Sudah dua jam Arka di apartemen kakaknya, tadi setelah pulang sekolah ia langsung ke sini karena hari ini anak-anak kelas 12 ada kegiatan, dan anak kelas 10-11 dipulangkan cepat karena kegiatan itu.
Alasan Arka ke apartemen Arsie adalah untuk memberitahukan tugas-tugas yang sudah Ika lewatkan selama kurang lebih 3 Minggu ini.
"Ini banyak banget Arka. Udah capek gue," keluh Ika kesal karena tugas dan catatan yang Arka berikan padanya.
"Kan udah gue bilang, terserah mau Lo kerjain atau nggak. Gue juga nggak peduli," ucap Arka santai.
"Ck, lo bantuin gue kek. Ini beneran banyak banget, butuh seminggu gue kalau ngerjain semuanya, belum lagi catatannya juga,"
"Bukan kayak gitu caranya minta bantuan," cibir Arka.
Suara tangisan bayi menggelegar di semua sudut ruangan itu membuat keduanya terkejut, Arka dan Ika langsung berlari bersamaan ke kamar Arsie. Fara, balita berusia kurang lebih 2 tahun itu menangis sekeras-kerasnya di atas tempat tidur. Dengan telaten Ika menggendong Fara dalam pelukannya, sembari mengucapkan kata-kata yang biasa digunakan untuk menenangkan bayi yang sedang menangis seperti sekarang.
Sedangkan Arka dengan santainya malah melangkah mundur, membiarkan Ika menenangkan Fara sendirian.
"Udah cocok Lo jadi Bundanya," ucap Arka tanpa sadar yang malah membuat Ika naik pitam dibuatnya.
"Arka! Lo buatin susu kek, jangan diem aja!" ucap Ika geram, sambil terus menenangkan Fara.
"Ya Lo susuin aja sendiri," ucap Arka dengan tampang tak berdosa.
"Ya mana bisa, Arka! Lo gila ya?! Udah cepetan sana!" ucap Ika dengan pipi semerah tomat.
"Ya kan Lo juga punya, Lo susuin aja dulu. Siapa tahu nanti Fara langsung diem,"
"Ya nggak bisa lah, itu beda Arka. Masa Lo nggak tahu sih?" tanya Ika geram.
"Bedanya apa? Lagian juga sama kan, sama-sama susu. Lo susuin dulu aja," ucap Arka tidak mau kalah.
"Ya nggak bisa lah, punya gue itu nggak ada ASI-nya, Arka!"
"Ya mana Lo tahu, kan Lo belum coba?"
"Ish, udah sana cepet buatin,"
"Ogah, gue nggak bisa,"
Ika memejamkan matanya erat, pria di depannya ini memang benar-benar menyebalkan.
"Oh iya, tadi Kak Arsie bilang kalau susunya udah disiapin di kulkas," ucap Ika setelah ia ingat amanat Arsie sebelum berangkat ke rumah sakit tadi.
"Cup cup. Bentar ya," ucap Ika sembari mengelus rambut Fara.
Tapi bukannya tenang, Fara malah semakin mengencangkan suara tangisannya. Ika merasakan ada yang aneh dengan tangannya yang mulai lembab.
"Arka! Fara pipis," ucap Ika heboh, karena bajunya semakin basah karena Fara.
Arka yang melihatnya langsung tertawa, reaksi Ika jauh lebih lucu ketimbang Fara yang masih menangis itu.
"Arka! Lo ambilin susunya di kulkas sana! Gue gantiin popoknya Fara," ucap Ika sedikit berteriak sambil berlari ke kamar mandi untuk membersihkan Fara dan dirinya sendiri.
"Padahal tadi gue udah mandi," ucap Ika pasrah.
Arka masih tertawa mendengar suara tangisan Fara yang diiringi dengan ocehan tidak jelasnya itu. Ditambah dengan teriakan manis Ika yang masih berusaha untuk menenangkan Fara yang semakin menjadi. Arka keluar dari kamar itu, lalu pergi ke dapur untuk mengambilkan susu yang sudah kakaknya siapkan di dalam kulkas sesuai instruksi Ika. Ia menaruh susu di wadah bening itu ke dalam botol susu milik Fara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Airka: My Queen Bullying
Teen FictionIni cerita yang aku repost lagi, setelah memperbaiki alur dan perannya. . . . Good boy >< Bad Girl Kisah seorang gadis SMA bernama Raghiska Tika Ivvya yang harus tinggal selama beberapa bulan di rumah buliannya sendiri, Arkan Raihanata. Ika yang no...