57. Epilog

4.4K 197 19
                                    

Akhirnya setelah sekian lama aku nulis part ini juga😂

Masih nunggu nggak? Masih dong ya;)

Masih nunggu nggak? Masih dong ya;)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Telat ngasih Cast? Biarin ajalah, sesuka hati author wkwkwk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Telat ngasih Cast? Biarin ajalah, sesuka hati author wkwkwk

Kalau nggak suka sama cast-nya bayangin sendiri aja. Oke?

.
.
.

Beberapa bulan kemudian....

Setelah kejadian hari itu, Fiza benar-benar di usir keluar oleh Adi. Tapi, tentu saja Kana tidak akan tega jika keponakannya itu tinggal sembarangan di luar sana. Semarah-marahnya Kana pada Fiza, tentu saja ia tidak akan membiarkan keponakannya itu hidup sebatang kara. Jadi, Kana menghubungi saudaranya yang lain untuk mengurus Fiza, dan untungnya ada yang mau menampung Fiza. Sedangkan Icha masih tetap tinggal di rumah Adi, karena Adi tidak bisa membiarkan Icha terus berdekatan dengan kakaknya itu.

Namun Adi tetap meminta pendapat Ika, putrinya. Ika merasa Icha sama sekali tidak ada hubungannya dengan masalah yang terjadi antara dirinya dengan Fiza, jadi ia tetap memperbolehkan Icha untuk tinggal dengannya.

Dan untuk pertama kalinya setelah bertahun-tahun, akhirnya Kana kembali memeluknya dan menyayanginya. Sungguh, hari itu merupakan hari yang sangat bersejarah untuk Ika.

Lalu mengenai hubungannya dengan Arka...entahlah, ia sendiri juga tidak tahu bagaimana kelak kelanjutannya. Ia hanya berharap agar dirinya dan Arka sampai ke jenjang yang lebih serius hmm....entahlah,

"Arka," panggil Ika.

Arka menolehkan kepalanya, "Hm?"

Namun Ika malah tersenyum sambil menggelengkan kepalanya, "Nggak papa,"

Arka mengernyitkan dahinya bingung dengan tingkah kekasihnya itu.

"I love you," ujar Ika cepat, lalu ia segera menutup wajahnya dengan tas selempang nya.

Arka salah tingkah, itu terlihat sangat jelas dari raut wajahnya, "Apa? Ngomong apa barusan?" tanya Arka tidak percaya.

Ika memasang tampang kesalnya, "Ihhh, masa nggak denger sih?"

"Denger apaan?" pancing Arka.

"Oke aku ulang!" ujar Ika dengan tampang menggemaskannya.

"I lo--"

"I Love you, Ika," ujar Arka mendahului Ika. Ucapan Arka benar-benar terdengar berbeda, apalagi ketika ia mengakhirinya dengan menyebutkan nama 'Ika'.

Kini ganti Ika yang dibuat salah tingkah dengan ucapan Arka. Ia memutar tubuhnya membelakangi Arka. Jantungnya berdebar tak karuan. Rasanya ia benar-benar ingin berteriak sekarang.

Arka terkekeh kecil melihat tingkah menggemaskan gadisnya itu. Tangannya meraih bahu Ika agar kembali menatapnya.

"Kenapa, hm?"

Ika segera mengalihkan pandangannya, "Malu..."cicit Ika.

Arka tergelak sesaat, "Pengen gue makan," ujar Arka tanpa sadar membuat Ika menatap Arka terkejut. Ia tahu pasti apa arti 'makan' yang Arka ucapkan barusan.

"Makan apaan?" tanya Ika ragu.

Arka mendekatkan wajahnya, reflek Ika pun menutup kedua matanya ketika jarak wajah Arka semakin dekat dengannya. Mungkin.... Arka ingin menciumnya?

"Akh,"

"Arka!" teriak Ika sembari memegang pipinya yang pasti sudah memerah dengan bekas gigitan itu.

Ya, Arka menggigit pipinya.

"Gemes," ujar Arka. Lihatlah tampang tenangnya itu, rasanya Ika ingin mendorongnya hingga pria itu jatuh ke bawah sekarang juga.

Btw, sekarang mereka berada di pinggir roof top apartemen kakak Arka.

"Sakit tau Arka!" ujar Ika kesal, karena pipinya terasa sakit dengan gelenyar aneh yang tiba-tiba muncul, dan kemudian menghilang.

"Kalau kita punya anak, mau dikasih nama siapa?"

Seketika pipi Ika bersemu dengan pertanyaan Arka, "Apaan sih nanya-nanya begituan?" Ika yakin wajahnya sudah sangat merah sekarang.

"Nama tengahnya Airka,"

Ika mengernyitkan keningnya, "Airka?"

"A- Arka, I- Ika, R- Relationship, Ka- Arka and Ika," jelas Arka.

"Ribet banget dah. Sejak kapan kamu mikir sampah sejauh itu sih?" tanya Ika kepo.

"Baru aja,"

"Airka...bagus sih, tapi ribet kalau sampai anak kita tanya. Toh kita belum tentu bakal bareng terus kan?" ujar Ika dengan wajah sendu, memikirkan bagaimana hubungannya dengan Arka kelak. Ia takut,

Arka tersenyum tipis, "Trust in God, Okay?"

Ika mengangguk antusias, "Yes,

"Kita berangkat?" tanya Arka

Kening Ika mengerut bingung, "Ke mana?"

"K.U.A,"

.
.
.

AKHIRNYA SELESAII!!!! SENENG BANGET LAHHH....YUHUUUUU

SALAM PISAH DARI LAPAK INI:)

Airka: My Queen BullyingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang