10. Terungkap?

2.7K 158 3
                                    

Esoknya...

"Ika! Kamu mau ke mana?" tanya Kina.

"Tumben," desis Ika sekaligus  mencibir.

Kina mendesah malas,

"Sekarang kamu balik ke kamar. Dandan, kita mau makan malam di luar,"

"Nggak peduli," sinis Ika tak peduli. Ia melanjutkan langkahnya yang sempat tertunda.

"Ika. Pliss, kamu jangan keluar. Malam ini aja kita makan bersama di luar, nanti juga ada keluarga sahabat Papa sama Mama," pinta Adi memohon.

"Ohh, biar kelihatan harmonis gitu ya? Pencitraan maksudnya?"

Kina menjatuhkan vaccum cleaner mini yang tadi dipegangnya di atas kursi-- menimbulkan suara kecil. Anaknya yang satu ini selalu saja membuatnya kesal.

Semuanya menatap ke arah Kina, begitupun dengan Ika yang menghentikan langkahnya.

"Satu hari aja. Cukup hari ini kamu diam, turutin kemauan mama sama Papa. Mama malas debat sama kamu hari ini," geram Kina memohon.

"Emang gue peduli?"

"Raghiska!!"

"Apa?"

"Cepetan naik ke atas!"

Ika memutar bola matanya malas.

"Nak," Ika langsung kembali masuk setelah mendengar suara serak ayahnya.

"Ya ya,"

Ika berlari cepat menaiki anak tangga. Ia menghentikan setengah jalannya,

"Kalian duluan aja. Lo punya kontak gue kan? Share loc kalau udah sampai, biar nyokap lo tu nggak terlalu risih kalau harus semobil sama gue," ujar Ika tanpa menoleh ke belakang,

"Dasar anak nggak tau diuntung," cibir Kina kesal.

"Udah Ma,"

Mereka semua pergi ke kamar masing-masing untuk bersiap-siap. Kina lebih dulu menaruh alat kebersihannya itu pada tempatnya, barulah ia bersiap.

Ika tersenyum tipis di dalam kamar, alasannya untuk berangkat akhir adalah karena ia tidak bisa menutupi perasaan bahagianya sekarang ini, bukan karena ia ingin datang akhir sebagai pemeran utama yang akan diperhatikan dengan kecantikannya. Bukan! Ika bahagia karena tadi ibunya sendiri yang mengajaknya, walaupun karena terpaksa, tapi ia tak peduli. Mungkin ini yang pertama kalinya dari Kina mau mengajaknya keluar  bersama semenjak kehadiran dua orang parasit itu, Fiza dan Icha.

Ponselnya berdering, menandakan ada pesan masuk. Ika mengambilnya, terdapat notifikasi dari seseorang yang nomornya tidak tersimpan di kontaknya.

Ternyata itu dari Fiza, diluar perkiraannya kalau orang itu akan benar-benar mengirimkan lokasi mereka sekarang. Karena ia tahu kalau Fiza pun juga sama dengannya, sama-sama saling membenci.

Ika memastikan dulu lokasi yang dikirimkan Fiza, mungkin saja kan gadis itu mengerjainya? Ya, walaupun Fiza nggak akan seberani itu pada dirinya.

Ika mengganti pakaiannya menjadi lebih sopan kala mengingat ayahnya tadi bilang kalau akan ada juga sahabat kedua orang tuanya itu yang juga datang. Ika memoleskan wajahnya dengan make up ringan, hanya bedak tipis dan sedikit liptin warna peach agar bibirnya tak terlihat terlalu pucat, penampilannya terlihat sangat biasa, tapi berkelas karena kulit putihnya.

Ika benar-benar terlihat sangat cantik dengan dress yang dipakainya, ditambah wajah cantiknya terlihat semakin cantik dengan tambahan make up tipis. Ika membawa tas slempang hitamnya yang berisi hp dan dompet saja. Ika tersenyum senang, memuji kecantikannya sendiri, tapi memang itulah kenyataannya.

Airka: My Queen BullyingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang