqilla berdiri, kedua tangan mungilnya mengambil sebelah tangan Dirga dan menempatkan diperutnya. Dengan gerakan pelan, tangan Dirga mengusap perut Syaqilla walaupun sebenarnya Syaqillalah yang menggerakan tangan Dirga.
"Tuh dedek onyon udah di elus sama Daddy ya, sekarang gantian mommy ya."
Tangan Dirga di tempatkan di pipinya, gerakan tangan Syaqilla membuat tangan Dirga mengusap pipi Syaqilla walaupun sangat sulit sehingga Syaqilla harus sedikit membungkukan badannya. Setelah itu, ia mencium telapak tangan Dirga dengan lama seperti biasa air mata lolos begitu saja.
Syaqilla memutuskan tidur di atas seranjang dengan Dirga dan memeluk tubuh Dirga dengan erat, karena merasa takut jika Dirganya akan pergi. Matanya menatap wajah suaminya. Ciuman singkat Syaqilla berikan di kedua pipi Dirga. Karena mengantuk, Syaqilla pun mulai tertidur dengan posisi memeluk sang suami dengan erat.
****
Anak-anak Geng Asvere sedang membahas sesuatu yang sangat rahasia. Untuk itu, mereka memilih membahasnya di taman belakang rumah sakit. Mereka meninggalkan Geral dan Sinta dengan alasan yang cukup bagus yaitu mereka memilih makan di taman rumah sakit. Dengan mudahnya Geral dan Sinta percaya.
"Jadi gimana? Mereka udah di amanin kan?" tanya Bara.
"Udah, saat kejadian gue, Alex, Roy, Satria sama Angga yang bawa, jadi aman," ucap Rizki.
"Bagus, besok kita sedikit bermain dengan peliharaan baru kita, gimana?" tanya Bara dengan menampilkan senyum misterius.
"Setuju nih, tangan dari tadi udah gatel pen gampar bolak-balik," kata salah satu dari Geng Asvers.
"Bebas mau kalian apain juga, asalkan mereka jangan sampai mati. Dulu kan si bos belum main hot sama mereka masa udah mati aja kan gak asik," ucap Rizki.
Mereka pun mengangguk, setelah itu mereka akan membahas mengenai masalah kecelakaan Dirga yang sudah jadi tranding topic di sekolahnya, bukan hanya di sana melainkan sudah sampai di sekolah tetangga. Untuk itu mereka sudah mempunyai rencana untuk besok.
****
Sinta dan Geral memasuki ruang rawat Dirga. Mereka terkejut melihat Syaqilla yang sudah tertidur di atas Ranjang rumah sakit dengan posisi memeluk Dirga.
"Pah kalau sampai Dirga gak ada gimana Pah? Apa mama kuat dan bagaimana nasib Syaqilla nanti pah?" lirih Sinta yang masih menatap ke arah posisi Syaqilla.
"Mah, kamu jangan mikirin hal yang belum terjadi, buang pikiran buruk itu. Papa harap Dirga akan kembali sama kita, walaupun itu hanya harapan Papa, tapi semoga harapan itu menjadi sebuah kepastian."
Geral mendekap tubuh sang istri yang sudah mulai bergetar pertanda sang istri akan menangis. Di dalam pelukan sang suami, tak hentinya Sinta menatap wajah sang anak yang sangat pucat.
"Udah mendingan kita keluar, kamu tuh belum kuat buat nemuin Dirga. Aku paham kamu sedih, tapi Dirga pun anak aku ,apa yang kamu rasain aku pun merasakannya. Jadi, jangan buat aku menjadi penjahat dengan membiarkan tangisan kamu keluar setiap saat Mah."
"Hiks Pah maafin aku hiks kamu bukan penjahat, hanya saja aku gak bisa liat kondisi putra semata wayang kita lemah seperti itu Pah."
"Aku pun begitu, perbanyak do'a Mah dengan kamu menangis seperti itu tidak akan membuat Dirga sadar. Sekarang, kita keluar, aku tau kamu belum makan mending makan dulu sekalian beliin makan buat Syaqilla," ucap Geral. Sinta mengangguk sambil menghapus air matanya secara perlahan.
"Papa juga bakal suruh temen Dirga pulang, karena besok mereka harus sekolah."
Geral dan Sinta keluar dari ruangan. Mereka melihat anak-anak Geng Asvers yang lagi sibuk dengan ponselnya masing-masing.
"Ekhem."
Deheman Geral membuat mereka mendongak dengan sigapnya, mereka menyimpan ponsel di dalam saku jaketnya.
"Lebih baik kalian pulang, besok kan kalian masih sekolah pasti di rumah orang tua kalian khawatir."
"Tapi om---"
"Sudah, tidak usah khawatir. Om dan tante akan menjaga Dirga, sekarang kalian pulang istirahat keliatan sekali kalian sangat lelah dan membutuhkan istirahat yang cukup."
"Baik Om, kami pulang dulu. Besok sepulang sekolah kami akan kesini lagi." Bara mewakili seluruh teman-temannya.
Kemudian mereka mulai menyalami Sinta dan Geral perlahan tapi pasti, semua anak Geng Asvers mulai meninggalkan rumah sakit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dirgantara (TAMAT)
Fiksi Remaja{Follow sebelum membaca} Dirgantara pria yang memiliki ketampanan diatas rata-rata siapa sangka sifatnya yang berbahaya itu malah membuatnya terjebak dalam sebuah skandal. Tepat malam itu ia malah berada di kamar dengan seorang perempuan yang tidak...