47. Why?

1.5K 103 15
                                    

Setelah sekian lama, akhirnya ia kembali memijakkan kakinya di rumah ini. Dada Ika berdebar nyeri, rasanya ia belum cukup puas meninggalkan rumah yang berisi semua kenangan buruknya ini.

"Ika?" Ika menoleh ke belakang. Adi langsung memeluk erat tubuh putrinya. Ia benar-benar merindukan gadis kecilnya ini.

"Kamu ke mana aja nak?" tanya Adi.

"Ah, Ika..."

"Aku nginep di rumah temen Pa," ucap Ika berbohong. Tidak mungkin ia mengatakan kalau selama ini ia tinggal di rumah Arsie, karena ia tidak ingin membuat ayahnya semakin merasa bersalah kepadanya.

"Papa hari ini pulang cepet waktu Mama kamu ngabarin kamu pulang. Papa seneng banget nak,"

Ika tersenyum hambar,

"Cuma papa yang senang dengan kehadiran aku," batin Ika sendu sambil melirik ibunya dan Fiza.

"Gimana kalau kita jalan-jalan hari ini?"

"Berdu..." ucapan Ika tertahan saat Adi melanjutkan ucapannya.

"Mau kan Ma, Fiza?" tanya Adi pada istrinya dan keponakannya yang berada di samping Kina.

"Icha mau!" sahut Icha yang baru tiba dari dalam rumah.

Wajah Ika langsung berubah datar, ia menatap Icha dengan tatapan membunuhnya.

"Kalian aja, saya nggak ikut," ucap Ika membuat semua orang terkejut, lalu ia masuk ke dalam.

"IKA!" teriak Kina tidak suka dengan sikap tidak sopan Ika.

"Ma! Ingat janji Mama ke Papa," ucap Adi memperingatkan.

"Iya Pa, maaf," ucap Kina lemah.

"Kak Ika masih marah ya sama Icha?" tanya Icha sendu.

"Nggak kok, Kak Ika cuma kecapekan aja," ucap Kina lembut.

Ika menghela napas berat, entah kenapa ia sangat merindukan kamarnya ini. Padahal baru beberapa Minggu ia meninggalkannya. Ika mengambil ponselnya dari dalam tas, lalu membuka pesan yang terkirim kepadanya. Hanya ada satu orang yang pesannya terkirim kepadanya, tapi satu orang itu sangat berharga untuknya.

Mine🔥🔥
Brng"nya bsk aj
Kalau ad ap" ksh tahu gw

To: Mine🔥🔥
Hm

Ika memasukkan ponselnya ke dalam laci, lalu pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Setelah beberapa menit berkutat di kamar mandi ia keluar dengan pakaian santainya. Ia pergi mendekati meja rias, lalu mendudukkan dirinya di kursi yang berhadapan dengan cermin.

"Gue cantik ya?" tanya Ika bermonolog.

"Pantes Arka suka sama gue," Ika menyisir rambut panjangnya. Ia mengambil gunting, lalu menggunting ujung rambut panjangnya yang bercabang.

Setelah menyelesaikan kegiatannya, ia pergi ke meja belajar untuk mengeluarkan buku-buku dan alat tulisnya dari dalam tas ransel itu.

"Belajar, belajar, belajar," ucap Ika untuk menyemangati dirinya sendiri.

.
.
.

Ika memakai dress yang Arsie berikan kepadanya beberapa hari yang lalu. Sengaja, karena malam ini kata Ayahnya, keluarganya akan makan malam bersama dengan keluarga Arka. Ia sengaja berdandan cantik hari ini, ia ingin Arka melihat perubahannya. Sebenarnya ia sudah cukup kesal karena kemarin Arka membatalkan janji untuk bertemu. Tapi tak apalah, rasa sayangnya pada pria itu jauh lebih besar untuk saat ini.

Ika menggelengkan kepalanya, bisa-bisanya ia jadi sebucin ini karena pria seperti Arka. Tidak! Harusnya Arka yang bucin dengannya, bukan malah sebaliknya.

Airka: My Queen BullyingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang