Bel masuk sudah berbunyi dengan begitu nyaringnya. Semua siswa-siswi SMA Karen yang sadar diri pun langsung kembali ke kelas masing-masing. Sedangkan yang masih santai-santai ya hanya menganggap remeh suara bel itu.
Contohnya Ika, gadis itu bahkan dengan santai baru membeli makanan untuk makan siangnya di salah satu stand makanan di sana. Yaps baru saja.
Suasana kantin sudah lumayan sepi, mungkin hanya beberapa saja yang masih berkeliaran di sekitar sana.
Ika memakan nasi pecelnya pelan-pelan, tak ada sorot mata takut ataupun sejenisnya. Biarlah nanti ada guru yang tahu dirinya di kantin, toh juga ia sudah biasa akan hal itu.
"Raghiska Tika Ivvya," spontan Ika langsung menoleh ke belakang saat mendengar nama lengkapnya disebut.
"Hey!"
Ika berdecak malas, ia kira tadi Ervan. Ternyata malah Riko. Tapi untunglah bukan Ervan, karena ia masih kesal setengah marah dengan cowok psikopat itu. Itu juga alasan kenapa Ika baru ke kantin di saat bel sudah berbunyi, untuk menghindari Ervan.
Riko mengambil tempat duduk di depan Ika. Gadis itu melanjutkan kembali makan siangnya yang sempat tertunda beberapa detik.
"Gue ketos lo Mbak Ika kalau lo lupa," ujar Riko mantap.
Ika hanya mendongak sekilas, lalu kembali fokus dengan makanannya.
"Makasih lo udah restuin gue sama Reva,"
Lagi-lagi Ika hanya mendongak, ia sama sekali tak menganggap kehadiran Riko di sana.
"Gue juga udah out. Karena lo sama Reva lebih penting menurut gue,"
Riko terus berbicara walaupun Ika mengabaikannya. Sampai ia sendiri tak sadar kalau makanan di piring Ika sudah benar-benar bersih.
Ika meneguk jus jeruknya hingga tandas, lalu cewek itu berdiri, membuat Riko langsung diam dan menatap Ika.
"Lo bawa uang?"
Riko hanya mengedipkan matanya tak paham.
"Bawa nggak?!" tanya Ika agak sarkas.
"Bawa Ka,"
Dengan polos Riko mengeluarkan semua yang ada di saku celananya. Semua uangnya, bahkan sampai uang recehnya pun tak tertinggal.
"Bayarin makanan gue, lo jadi temen gue lagi," ujar Ika santai.
Raut wajah Riko berubah. Cowok itu berdiri dan langsung memeluk Ika erat, sedangkan Ika hanya mencebik kesal karena pelukan Riko yang tiba-tiba.
"Lepasin tolol!" Riko langsung melepaskan pelukannya, ia tersenyum dengan wajah tak berdosa, ia takut kalau Ika malah tak jadi memaafkannya, kala mengingat cewek itu cepat berubah mood-nya.
"Hehe, maaf,"
Ika hanya menatap Riko datar.
"Lo beneran maafin gue kan? Maaf lahir batin kan? Udah nggak marah lagi kan? Udah nggak ngambek lagi kan? Udah nggk ke..."
"Lo ngomong sekata lagi gue bakal berubah pikiran," potong Ika tajam
Riko menutup mulutnya dengan kedua tangan sambil menggeleng seperti anak kecil.
"Yaudah, cepet bayarin. Gue mau ke kelas,"
"Siap kapten!"
Ika berlalu meninggalkan kantin. Senyum kecil terbit di ujung bibirnya. Ia bersyukur karena dulu tak salah menerima cowok itu sebagai temannya.
Keadaan koridor kelas sudah sangat sepi, hanya suara dari kegiatan KBM di dalam kelas yang terdengar sampai keluar.
Ika mengurungkan keinginannya untuk masuk kelas saat melihat guru BK yang sepertinya masih menerangkan sesuatu di dalam sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Airka: My Queen Bullying
TienerfictieIni cerita yang aku repost lagi, setelah memperbaiki alur dan perannya. . . . Good boy >< Bad Girl Kisah seorang gadis SMA bernama Raghiska Tika Ivvya yang harus tinggal selama beberapa bulan di rumah buliannya sendiri, Arkan Raihanata. Ika yang no...