Vote sekarang, komen waktu baca:)
-----
Ika berdecak pelan saat hendak masuk ke dalam kelas, bagaimana tidak kesal? Baru saja ingin melangkah masuk, tapi ia langsung disuguhi suara-suara keras yang membuat telinganya berdengung tak nyaman.Kegaduhan ini disebabkan oleh sahabat satu-satunya yang berada di kelas yang sama dengannya, Ranya. Sekarang ini dia tengah berdebat hebat dengan seorang siswi yang ia yakini bukan penghuni di kelas ini, atau bisa jadi lawan Ranya sekarang merupakan kakak kelasnya.
"Ya kan lo cuman mantan. Biasa aja lah," sinis gadis itu.
"HELLO! Mbak, temen lo ini pelakor. Tau kan? PE-LA-KOR," ucap Ranya tak bisa santai.
"Itu mah lo-nya yang udah sampah, makanya Fero kagak mau lagi sama lo!"
"Temen lo tuh yang sampah, udah tau Fero punya gue. Eh, malah dengan pede-nya tuh cewek godain Fero,"
"Udah dong. Nggak usah berantem," cicit Alexa berusaha menenangkan suasana yang disebabkan karena dirinya.
"MATA LO SOAK. Lo tuh yang udah bikin gue debat sama TANTE-TANTE kagak jelas, gila, psikopat, entahlah bingung gue mau nambahin," ejek Ranya kesal.
Gadis itu menggeram marah saat Ranya menjelekkannya dengan suara nyaring Ranya yang khas.
"Maksud lo?"
"Iya, tante-tante."
"Dasar cewek murahan GI-la," ucapan gadis itu langsung memelan saat aura dingin masuk ke dalam kelas. Mereka langsung kicep dan salah tingkah sendiri. Hanya Ranya saja yang bersikap biasa saja saat Ika masuk ke dalam kelas mendekati kerumunan yang salah satunya adalah ia sendiri.
"Savira, lo bilang sahabat gue cewek murahan? Cewek gila?" tanya Ika terdengar santai tapi tajam pada Savira, gadis yang berdebat dengan Ranya hanya untuk membela Alexa.
"Terus cewek di samping lo ini apaan?" Ika mengalihkan pandangannya ke seorang gadis di samping Savira.
"Alexa, panggilan lo kan?" tanya Ika sinis,
Ika berjalan mendekati Alexa yang terlihat benar-benar ketakutan karena kedatangannya yang begitu tiba-tiba. Ingin sekali Alexa menangis sekeras-kerasnya untuk apa yang sekarang terjadi menimpanya.
"Jawab dong?"
Ika memegang kasar dagu Alexa, memandangnya lekat dengan tatapan dingin. Dan untuk seperkian detik, ia menghempaskan kasar dagu Alexa yang lembab karena air mata. Alexa terhempas ke belakang, ia semakin tak kuat menahan air matanya.
Ika mengangkat satu ujung bibirnya, tersenyum sinis, lalu berjalan santai ke bangkunya. Ia duduk di kursinya untuk mempersilahkan Ranya melanjutkan apa yang ingin ia lakukan, karena sebagai sahabat, Ika tak berhak untuk ikut campur dalam masalah yang dihadapi Ranya sekarang.
Jika Ranya sendiri bisa menyelesaikannya tanpa campur tangannya, Ika hanya akan menikmati kelanjutan drama yang akan diperankan oleh Ranya sekarang.
"Kenapa lo diem?" tanya Ranya memecahkan keheningan
"Takut sama Ika?"
"Cewek murahan tanya nih?"
"Kok diem aja sih?"
"Mana Alexa yang sok polos, sok teraniaya tadi?"
"Woy pelakor!"
"Takut?"
Alexa sudah tak terima dihina terus-menerus, ia menggenggam erat rok biru muda itu. Air mata terus keluar dari pelupuk matanya, dengan keberanian yang tinggi, ia melayangkan tangan kanannya untuk menampar wajah gadis di hadapannya ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Airka: My Queen Bullying
Teen FictionIni cerita yang aku repost lagi, setelah memperbaiki alur dan perannya. . . . Good boy >< Bad Girl Kisah seorang gadis SMA bernama Raghiska Tika Ivvya yang harus tinggal selama beberapa bulan di rumah buliannya sendiri, Arkan Raihanata. Ika yang no...