36. Penyelamat

1.9K 123 5
                                    

Happy Reading

Arka mendekatkan wajahnya, dalam hitungan detik bibirnya menempel pada bibir merah Ika. Hanya menempel, lalu Arka menjauhkan wajahnya beberapa senti dari wajah Ika.

Rona kemerahan di pipi Ika membuat Arka semakin gemas. Arka tersenyum, lalu mendekatkan wajahnya kembali dan mencium bibir Ika lembut. Sangat lembut, bahkan Ika sampai tak bisa berkutik dengan perbuatan tiba-tiba Arka.

Arka semakin mendekatkan tubuhnya menempel pada Ika. Selang beberapa saat Arka kembali menjauhkan wajahnya, tatapan matanya hanya terpusat pada wajah Ika yang semakin memerah.

Tatapan kedua remaja itu saling beradu. Kedua tangan Arka memegang bahu Ika, ia mendorong Ika ke depan sampai Ika terpojok di dinding. Lagi, Arka meraih tengkuk Ika dan langsung menciumnya. Arka semakin memperdalam ciumannya sampai akhirnya Ika memejamkan matanya dan membalas ciuman Arka. Cukup lama mereka dalam posisi nyaman itu,

"AAA!!!!!"

'Brak!'

Teriakan dari seseorang membuat Arka reflek mendorong tubuh Ika sampai tubuh gadis itu menubruk keras dinding di belakangnya. Arka dan Ika menoleh ke sumber teriakan itu.

"Ngapain lo teriak sih?!"

"Ihhh, mereka itu lo kak. Masa mereka mesum di kamar mandi cewek sih," balas seorang gadis yang sepertinya masih berstatus siswi SMP saat melihat wajah imut dan tinggi badannya yang lumayan.

Wanita yang nampak lebih dewasa itu hanya tersenyum singkat, lalu menatap Arka dan Ika bergantian.

Arka yang seakan paham maksud wanita itu langsung menggenggam tangan Ika dan menariknya keluar. Ia hanya menunduk saat melewati gadis yang lebih muda darinya itu. Suara makian dari gadis itu masih terdengar, bahkan sampai Arka sudah benar-benar keluar dari kamar mandi.

Arka menghentikan langkahnya saat sesuatu di dalam saku celananya bergetar, ia mengambilnya. Nama 'Vania' langsung muncul di layar ponselnya, ia menggeser tombol hijau di sana, lalu menempelkan benda persegi panjang itu ke depan telinganya.

"..."

"Hmm,"

"..."

"Maaf,"

"...."

"Iya,"

Arka kembali memasukkan ponselnya ke dalam saku celananya.

Ia menoleh ke belakang, dan ia baru tersadar kalau tangannya masih menggenggam tangan Ika. Gadis itu terlihat mengalihkan pandangannya. Rona merah di pipi putihnya semakin terlihat saat Arka menatap manik indah miliknya.

Arka tersenyum tipis, ia menarik tangan Ika agar mendekat kepadanya. Ia mendekatkan wajahnya ke samping telinga Ika.

"Nggak usah dipikir lagi," bisik Arka jahil. Arka menjauhkan wajahnya dan melepaskan genggaman tangannya dengan Ika.

Sontak saja Ika mendengus kesal. Pria itu sudah kembali lagi pada tabiat awalnya, menjadi pria yang sangat menyebalkan. Huh, sangat jauh berbeda dengan Arka yang menolongnya tadi.

"Bunda nyuruh kita keluar sekarang, udah sore," ujar Arka.

"Terus?" tanya Ika memicing.

"Ah.." Arka meraih tangan Ika dan menariknya untuk kembali mendekat.

Sumpah, Ika benar-benar semakin kesal dengan cowok itu. Bagaimana bisa cowok cupu itu berubah menjadi sosok yang menyebalkan dan semesum itu? Apalagi kejadian beberapa menit yang lalu, ia sendiri juga bingung dengan perbuatan tiba-tiba Arka yang er....menciumnya. Pasti cowok itu sudah benar-benar gila,

Airka: My Queen BullyingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang