29. Mulai Dekat?

2.1K 134 3
                                    

Arka masuk ke dalam kamar Ika, tanpa mengetuk pintu maupun salam ia masuk begitu saja. Ia berdiri di samping tempat tidur Ika.

Gadis itu belum menyadari kehadiran Arka. Sebuah headset menutupi kedua lubang telinganya, mata gadis itu juga fokus dengan sebuah buku yang ada di genggamannya.

Arka menarik salah satu kabel headset yang berada di telinga kanan Ika. Ia melemparkan buku tebal yang tadi dibawanya ke atas paha Ika.

Sontak saja Ika terperanjat kaget, buku ditangannya terlempar begitu saja. Ika langsung turun dari atas ranjangnya.

"Lo gila?!" geram Ika.

Arka maju selangkah, ia membungkuk mendekati Ika untuk mengambil bukunya lagi.

Posisi mereka layaknya seorang cowok yang akan memeluk gadisnya yang masih terlihat canggung.

Debaran di dada Ika semakin membuncah saat kepala Arka melewatinya, Ika diam tak berkutik.

"Nih,"

Arka menyerahkan bukunya,

"Apaan?" tanya Ika gugup.

Ika meraih buku Arka, "soal olimp?" tanya Ika saat membaca judul di sampul buku itu.

"Gue udah nggak butuh,"

Ika mengangkat buku itu di depan dada bidang Arka.

"Lo pikir gue tempat pembuangan barang bekas," tukas Ika tak terima.

Arka mengendikkan bahu tak peduli,

"Lo disuruh turun sama Bunda," ujar Arka mengalihkan topik pembicaraan.

"Bukunya," ujar Ika mengingatkan.

"Buat lo. Itu masih baru," ujar Arka jujur. Ya, Arka memang baru membeli buku itu tadi setelah pulang sekolah.

"Terus kenapa lo kasih gue?" tanya Ika.

"Sejak kapan seorang Raghiska suka banyak tanya?" cibir Arka.

Ika mendengus kesal. Arka membalikkan badannya, melangkah menjauhi Ika.

"Lo udah sholat?" tanya Arka tanpa membalikkan badan.

Ika diam. Kenapa?! Kenapa setiap cowok itu ke kamarnya selalu menanyakan pertanyaan yang sama?

Ya pastilah jawabannya belum, kayak nggak tahu Ika aja tuh orang.

"Sholat dulu baru turun," Arka menutup pintu kamar Ika,

Ika menghela pelan. Ia akan menuruti perintah cowok itu. Ia menaruh buku pemberian Arka di atas laci. Ia mengucir rambut panjangnya yang terurai menjadi satu, lalu melangkahkan kakinya masuk ke dalam kamar mandi.

.
.
.

Hanya suara Vania saja yang terdengar di rumah makan itu. Semuanya sibuk dengan makanan masing-masing.

Sudah diperingatkan berkali-kalipun juga masih sama, Vania sama sekali tak menghiraukan omongan orang lain. Bahkan malah orang lain yang capek sendiri menasehati Vania yang terus melawan.

"Apalagi kalau Bunda udah cerewet banget, pasti Ayah bakal langsung nurutin permintaan Bunda," cerita Vania sambil sesekali memasukkan sesuap nasi dan lauk ke dalam mulutnya.

"Terus lagi kalau nonton film, pasti Ayah bakal nurut sama pilihan Bunda, entah film horor, romance, drama, atau apapun deh. Pasti Ayah bakal nurut sama Bunda, ya kan Yah?"

"Bun diem dong," suruh Arka kesal mendengar curhatan Ibundanya yang tiada henti.

"Hiih, Arka. Bunda belum selesai cerita," cicit Vania.

Airka: My Queen BullyingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang