25. Terlanjur Nyaman

2.4K 129 15
                                    

"Cepetan Arka!!" bentak Vania pada putranya yang sekarang tengah berbaring di atas sofa sambil menonton tv, tak memperdulikan apa yang ia perintahkan.

"Yang butuh makan dia, bukan Arka!" balas Arka sengit.

"Arka,"

Arka mendudukkan dirinya, ia menatap bundanya malas.

"Bunda tuh kenapa sih? Ika terus yang bunda pikirin. Ika siapa sih Bun?" tukas Arka kesal.

"Dia tuh cuma orang baru. Tapi Bunda perlaku-in Ika kayak anak Bunda sendiri, bahkan dari yang Arka lihat, kasih sayang yang Bunda berikan ke Arka itu jauh lebih rendah daripada yang Bunda kasih ke Ika,"

"Apa-apa Ika, ini Ika, itu Ika. Bunda jadi sering berantem sama Arka juga gara-gara Ika. Yang anak Bunda siapa sih?"

Arka benar-benar sudah jengah dengan sikap ibunya sejak kehadiran gadis itu di rumah ini. Ia merasa di anak-tirikan oleh ibu kandungnya sendiri. Dan jujur saja, kali ini ia sudah tak bisa bersabar lagi dengan tingkah ibunya, ia tak akan tanggung-tanggung meluapkan semua yang ia rasakan.

"Arka," lirih Vania hendak menghentikan ucapan Arka yang langsung mencubit hati kecilnya.

"Arka ngerasa kalau kedatangan Ika tuh cuma kayak parasit di keluarga kita!" teriak Arka jengah.

Arka merasakan jantungnya berdebar cepat setelah ia berteriak sekeras itu di depan ibunya untuk pertama kalinya. Dan untuk pertama kalinya ini juga disebabkan wanita baru bernama Raghiska, sungguh menakjubkan gadis itu.

"Stop!" teriak Vania.

"Itu yang rasakan nak. Hmm?" tanya Vania.

"Kamu tahu nggak? Ika sudah merasakan apa yang kamu rasakan sekarang ini, bahkan sudah selama bertahun-tahun dan mungkin juga jauh dari apa yang kamu rasakan,"

"Bun.." lirih Arka.

"Jangan potong ucapan Bunda!"

"Kamu tanya kenapa Bunda perhatian sama Ika? Bunda lebih perhatian sama Ika daripada kamu? Bunda jadi sering marah sama kamu? Ya kan?"

"Itu semua Bunda lakukan agar apa? Agar Ika merasa kalau dia nggak sendirian Arka," jelas Vania, setetes air mata turun di pipinya saat mengingat Ika yang pernah dimarahi habis-habisan saat ia tak sengaja berkunjung ke rumah Kina dulu.
Ika yang berusaha menahan tangisannya dan Kina yang dengan tak punya hatinya tetap memarahi Ika.

"Biar Ika merasa kasih sayang seorang Ibu,"

"Bunda tahu kalau apa yang Bunda lakukan itu sudah nyakitin kamu. Maaf, Bunda nggak berniat membuat kamu berpikiran seperti itu."

"Bunda," lirih Arka.

"Tuh kan, Bunda jadi nangis lagi," Vania menyeka air matanya yang sudah turun dengan derasnya.

"Bunda,"

"Kamu turutin permintaan Bunda ya nak?" tanya Vania lagi.

Arka mengacak rambutnya, berdebat dengan perempuan benar-benar membuatnya lelah sendiri.

"Ck, Yayaya. Aku harus ngapain?"

Vania tersenyum senang.

"Kasih Ika makanan masakan bibi, "

"Hmm,"

"Bantu Ika sholat,"

"Hmm,"

"Bantu Ika ngerja-in tugas sekolahnya,"

"Hmm,"

"Bantu Ika ganti baju,"

"Hmm....ha?!" Arka membelakkan matanya dengan ucapan ibunya yang terakhir, 'Membantu Ika ganti baju?' What the hell!!!

Airka: My Queen BullyingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang