Lagi dan lagi Ika harus menahan emosinya yang kian menit kian membesar. Ika hanya mendengarkan saja semua ucapan pedas dari mulut wanita di depannya.
Sudah tak terhitung lagi berapa banyak sumpah serapah yang sudah ia batin saat ini. Sayangnya hanya terbendung di otaknya saja semua ucapan kasar itu.
"Kamu pikir Mama sekolahin kamu cuma buat bikin kamu jadi anak nakal? Buat jadi anak yang nggak tahu diri? Nggak punya rasa malu?"
"Kamu anak satu-satunya mama, tapi lihat! Fiza yang bukan anak mama aja bisa bangga-in mama sama papa. Lah kamu?"
"Bisanya cuma bikin malu aja,"
"Terus lagi, Fiza bilang kalau kamu tadi bikin masalah sama guru BP, bener?"
"Nggak muridnya, nggak gurunya, semuanya kamu jadiin musuh,"
"Tapi malah anak berandalan kamu jadikan teman? Anak-anak nggak jelas, nggak punya masa depan aja kamu ikutin,"
"Apa manfaatnya buat kamu?"
Ika menatap ibunya tajam. Tatapannya terlihat membunuh.
"Terus apa faedahnya mama bilang semua ini? Mau buat aku sadar?" sinis Ika sambil memicingkan matanya.
"Jangan harap!"
"Mama ingatkan ke kamu Raghiska, mama nggak akan segan buat usir kamu keluar dari rumah ini kalau sampai kamu buat kesabaran mama habis gara-gara tingkah kekanakan kamu itu. Ngerti!!" ujar Kina tajam.
Ika benar-benar sudah kehilangan urat kesopan-santunannya.
Gadis itu dengan santai-nya melangkah bebas keluar rumah di jam yang cukup larut ini. Ia sama sekali tak menganggap semua peringatan ibunya itu. Karena ia menganggap semua itu hanyalah gertakan biasa.
Tapi, kalaupun Kina sampai segan melakukan semua ancamannya itu, ia tak akan berubah, malah ia akan semakin membuat dirinya-- Raghiska Tika Ivvya gencar berperan sebagai anak durhaka di dunia yang serba kejam ini.
Seperti biasanya, tiap jam segini Ika pergi dengan teman-temannya untuk merefreshkan otaknya yang panas seperti sekarang ini. Dan hari ini ia bersama dengan teman-temannya sudah memutuskan untuk berkumpul di rumah Reva yang sepi karena gadis tomboi itu sendirian saja di rumah malam ini.
Di luar gerbang rumah sudah ada Riko yang menunggunya dengan satria merahnya itu. Ika menghampiri cowok itu santai. Lalu naik ke atas motor Riko.
Setelah memastikan Ika naik, Riko langsung melajukan motornya ugal-ugalan.
Diantara kedua cowok yang menjadi temannya, Ika memang lebih dekat dengan Riko dari pada Ervan. Karena Riko orangnya sangat bodoh sehingga mudah dimanfaatkan, seperti sekarang dan hari-hari sebelumnya, Riko akan menjadi sopirnya saat keluar untuk sekadar nongkrong biasa atau hang out.
Riko juga akan sangat menjadi sosok yang penurut kalau salah satu dari teman ceweknya meminta bantuan padanya. Kadang, sikap penurutnya itu bisa membuat Ika, sebagai leader di geng-nya sendiri ikut terjerat dalam suatu masalah.
Setelah menempuh perjalanan beberapa menit akhirnya motor satria Riko berhenti di sebuah rumah mewah di sana.
Ika turun dari motor Riko, ia merapihkan rambut panjangnya yang acak-acakan akibat angin malam yang menerpanya selama perjalanan dan karena kecepatan Riko dalam berkendara yang bisa dibilang sangat jauh dari rata-rata orang biasanya, namanya juga jiwa seorang pembalap.
Beberapa temannya sudah berkumpul di teras rumah mewah itu. Sepertinya mereka sudah cukup lama tiba di sana.
Di sana Ervan sudah memainkan gitar kesayangan si pemilik rumah dengan telaten. Ditambah dengan Ranya dan Hera yang menyanyi sebagai pelengkapnya. Ya, mereka berdua hanya sebagai pelengkap saja, karena tak ada dari mereka yang memiliki suara bagus untuk bernyanyi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Airka: My Queen Bullying
Novela JuvenilIni cerita yang aku repost lagi, setelah memperbaiki alur dan perannya. . . . Good boy >< Bad Girl Kisah seorang gadis SMA bernama Raghiska Tika Ivvya yang harus tinggal selama beberapa bulan di rumah buliannya sendiri, Arkan Raihanata. Ika yang no...