Sangat jauh dari perkiraan Ika sebelumnya. Bukannya aman, malah guru bahasa bernama Pak Andre itu membawanya ke ruang BK tepat setelah ia masuk ke dalam kelas.
Ika berjalan menuju kelasnya, setelah 2 jam pelajaran lamanya bersantai di UKS. Ia tak akan berlama-lama di tempat bau obat itu, karena apa? Karena ia tak sebodoh itu kalau sampai tiba-tiba guru datang dan mendapatinya tak sakit sedikitpun dan malah enak tidur-tiduran di dipan UKS. Ika terlalu teliti,
Langkahnya terhenti saat ia akan masuk ke dalam kelas, orang yang tadi ia hindari pelajarannya sekarang malah sedang menatapnya tajam dengan rotan yang ditunjukkan ke arahnya.
"Raghiska Tika," geram Pak Andre, selaku guru mapel Bahasa Indonesia di kelas itu. Si guru killer yang suka memberi tugas dan hukuman seenak jidat itu sekarang harus berhadapan dengannya, benar-benar hari kesialan untuknya.
Dan di sinilah ia sekarang, di depan dua guru BK yang terlihat sangat-sangat jengah dengan kehadirannya.
"Nggak bosen-bosen kamu ke sini tiap hari?" tutur Bu Erni, guru BK khusus kelas 10.
"Ya nggak lah. Kalau saya bosen, nanti guru BK nggak ada kerjaan dong," cerca Ika seenaknya.
"Saya yang bosen ngurusin kamu terus,"
"Kalau bosen ngapain jadi guru. Jadi TKW aja, jadi nggak usah susah-susah ngurusin saya. Toh, saya juga nggak mau ketemu sama ibu," tukas Ika tanpa takut sedikitpun. Ya, itu karena ia sudah biasa berada di sini.
Bu Erni menghela napas mendengar ucapan dari muridnya yang satu ini. Ia sendiri sudah kebal dengan ucapan-ucapan kasar anak broken home itu. Ia guru, jadi sudah sewajibnya mendidik muridnya agar menjadi anak yang berguna kelak.
"Kamu jadi murid ngelawan aja bisanya," geram Bu Erni.
"Mau panggilan orang tua lagi?" ancam Bu Anjar tiba-tiba, ia merupakan guru BK yang ditugaskan khusus untuk bimbingan konseling kelas 11.
Tak terdengar satupun kalimat balasan dari mulut pedas Ika. Karena apa? Karena ancaman guru itu sudah sangat mujarab membuatnya kicep. Panggilan orang tua? Nggak panggilan aja udah nggak diakui anak, apalagi ini.
••••
Ranya berjalan cepat menuju ke belakang sekolah yang menjadi tempat berkumpulnya ia dan teman-temannya yang lain.
Mereka hanya ke sana untuk melakukan pertemuan penting saja, seperti yang dilakukan Ranya saat ini.
Ranya sudah memastikan kalau Ika tak akan kembali sampai waktu istirahat tiba, karena sekarang Ika berada di ruang BK. Dan ia juga tahu betul kalau Ika sudah mendekap di ruangan itu pasti akan memakan waktu paling minimal satu jam untuk Ika bisa keluar, karena para guru BP akan bergantian satu persatu menceramahi Ika sampai Ika jera-- yang nyatanya tidak sama sekali.
"Nih orangnya!" ucap Riko saat melihat kedatangan Ranya.
"Gimana?" tanya Ranya serius.
"Udah beres lah, dari kemarin," jawab Ervan santai.
"Syukurlah,"
"Terus cewek barunya apa perlu kita yang gerak?" tawar Riko.
Ranya menggeleng cepat sambil menyilangkan kedua tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Airka: My Queen Bullying
Teen FictionIni cerita yang aku repost lagi, setelah memperbaiki alur dan perannya. . . . Good boy >< Bad Girl Kisah seorang gadis SMA bernama Raghiska Tika Ivvya yang harus tinggal selama beberapa bulan di rumah buliannya sendiri, Arkan Raihanata. Ika yang no...